• Wednesday, 15 July 2020
  • Sunyaloka
  • 0

Ajahn Buddhadasa (1906-1993) adalah salah satu bhikkhu Thailand paling berpengaruh di abad ini. Unesco memasukkan beliau dalam daftar “great international personality” mengingat upayanya dalam perdamaian dan kerukunan hidup beragama.

Beliau menerima delapan gelar doktor honoris causa dan buku-buku karyanya memenuhi perpustakaan nasional Thailand. Agama Buddha yang beliau utamakan adalah agama Buddha sebelum adanya aliran-aliran dan beliau menyebutnya “Buddhayana”.

Meski berlatar belakang tradisi Theravada, beliau mampu menjelaskan istilah “Adi Buddha” dan juga “Amitabha” yang digunakan oleh tradisi Mahayana. Penjelasan tersebut dapat kita simak dalam bukunya yang berjudul “Buddha yang Orang Barat Belum Tahu”, yang belum lama ini diterbitkan oleh Penerbit Dian Dharma. Tentunya penjelasan beliau tentang Buddha sejati menjadi penting bagi umat Buddha di Indonesia, mempersatukan Theravada dan Mahayana dalam memahami Realitas Tertinggi.

Adi Buddha

Menurut Ajahn Buddhadasa, Adi Buddha adalah sumber dari Buddha sejati, Buddha yang orang Barat belum tahu. Bahkan dengan jujur beliau katakan bahwa orang Thailand, orang Burma, dan orang Sri Lanka juga tidak mengenal Buddha ini.

Berbeda dengan kita di Indonesia, karena sebutan Adi Buddha digunakan dalam Undang-Undang, yaitu UU Republik Indonesia No. 43 Tahun 1999. Tertulis dalam penjelasan UU tersebut, bahwa pengucapan sumpah/janji untuk penganut agama Buddha diawali dengan ucapan “Demi Sang Hyang Adi Buddha”.

Ajahn Buddhadasa mengatakan bahwa pada umumnya umat Buddha hanya mengenal satu Buddha, yaitu Buddha historis. Padahal Buddha historis telah menjelaskan tentang Buddha sejati melalui kata-katanya,

“Siapa pun yang melihat Dhamma melihat Saya
dan siapa pun yang melihat paticcasamuppada
melihat Dhamma.”

Buddha juga mengatakan,

“Jika Anda melihat tubuh fisik Saya—bahkan jika Anda menyentuhnya—Anda belum melihat Buddha sejati.” Untuk melihat Buddha sejati, kita harus melihat Dhamma, yaitu melihat paticcasamuppada
‘hukum musabab yang saling bergantung’.

Ajahn Buddhadasa selanjutnya menjelaskan, bahwa ada tiga aspek atau tingkatan Buddha: Buddha manusia yang telah menyadari (paticcasamuppada) hukum alam ini, yang telah merealisasikannya secara menyeluruh dan lalu dapat mengajarkannya; kemudian ada hukum alam ini yang merupakan Buddha sejati; dan di luar itu adalah Buddha pertama, sumber asli atau sebab dari mana hukum alam ini berasal, Adi Buddha.

Lebih lanjut Ajahn Buddhadasa mengatakan bahwa banyak buku yang telah ditulis tentang agama Buddha dan semuanya hanya berbicara tentang Buddha historis. Sangat sedikit dari buku-buku ini yang menyebutkan hukum alam.

Semua buku adalah tentang Buddha manusia historis dan hanya sedikit yang berbicara tentang Buddha sejati yang diajarkan oleh Buddha manusia. Bahkan buku-buku yang berbicara tentang hukum alam, tidak pernah mengatakan bahwa ini sebenarnya adalah Buddha sejati.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *