• Saturday, 7 November 2020
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Pandemi COVID-19 masih belum berlalu. Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda wabah ini dapat dikendalikan sepenuhnya. Upaya menemukan vaksin dan obat terus dilakukan.

Di sisi lain, telah terjadi banyak dampak pandemi yang terus dirasakan oleh semua orang seperti hilangnya mata pencaharian, berkurangnya pendapatan, hingga meningkatnya tingkat kekerasan dan kriminal di tengah-tengah masyarakat kita.

Selain terus berusaha secara aktif untuk mengatasi dampak-dampak ini, salah satu yang dapat dilakukan oleh umat Buddha adalah dengan mendaraskan Usnisa Vijaya Dharani—sebuah maha mantra yang dipercaya dapat membantu manusia untuk melewati masa-masa sulit.

Usnisa Vijaya Dharani merupakan sebuah sutra Mahayana yang berasal dari India. Upaya penerjemahan sutra ini dari Sansekerta ke Cina tercatat dilakukan sekurangnya delapan kali antara 679-988 Masehi. Sejak itu, sutra ini mulai dilafalkan oleh masyarakat buddhis pada masa Dinasti Tang. Kepopuleran sutra ini di kalangan buddhis Mahayana tersebar tidak saja di Tiongkok, tetapi juga Vietnam, Jepang, dan Korea.

Sutra ini dipercaya dapat membantu makhluk-makhluk yang sedang berada dalam kesulitan. Menurut sutra ini, kita dapat meninggalkan penderitaan dan memperoleh kebahagiaan; melenyapkan rintangan karma, wabah maupun bencana; melenyapkan kebencian dan kegusaran; dan mewujudkan harapan-harapan baik sehingga sesuai untuk diaplikasi di masa-masa sulit seperti saat ini.

Menurut cerita, sutra ini diuraikan oleh Buddha Gotama atas permintaan Dewa Sakka. Kala itu, seorang putra dewa bernama Susthita sedang risau akibat suara di angkasa yang mengatakan bahwa dirinya hanya mempunyai tujuh hari lagi untuk hidup.

Setelah meninggal, ia akan terlahir di bumi sebagai binatang selama tujuh kehidupan berturut-turut. Setelahnya, ia akan masuk ke neraka. Hanya setelah hukuman karma tergenapi, maka ia akan terlahir di alam manusia di keluarga sederhana dan melarat dengan kondisi buta.

Mendengar hal ini, Susthita merasa ketakutan dan menemui Dewa Sakka. Dewa Sakka setelah mengamati secara saksama, melihat Susthita menjalani tujuh jalan sengsara tersebut. Sakka pun berpikir hanya Tathagata yang dapat menyelamatkan Susthita dari penderitaan ini.

Oleh karena itu, Dewa Sakka pergi menuju taman Anathapindika. Setibanya, Sakka bersujud di kaki Buddha dan berjalan perlahan-lahan searah jarum jam mengelilingi Buddha. Sambil berlutut di hadapan Buddha, Sakka menjelaskan takdir Susthita dan memohon nasehat Buddha.

Seketika, Usnisa (mahkota kepala) dari Buddha memancarkan berbagai macam sinar terang benderang, menerangi dunia di sepuluh penjuru. Kemudian Buddha tersenyum dan mengajarkan Usnisa Vijaya Dharani yang dapat menyucikan semua jalan sengsara, melenyapkan penderitaan atas kelahiran dan kematian.

Demikianlah Dewa Sakka secara hormat menerima amalan dharana ini dan kembali ke istana surgawi untuk mengajarkannya kepada Susthita.

Adapun lafalan untuk dharani ini dapat dilihat pada video youtube berikut.

[youtube url=”https://www.https://www.youtube.com/watch?v=HA75zd5eE-w&ab_channel=ZenMusicChant” width=”560″ height=”315″]

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *