• Thursday, 25 June 2015
  • Sutar Soemitro
  • 0

Kaum perempuan Buddhis di Indonesia belakangan ini seperti mendapat berkah yang bertubi-tubi. Setelah diadakan Upasampada Bhikkhuni Theravada pertama di Indonesia setelah lebih dari seribu tahun, dua hari berselang digelar Konferensi Perempuan Buddhis Internasional Sakyadhita ke-14 di Yogyakarta. (Baca Upasampada Bhikkhuni Theravada Pertama di Indonesia Setelah Seribu Tahun)

Konferensi Sakyadhita dibuka secara resmi di Bangsal Kepatihan, Kantor Gubernur DIY pada Selasa (23/6/2015). Pemukulan gong oleh Menteri Agama RI Lukman Hakim Saeffudin menandai pembukaan konferensi secara resmi.

“Ini bukti nyata betapa emansipasi wanita telah semakin berkembang di berbagai belahan dunia, terutama dalam hal aktualisasi pengembangan spritual, transformasi sosial, dan keadilan gender di tanah air,” kata Lukman Hakim.

Sri Sultan Hamengkubawono X sebagai Raja Yogyakarta sekaligus Gubernur DIY merasa terhormat karena Yogya dipilih menjadi tuan rumah. “Penghargaan bagi Yogya dipilih sebagai tempat konferensi. Ini mengukuhkan Yogya sebagai City of Tolerance,” ujar Sultan.

Yogyakarta dipilih menjadi tuan rumah konferensi karena merupakan miniatur Indonesia. “Kami memilih Yogyakarta sebagai lokasi penyelenggaraan konferensi ini, karena kami menganggap bahwa Yogyakarta ini merupakan contoh yang sangat luar biasa bagi toleransi antar umat beragama,” jelas pendiri Sakyadhita, Ven. Karma Lekshe Tsomo.

“Selain itu, di Yogyakarta banyak monumen Buddhis yang bisa dipakai untuk napak tilas berdirinya agama Buddha. Yogyakarta juga kota pelajar. Kami akan undang mahasiswa untuk mengajarkan soal welas asih dan cinta kasih,” lanjutnya.

Kekaguman serupa juga ditunjukkan oleh Presiden Sakyadhita, Ven. Jetsunma Tenzin Palmo, “Di Indonesia, pemeluk agama Islam, Hindu, Buddha, Kristen dan Katolik hidup rukun. Hidupnya selaras, harmonis, dan tanpa konflik. Padahal, di sisi lain banyak negara di dunia yang terus berkonflik karena masalah agama.”

Ia menilai, keharmonisan itu terjadi karena warga Indonesia berani menyuarakan kerukunan dan welas asih hidup antarumat beragama. “Orang luar negeri yang datang ke Indonesia akan terkejut dengan tingginya toleransi antarumat beragama di sini,” jelasnya.

20150625 Seribu Perempuan Buddhis Ikuti Konferensi Internasional Sakyadhita di Yogyakarta_2  20150625 Seribu Perempuan Buddhis Ikuti Konferensi Internasional Sakyadhita di Yogyakarta_3

Konferensi ke-14 Sakyadhita diselenggarakan di Sambi Resort, Desa Wisata Sambi Pakembinangun, Sleman, Yogyakarta dengan tema “Welas Asih dan Keadilan Sosial” (Compassion and Social Justice). “Konferensi ini diikuti oleh 525 peserta dari 40 negara yang berbeda, dan 475 orang dari seluruh provinsi di Indonesia,” ucap Bhikkhuni Nyana Pundarika, ketua panitia konferensi.

“Bukan hanya berasal dari berbagai negara, tapi dari berbagai tradisi. Lihatlah ada banyak sekali pakaian yang dikenakan. Indah sekali! Duduk bersama dalam harmoni. Saya kehabisan kata-kata melihat ini semua,” ucap Ven. Tenzin Palmo.

“Dan yang paling penting, ini non sektarian. Satu-satunya jalan di sini adalah Jalan Buddha,” tambahnya.

“Selama 8 hari mereka berkumpul dan merayakan keberadaan perempuan. Dalam 58 panel diskusi dan 98 workshop menarik, mereka akan mendapatkan kebijaksanaan dari bhikkhu-bhikkhuni terkemuka dan aktivitas sosial di Yogyakarta, khususnya di Candi Borobudur,” beber Bhikkhuni Nyana Pundarika. Setelah konferensi, semua peserta konferensi akan melakukan meditasi bersama menjelang fajar di Candi Borobudur.

Terdiri dari 13 sub-tema, acara tersebut diisi oleh 59 pembicara dari dalam dan luar negeri yang membahas mengenai berbagai topik seputar agama Buddha dan dunia Buddhis, dari transformasi batin, wanita dan kebudayaan Buddhis Indonesia, peran global agama Buddha, hingga mengenai penahbisan bhikkhuni.

Sakyadhita merupakan sebuah organisasi wanita Buddhis internasional yang berdiri pada tahun 1987, bertujuan menggabungkan perempuan Buddhis dari negara dan tradisi yang berbeda, untuk mempromosikan kesejahteraan mereka dan untuk memfasilitasi pekerjaan mereka untuk membawa manfaat bagi kemanusiaan.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara