• Saturday, 13 May 2017
  • Shri Caraka Dharma
  • 0

Kamis (11/05) umat Buddha di segenap penjuru Indonesia merayakan Hari Raya Tri Suci Waisak 2561 BE/2017. Sekitar 10.000 umat Buddha hadir penuh khidmat di Wihara Ekayana Arama untuk merayakan Waisak.

Acara dimulai dengan melakukan meditasi di detik-detik purrnama Waisak yang jatuh pada pukul 04:42 WIB. Pukul 08.00 WIB dilanjutkan acara pindapata. Bhante Arya Maitri Mahasthavira selaku kepala Wihara Ekayana Arama dalam pembukaannya menyampaikan terima kasih atas kehadiran Jend TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menko Kemaritiman, Letnan Jend (Purn) Sintong Panjaitan, Wakapolda Metro Jaya Brigjen Suntana, Walikota Jakarta Barat Anas Effendi dan seluruh jajaran pemerintah.

5 3

Pesan Kebhinekaan

Luhut menyampaikan, “Apa pun suku dan agamamu, dari Sabang sampai Merauke, kita semua sama: Warga Negara Indonesia. Maka siapa pun Anda, tidak perlu takut untuk tetap berbuat yang terbaik untuk NKRI ini.

“Negeri ini sudah dilahirkan sebagai negeri yang beranekaragam, jadi kita tidak perlu terganggu dengan itu. Semua harus menahan diri karena semua sama di mata hukum sehingga kita harus bersikap dewasa dan menghormati hukum.

“Demikian pesan yang saya sampaikan di hari Waisak di Wihara Ekayana Arama, Jakarta Barat. Saya juga meminta agar umat Buddha mendoakan Negara kita, agar persatuan dan kesatuan Indonesia tetap kokoh, serta  Presiden Jokowi beserta semua pembantunya agar dapat terus bekerja dengan baik.

“Agama apa pun mengajarkan kasih sayang, termasuk spirit yang diajarkan oleh Buddha. Saya berharap hal itu tidak hanya menjadi slogan di bibir saja, tapi marilah kita cerminkan dalam perbuatan, terutama dalam membantu sesama yang susah. Kalau itu kita lakukan maka akan memelihara harmonisasi di dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selamat Hari Tri Suci Waisak 2561 BE.”

 2 4

Pesan Dharma

Dhammadesana dituturkan oleh Bhante Dharmavimala Mahathera, pesan Waisak kali ini mengangkat tema “Memahami Kebhinekaan dalam Keberagamaan”. Sebuah tema yang penting untuk kembali diingatkan pada kita semua.

“Dengan melihat kebhinekaan, walaupun adanya perbedaan kita hidup dalam kebersamaan. Kebersamaan terjadi karena kita memiliki kesamaan. Kita sama-sama manusia, kita sama-sama menggunakan udara yang sama, kita menghirup dan menghembuskan napas kita di satu udara. Maka kita disebut satu udara, se-udara, atau saudara.

“Selain memiliki kesamaan, kita memiliki kesalingterkaitan satu dengan lainnya. Keterhubungan kita dengan semesta dapat dilihat secara mendalam di satu porsi makanan, di sana ada banyak peran. Para petani, para sopir, montir di bengkel mobil, juru masak, dan seterusnya.

“Kita sesungguhnya dengan semua makhluk tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Kita semua ada dalam kebersamaan. Sehingga doa buddhis yang universal adalah, ‘Semoga semua makhluk hidup berbahagia’.

“Bersama-sama dengan cinta kasih dan welas asih, non diskriminatif adalah suatu kondisi batin yang seharusnya kita miliki. Namun, tidak cukup hanya berhenti di tataran doa. Jika kita mau dan mampu, kita seyogianya melakukan tindakan nyata bagi kebahagiaan orang-orang di sekitar kita.”

Usai Dhammadesana, umat mendapatkan pemberkahan air suci oleh anggota Sanggha. Setelah namaskara kepada anggota Sanggha, perayaan Waisak ditutup pada pukul 11.30 WIB dengan gatha pelimpahan jasa.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara