“Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk.
Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya, bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.”~(Dhammapada 1)
Berdasarkan syair Dhammapada di atas menunjukan bahwa pikiran sangat memengaruhi semua aspek kehidupan seseorang. Pikiran sebagai penentu, pikiran sebagai pelopor, pikiran sebagai driver yang termanifestasikan dalam ucapan dan perbuatan seseorang.
Pikiran sangat cepat berubah, bahkan kecepatannya melebihi kecepatan cahaya, pikiran sangat dinamis, pikiran sangat liar, dan tidak kalah liarnya adalah jari-jemari kita.
Kenapa jari? Ya.. jari kita saat ini sangat sulit untuk dikendalikan, di era keterbukaan informasi dan penggunaan sosial media yang sangat masif ini, membuat jari-jemari kita bergoyang dengan bebasnya di atas smartphone yang kita miliki.
Setiap jam, setiap hari, bahkan setiap menit jari kita tidak berhenti bergoyang merangkai huruf demi huruf, kata demi kata yang kita susun menjadi kalimat yang akhirnya kita kirim dan kita sebarkan. Tidak sampai di situ saja bahkan kita sering turut menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya, di situlah tanpa kita sadari jari-jemari kita ini menjadi agen penyebaran informasi hoax.
Baca juga: Pikiranmu Bukan Tempat Sampah
Sebagai umat Buddha seharusnya kita mampu bersikap lebih bijak dalam menggunakan media sosial saat ini. Karena memang informasi yang kita terima tidak selalu berisi kebenaran, tidak selalu memberikan manfaat, bahkan sebaliknya mampu menyulut kebencian dan perpecahan.
Setiap jam bahkan setiap menit kita selalu mendapatkan berbagai informasi yang dikirim lewat sosial media baik dari group atau dari individu, dengan beragam informasi, baik fakta, opini, atau berita hoax dan di situlah kita dituntut untuk menjadi bijak.
Menjadi bijak di tengah keterbukaan informasi seperti saat ini adalah sebuah keharusan. Selain bijak, kita juga perlu menjadi agen kritis dalam menerima informasi.
Saat ini kita hampir sulit untuk membedakan, mana infromasi yang baik dan benar, dan mana opini serta hoax. Setidaknya ada tiga hal yang paling tidak kita harus miliki sebagai umat Buddha yaitu budaya berpikir kritis, memiliki pandangan yang benar, dan mampu mengkaji dan menyelidiki dengan cermat kebenaran dari informasi yang kita terima (Ehipassiko).
Berpikir kritis
Kuranganya budaya berpikir kritis adalah salah satu penyebab dari masih maraknya berita hoax bergentayangan. Seharusnya generasi kita dibekali dengan kemampuan critical thingking sejak berada di bangku sekolah dasar, tidak justru menciptakan generasi yang hanya mampu menyalin isi buku tanpa mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Jika kita cermati, kita sering kali membagikan berbagai berita yang kita sendiri saja tidak tahu, dan bahkan kita tidak seutuhnya membaca berita tersebut, hanya membaca judulnya saja, di situlah kita tidak menggunakan kemampuan berpikir kritis kita.
Baca juga: Melonggarkan Cengkeraman Pikiran
Belakangan ini begitu mudahnya masyarakat terhasut isu-isu yang provokatif, kegiatan main hakim sendiri, persekusi, mobilisasi massa, bahkan orang ikut demo tanpa tahu apa persoalan yang sebenarnya. Orang bisa membenci orang lain hanya dari apa yang dia baca, orang bertengkar karena apa yang dia lihat, orang mebunuh karena apa yang dia dengar, di situlah berpikir kritis ini dibutuhkan.
Karena sejatinya manusia diciptakan untuk berpikir, “Aku berpikir maka aku ada”. Jangan biarkan jari kita “jahat”, ada kalanya berita itu berhenti di kita dan bahkan harus kita hapus atau memang bermanfaat untuk kita sebarkan. Menjadi agen kritis sangat diperlukan di saat krisis kebenaran informasi seperti saat ini.
Memiliki pandangan benar
Pandangan benar dalam agama Buddha tentunya kata tersebut tidak asing di telinga kita. Menurut Willy Yandi Wijaya dalam buku yang berjudul “Pandangan Benar”, pandangan benar dapat dimaknai sebagai suatu pandangan mengenai hakikat kehidupan atau pemahaman terhadap kenyataan dari segala sesuatu.
Dalam hal ini tentu pandangan benar yang saya maksud adalah bagaimana seseorang harus mampu dan mengetahui kebenenaran atau kenyataan dari sebuah informasi yang kita terima. Kita harus memiliki pandangan yang komperhensip,dan melihat serta mencerna infromasi dari berbagai sudut dan referensi.
Buddha dalam Majjhima Nikaya 43.14, menjelaskan ada lima faktor yang mendukung pengembangan pandangan benar yaitu: kesusilaan, belajar, diskusi, ketenangan, dan kebijaksanaan. Lewat lima cara tersebutlah kita bisa menjadi konsumen dan juga produsen informasi yang cerdas dan bijak.
Ehipassiko
Metode ehipassiko yaitu lihat, datang, dan buktikan inilah yang sangat penting untuk kita kembangkan dalam kaitannya dengan informasi.
Metode tersebut mengajarkan kita betapa pentingnya sebuah nilai kebenaran bukan hanya sekedar keyakinan semata. Informasi yang kita terima seyogyanya kita cermati, kita telaah, kita kaji, dan kita dalami, bahkan kalau perlu dibuktikan kebenarannya.
Buddha menjelaskan ada tiga cara kebijaksanaan dapat diperoleh, (1) Sutamayapanna; kebijaksanaan timbul melalui mendengar, membaca. (2) Cintamayapanna; kebijaksanaan timbul melalui berpikir (logika), (3) Bhavanamayapanna; kebijaksanaan muncul melalui meditasi menyadari kekinian yang terjadi.
Jadi kita harus turut menjadi agen-agen kebenaran dengan bersikap kritis, memiliki pandangan yang benar, dan memapu menyelidiki dan memberikan infromasi yang bermanfaat bagi diri kita dan orang banyak.
Berhenti menyebarkan berita hoax, berhenti menyebarkan berita yang kebenaranya diragukan, berhenti menyebarkan atau beragumen yang dapat memicu pandangan sesat, perbecahan, kebencian, dan permusuhan.
Jangan hanya karena agar terlihat aktif dan eksis, kita menyebarkan berita yang tidak berisi. Jangan biarkan jari kita jahat, karena jahat itu berat. Biar Mara saja.
Widia Dharma
Seorang pengajar dan seorang mahasiswa S3 di Universitas Negeri Jakarta
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara