• Tuesday, 4 February 2025
  • Ngasiran
  • 0

Oleh: Ajeng Adinda Putri (Duta Damai BNPT-RI Regional Jawa Timur)

Buddhadharma di Korea Selatan mengalami perubahan besar dalam beberapa dekade terakhir. Meskipun pernah menjadi agama dominan, jumlah penganutnya kini terus menurun seiring dengan meningkatnya populasi yang tidak beragama serta berkembangnya agama lain, terutama Kristen. Tren ini menjadi cerminan bagaimana modernisasi dan perubahan sosial memengaruhi keberagamaan di Korea Selatan. Film Korea “About Family” (2024) menawarkan perspektif menarik tentang bagaimana nilai-nilai Buddhis tetap relevan dalam kehidupan modern. Film ini tidak hanya menggambarkan dinamika keluarga, tetapi juga merefleksikan spiritualitas dalam konteks kehidupan urban yang penuh tantangan.

Perjalanan Buddhadharma di Korea Selatan

Ajaran Buddha masuk ke Korea Selatan pada abad ke-4 melalui jalur Tiongkok dan menjadi agama dominan selama berabad-abad. Namun, pada masa Dinasti Joseon (1392–1897), Konfusianisme menjadi ideologi negara, menekan peran Buddhadharma dalam kehidupan masyarakat. Setelah Perang Korea, terjadi kebangkitan pengikut ajaran Buddha, tetapi sejak awal abad ke-21, tren sekularisasi dan modernisasi membuat banyak generasi muda mulai meninggalkan ajaran agama ini. Kini, angka penganut ajaran Buddha di Korea Selatan semakin menurun, sementara populasi yang tidak beragama meningkat.

Statistik Terkini Penganut Ajaran Buddha di Korea Selatan

Menurut data dari Pew Research Center dan Badan Statistik Korea tahun 2024, populasi keagamaan di Korea Selatan terbagi sebagai berikut:

  • Tidak Beragama: 61%
  • Buddha: 16,9%
  • Prostestan: 15,5%
  • Katolik Roma: 5,1%
  • Lainnya: 1,5%

Selain itu, survei juga menunjukkan bahwa sekitar 53% penduduk Korea Selatan pernah mengubah keyakinan atau meninggalkan agama sama sekali, menegaskan tren sekularisasi yang semakin kuat.

Tantangan dan Perdamaian Antaragama di Korea Selatan

Meskipun perbedaan agama di Korea Selatan relatif dikelola dengan damai, masih terdapat beberapa tantangan. Kelompok konservatif dari agama tertentu terkadang mengkritik ajaran Buddha, dan dalam beberapa kasus, terdapat diskriminasi terselubung di sektor pendidikan serta bisnis. Namun, secara umum, pemerintah tetap mempertahankan netralitas dalam kebijakan keagamaan untuk mencegah konflik sektarian. Menurut laporan Kementerian Budaya, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan tahun 2024, pemerintah telah meningkatkan program lintas agama untuk menjaga harmoni sosial.

Refleksi Buddhadharma dalam Film “About Family” (2024)

“About Family” (2024) adalah film yang mengangkat nilai-nilai Buddhiadharma dalam kehidupan keluarga modern Korea Selatan. Film ini menunjukkan bagaimana ajaran Buddha tentang keseimbangan hidup, kasih sayang, dan ketidakterikatan tetap relevan di era modern. Narasi yang dihadirkan dalam film ini menggambarkan bagaimana konflik keluarga, kehilangan, dan pencarian makna hidup dapat dijembatani melalui kebijaksanaan ajaran Buddha. Kuil Buddha dalam film ini juga berfungsi sebagai tempat refleksi dan ketenangan bagi tokoh-tokohnya, yang mencerminkan peran penting agama dalam menghadapi tekanan kehidupan urban.

Sebagai contoh, karakter utama dalam film mengalami pergolakan batin setelah kehilangan orang tua, dan perjalanan spiritualnya di kuil Buddha membantunya menemukan ketenangan dan makna hidup baru. Film ini secara tidak langsung menyoroti bagaimana ajaran Buddha tetap berperan dalam kehidupan masyarakat meskipun jumlah penganutnya menurun.

Refleksi bagi Umat Buddha dan Umat Beragama di Indonesia

Dinamika yang terjadi di Korea Selatan dapat menjadi pembelajaran bagi Indonesia, terutama dalam mempertahankan eksistensi dan relevansi agama di tengah perubahan sosial. Modernisasi tidak dapat dihindari, tetapi Buddhadharma di Indonesia dapat beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana penyebaran ajaran. Media sosial dan platform digital dapat digunakan untuk menjangkau generasi muda agar mereka tetap memiliki keterikatan spiritual dengan ajaran Buddha.

Selain itu, agama perlu berperan lebih aktif dalam permasalahan sosial seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat. Gereja-gereja di Korea Selatan berhasil menarik banyak pengikut melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan sosial. Buddhis di Indonesia dapat mengikuti langkah ini dengan memperbanyak kegiatan amal dan pemberdayaan masyarakat untuk menunjukkan relevansi ajaran Buddha dalam kehidupan nyata.

Pendidikan agama juga harus lebih kontekstual dan tidak sekadar bersifat dogmatis. Generasi muda perlu memahami bahwa Buddha Dharma bukan hanya tentang ritual, tetapi juga tentang nilai-nilai etika dan filosofi hidup yang dapat membantu mereka menghadapi tantangan modern.

Film “About Family” memberikan gambaran bahwa meskipun tantangan zaman semakin besar, nilai-nilai spiritual tetap memiliki tempat dalam kehidupan manusia. Dari sini, umat Buddha di Indonesia dapat belajar bahwa agama tidak hanya berfungsi sebagai identitas, tetapi juga sebagai sumber kebijaksanaan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami perubahan yang terjadi di Korea Selatan dan mengambil inspirasi dari pesan dalam film ini, Buddhis di Indonesia dapat terus berkembang dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang harmonis.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara