
Foto: Ana Surahman
Semarang, Minggu (23/2) – Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi) melantik 46 Pandita Muda dalam upacara khidmat yang digelar di Vihara Watu Gong, Semarang. Acara yang dimulai pukul 09.00 WIB ini dihadiri oleh Bhikkhu Khemadhiro, Samanera Abhayarato, serta pengurus pusat dan daerah Magabudhi Jawa Tengah.
Upacara diawali dengan persembahan sarana puja oleh perwakilan calon pandita, dilanjutkan dengan namaskara, pembacaan perlindungan, dan pengucapan tekad menjalankan sila. Ke-46 pandita baru tersebut berasal dari berbagai kota di Jawa Tengah, antara lain Tegal (2 orang), Temanggung (7 orang), Semarang (5 orang), Cilacap (1 orang), Banjarnegara (1 orang), Kudus (2 orang), Wonogiri (2 orang), Pati (7 orang), Purworejo (1 orang), Banyumas (6 orang), Jepara (1 orang), Rembang (1 orang), Magelang (1 orang), dan Kebumen (9 orang).
Kehadiran para pandita muda ini diharapkan menjadi angin segar bagi kemajuan dan perkembangan Agama Buddha di Indonesia. Sejalan dengan motto Magabudhi, “Tulus Mengabdi Tiada Henti”, para pandita memiliki peran strategis sebagai garda terdepan dalam pelayanan umat serta pendamping Bhikkhu Sangha dalam pembinaan.

Bhikkhu Khemadhiro, Wakil Padesanayaka Wilayah Jawa Tengah, menyampaikan kebahagiaannya atas pelantikan ini. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya rasa percaya diri dan keteladanan bagi para pandita baru.
“Keberadaan Anda di tengah umat sangat dibutuhkan, terutama dalam acara-acara penting seperti hari raya, pernikahan, atau kematian. Jangan pernah malu mengenakan seragam pandita. Selain itu, Anda harus menjadi panutan, menjaga sikap dan perilaku, serta menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, terutama di depan umat. Jaga nama baik Magabudhi,” tegas Bhante Khemadhiro.
Bhante Khemadhiro juga berpesan agar para pandita muda terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Menurutnya, selain moralitas yang baik, kemampuan dalam bidang tertentu akan meningkatkan kualitas pelayanan kepada umat.
“Bagi pandita senior, kehadiran pandita muda jangan dianggap sebagai saingan, melainkan harus dirangkul, diberi arahan, dan bimbingan. Dalam organisasi ini, kita bukan bersaing, tetapi berdampingan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada umat,” ujarnya.
Ia juga mendorong Magabudhi untuk lebih aktif mengadakan pertemuan dan pelatihan guna membekali para pandita dengan keterampilan yang dibutuhkan, seperti tata cara pernikahan, ritual kematian, pranoto coro (MC berbahasa Jawa halus), pasrah nganten, lamaran, kursus Dhammaduta, dan public speaking.
Di akhir sambutannya, Bhante Khemadhiro menegaskan bahwa pandita adalah Dhammaduta, utusan Dhamma yang bertugas melestarikan Agama Buddha di wilayah masing-masing. Ia mengajak para pandita untuk aktif menghadiri acara-acara di vihara dan memberikan bimbingan kepada umat.
“Pandita adalah seorang Dhammaduta yang ikut membantu melestarikan Agama Buddha. Segera akan ada Sebulan Pendalaman Dhamma (SPD), jadi harus aktif. Ini akan sangat membantu kami, para Bhikkhu Sangha,” pungkasnya.
Upacara pelantikan ditutup dengan pemberkahan dan pemercikan tirta paritta oleh Bhante Khemadhiro. Setelah menerima pemberkahan, para calon pandita resmi dilantik sebagai Pandita Muda, yang ditandai dengan penandatanganan Surat Keputusan (SK) Pandita.
Acara berakhir dengan namaskara bersama, mengukuhkan komitmen para pandita muda untuk mengabdi kepada umat dan Agama Buddha. Dengan dilantiknya 46 Pandita Muda ini, Magabudhi semakin memperkuat perannya dalam membimbing umat Buddha di Indonesia, sekaligus meneguhkan semangat “Tulus Mengabdi Tiada Henti” dalam setiap langkah pengabdian.



