• Thursday, 26 March 2020
  • Surahman Ana
  • 0

Wabah Corona menjadi momok setiap warga, tidak hanya yang di perkotaan tetapi juga bagi warga yang hidup di perdesaan. Bahkan untuk melaksanaan tradisi tahunan satu dusun pun terkendala karena penyebaran virus tersebut. Seperti halnya perayaan Nyadran Dusun Kandangan, Desa Tempuran, Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung yang diadakan pada Jumat (20/03/2020).

Tradisi tahunan yang biasa dihelat pada hari Jumat Kliwon di bulan Rejeb atau Ruwah (nama bulan dalam kalender Jawa) ini menjadi terasa seperti hari-hari biasa, seakan tak ada acara apa pun. Memang Nyadran di tahun ini kurang berkesan seperti tahun-tahun sebelumnya, terasa sepi. Hal ini karena mewabahnya penyakit menular yang disebabkan Covid-19.

Para warga pun merayakan Nyadran dengan disertai rasa cemas dan khawatir akan penyebaran virus ini. Bahkan acara pentas seni untuk memeriahkan Nyadran yang sedianya akan diadakan selama dua malam pun harus dibatalkan, karena empat hari sebelum hari-H Pemerintah Kabupaten Temanggung mengeluarkan surat edaran berupa imbauan kepada masyarakat untuk melakukan social distancing termasuk mengadakan pertunjukkan seni yang mengundang banyak penonton.

Dalam proses musyawarah dusun pun cukup membuat para tokoh masyarakat bingung untuk melanjutkan tradisi Nyadran karena Nyadran sendiri sebenarnya menjadi salah satu kategori kegiatan yang diimbau oleh pemerintah untuk dihindari. Beberapa pertimbangan pun dilakukan. Jika harus membatalkan tradisi Nyadran sendiri para tokoh tidak berani mengingat selain sudah menjadi tradisi yang telah melekat lama juga ada sisi lain yang menjadi pendorong sehingga Nyadran seakan sudah menjadi keharusan untuk dilakukan.

Di samping itu warga yang menghadiri Nyadran mayoritas hanya dari warga yang tinggal di Dusun Kandangan sendiri, meski ada yang dari luar dusun tapi hanya beberapa. Akhirnya disepakati bersama bahwa Nyadran tetap harus dilaksanakan meski tanpa kemeriahan pentas seni.

Proses Nyadran di Dusun Kandangan biasanya dimulai sejak dua hari sebelum perayaan hari-H, mulai dari kerja bakti membersihkan makam dan jalan-jalan menuju makam, mengumpulkan daun pisang, dan besreh (ziarah makam leluhur) yang dilaksanakan hari Rabu dan Kamis.

Bagi warga Dusun Kandangan banyak nilai yang mereka serap dari tradisi Nyadran ini, selain sebagai wujud syukur dan sarana pelimpahan jasa, Nyadran juga menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan, menjalin kebersamaan, dan sebagai sarana pemersatu perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat. Secara keagamaan sendiri di Dusun Kandangan ada tiga pemeluk agama yaitu Islam, Buddha, dan Kristen namun ketika sudah berbaur dalam perayaan Nyadran semua perbedaan lebur menjadi satu, harmoni.

Upacara keagamaan pun dilaksanakan pada Kamis malam, bagi umat Muslim terlebih dahulu mengadakan tahlil di area makam kemudian bergantian dengan umat Buddha melaksanakan pujabhakti pelimpahan jasa yang dilaksanakan di pelataran makam. Mbah Mariyono selaku sesepuh Dusun dan sesepuh umat Buddha Dusun Kandangan memberikan pesan kepada umat Buddha setelah sesi meditasi malam.

“Memang kondisi sekarang sedang tidak baik, ada wabah penyakit yang membuat kita semua khawatir yang disebut banyak orang Corona. Tapi jangan menjadikan kita terlalu cemas, kalau kata sesepuh Jawa dulu, Dadi uwong kui ojo gampang was-was mengko ndak tiwas, ojo gampang sumelang mengko ndak ilang (Jadi manusia itu jangan gampang was-was atau cemas nanti bisa kejadian beneran, juga jangan gampang khawatir yang berlebihan nanti bisa hilang),” sepenggal pesan dari mantan Manggalia Dusun Kadangan.

Keesokan harinya merupakan hari-H perayaan. Acara dimulai dengan sesi sambutan oleh Kepala Dusun dan dilanjutkan makan snack.

“Nyadran menjadi pengingat bahwa kelak kita juga akan bersemayam di tempat ini bersama para leluhur kita, itulah kenapa Nyadran dilaksanakan di makam. Tetepi memang Nyadran sekarang ini tidak seperti biasanya yang meriah dan nyaman. Kita semua tahu bahwa saat ini sedang mewabah penyakit karena virus Corona (Covid-19) yang mana menurut berita di media, di Jawa tengah sendiri sudah ada beberapa orang yang positif Corona. Tetapi saya menghimbau kepada semua warga untuk tetap menjaga ketenangan dan tetap waspada menjaga kesehatan, tidak perlu panik, kita ikuti saja aturan atau himbauan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah supaya kita terhindar dari wabah penyakit ini. Nyadran ini juga menjadi sarana bagi kita untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga kita semua khususnya warga Kandangan terhindar dari wabah penyakit Corona ini,” pesan Widarwanto selaku Kadus Dusun Kandangan.

Seusai sesi sambutan dan makan snack warga melakukan kenduri yang merupakan puncak perayaan Nyadran. Acara kenduri terlebih dahulu diawali dengan doa yang dipimpin oleh seorang perwakilan agama yang ada di Dusun Kandangan.

Nilai toleransi akan nampak ketika sesi doa, karena di Nyadran Dusun Kandangan pemimpin doa akan berbeda-beda setiap tahunnya. Pemimpin doa adalah perwakilan dari setiap pemeluk agama yang ada di Dusun Kandangan yang pembagiannya secara bergiliran dari tahun ke tahun. Kebetulan untuk Nyadran tahun 2020 ini adalah perwakilan dari umat Buddha sebagai pemimpin doa.

Makan bersama menjadi penutup acara Nyadran, sebelum para warga bubar meninggalkan lokasi perayaan.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara