• Monday, 19 March 2018
  • Mariani Dewi
  • 0

Fisikawan, kosmolog, dan penulis ternama, Stephen Hawking, meninggal dunia pada (14/3) dalam usia 76 tahun. Meskipun bukan seorang Buddhis, tetapi pada Februari 2015, Hawking menggemparkan dunia saat ia memperingatkan tentang betapa berbahayanya kekerasan—salah satu dari “tiga racun” yang dikenal di agama Buddha.

Hawking mengindentifikasi kekerasan manusia sebagai salah satu ancaman terbesar bagi kemanusiaan itu sendiri.

“Kelemahan manusia yang paling ingin saya perbaiki adalah kekerasan. Kekerasan mungkin mendatangkan manfaat di masa manusia purba, untuk mendapatkan makanan, wilayah kekuasaan atau pasangan untuk menghasilkan keturunan, tetapi sekarang kekerasan bisa menghancurkan kita.”

Terutama, ia memperingatkan, bahwa teknologi nuklir yang dikombinasikan dengan agresi dapat menyebabkan, “Akhir dari kehidupan manusia, bahkan akhir dari seluruh ras manusia.” Apa solusinya menurut Hawking? Empati.
Empati membawa kita bersama dalam situasi yang damai dan penuh cinta,” katanya.

Mengatasi kekerasan

Kekerasan, atau dengan istilah lainnya “kemarahan” dan kebencian” adalah salah satu dari “tiga racun” yang dikenal dalam Buddhadharma. Dua lainnya adalah keserakahan dan delusi.

Buddhadharma ditujukan untuk membantu kita mengobati tiga racun ini. Misalnya, Thich Nhat Hanh seringkali menjelaskan tentang cara merilekskan cengkeraman kemarahan, kemelekatan, dan delusi dengan meditasi.

Baca juga: Tak Perlu Tahu Banyak Teori, Segeralah Mulai Meditasi

“Penuh kesadaran tidak memerangi kemarahan atau kepedihan. Penuh kesadaran hadir untuk mengenali. Menyadari sesuatu artinya mengenali bahwa dia ada di sana saat ini.

“Penuh kesadaran adalah kapasitas untuk menyadari apa yang sedang terjadi sekarang. Bernapas masuk, saya tahu kemarahan muncul dalam diriku; menghembuskan napas, saya tersenyum terhadap kemarahan itu. Ini bukanlah menekan atau memerangi. Ini adalah mengenali. Begitu kita mengenali kemarahan, kita merangkulnya dengan penuh kelembutan.”

“…bermeditasi bukanlah berperang. Dalam Buddhadharma, praktik meditasi adalah praktik merangkul dan transformasi, bukan berperang.” (lionsroar.com)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara