• Tuesday, 12 May 2020
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Kekinian, teknologi telah berkembang dengan sangat pesat. Apalagi di tengah masa pandemi COVID-19 (virus korona baru) yang membuat kita semua membatasi aktivitas sosial.

Nah, bertepatan dengan Hari Raya Tri Suci Waisak 2564BE/2020 ini, umat Buddha dianjurkan untuk memperingati hari kelahiran, pencerahan dan parinibbana Buddha dari rumah masing-masing. Saatnya kita memanfaatkan teknologi yang ada, salah satunya Youtube.

Melalui channel Buddha Dhamma Indonesia yang dikelola oleh Bhikkhu Santacitto , saya mengikuti puja bakti Waisak yang berlangsung kurang lebih dua jam. Persiapan dimulai sejak pukul 4 sore dimana para bhikkhu dan samanera yang berjumlah sepuluh orang kemudian berjalan keluar dari area kuti menuju stupa yang berdiri di tengah-tengah halaman wihara Mendut. Usai melakukan pembacaan paritta dan pradaksina sebanyak 3 kali mengelilingi stupa, para bhikkhu dan samanera berjalan menuju aula puja bhakti.

Mengelilingi stupa.

Berjalan menuju aula puja.

Puja bakti Waisak di Vihara Mendut

Puja bakti Waisak di Vihara Mendut ini dipimpin oleh YM Bhikkhu Sri Paňňavaro Mahathera.

Pelafalan paritta suci berlangsung selama kurang lebih 40 menit. Kegiatan dilanjutkan dengan ceramah dhamma oleh Bhante Sri Paňňavaro yang mengulang kembali tiga peristiwa penting yang terjadi pada hari Waisak.

Bhante juga menyatakan keprihatinannya terkait wabah COVID-19 yang sedang melanda Indonesia dan dunia. Peristiwa yang tidak mudah ini mengingatkan kita tentang kejadian Pangeran Siddharta keluar istana pertama kali. Pangeran terkejut melihat betapa banyak penderitaan yang beliau saksikan.

Bhante melanjutkan bahwa meskipun kesaksian penderitaan itu merisaukan Pangeran, beliau tidak menjadi pesimis dan justru berusaha mencari jalan untuk membebaskan manusia dari penderitaan.

Bhante kemudian mengutip kalimat dalam Kitab Pali: paradukkhe sati sādhūnaṃ, hadayakampanaṃ karotī’ti, bagian dari Visuddhimagga.

Kutipan ini menyiratkan bahwa pada saat hati seseorang bergetar karena tidak tega melihat penderitaan, itulah pengertian karuna. Pangeran Siddharta membantu dengan totalitas atas welah asihnya kepada semua makhluk.

Pangeran akhirnya mencapai Pencerahan Sempurna dan menyampaikan jalan untuk menyelesaikan penderitaan. Bhante melanjutkan, jalan untuk menyelesaikan penderitaan itu adalah jangan berbuat buruk, banyaklah berbuat baik, dan siap menerima perubahan.

Dhammadesana oleh YM Bhikkhu Sri Paňňavaro Mahathera.

Ceramah dhamma yang berlangsung selama kurang lebih 30 menit dilanjutkan dengan meditasi selama kurang lebih 20 menit. Puja bakti ditutup dengan pembacaan Namakara patha dan para bhikkhu serta samanera meninggalkan aula puja.

Meskipun terkesan sangat sederhana berbeda dengan perayaan Waisak pada tahun-tahun sebelumnya di Vihara Mendut, peringatan Waisak kali ini justru terasa khusyuk dan berlangsung dengan lancar.

Uniknya, kita dapat melihat teladan dari para bhikkhu dan samanera yang juga menerapkan tindakan pencegahan COVID-19 seperti penggunaan masker kain dan menjaga jarak fisik antara satu sama lainnya.

Meditasi bersama-sama

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *