• Monday, 26 September 2022
  • Surahman Ana
  • 0

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha kembali menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bagi Ormas Lintas Agama di aula Griya Vipasana Avalokitesvara (GVA) Mungkid, Magelang (25/09).

Materi FGD kali ini adalah tentang Dhammayatra. Kegiatan menghadirkan dua narasumber yaitu Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Agama Buddha Indonesia (APTABI), Bhante Ditti Sampano dan Pujo Suwarno dari PT. Taman Wisata Candi (TWC). 

Bhante Ditti menjelaskan bahwa salah satu upaya untuk mendukung pemerintah atas ditetapkannya Borobudur sebagai rumah ibadah umat Buddha adalah dengan adanya kegiatan spiritual yang setara atau sama dengan Dhammayatra. 

Dhammayatra

“Dalam istilah yang kami temukan dalam teks-teks buddhis, Dhammayatra adalah praktik peziarahan atau perjalanan spiritual dalam agama Buddha.

Bisa dibilang dalam masyarakat Jawa sama dengan istilah ngalap berkah/ziarah.”

Menurut Bhante, banyak landasan yang menjadi alasan kuat Borobudur layak menjadi tempat Dhammayatra bagi umat Buddha.  

“Dalam ajaran Buddha juga dianjurkan. Dalam Mahaparinibbana Sutta, Buddha memberikan satu pesan kepada para murid untuk mengunjungi tempat-tempat suci yang terkait dengan Buddha.

“Kemudian setelah Buddha meninggal atau parinibbana, relik atau sisa-sisa jasad Beliau ditempatkan di beberapa lokasi. Ini alasan kenapa Borobudur itu layak dan bisa dijadikan tempat ziarah bagi umat Buddha.” 

Secara teologis Bhante menjelaskan bahwa Dhamayatra mengacu pada Kitab Milinda Panha, salah satu bagian dari Tripitaka. “Dalam Milinda Panha ada pernyataan, “Hormatilah relik dari mereka yang patut dihormati. Dengan bertindak demikian engkau akan pergi dari dunia ini ke surga.” Dan relik-relik ini pada umumnya ditempatkan di dalam stupa-stupa.” lanjut Bhante. 

Landasan

Pertimbangan kuat yang lain menurut Bhante adalah Borobudur sebagai situs suci atau destinasi spiritual bagi umat Buddha. Hal ini terkait dengan penetapan Borobudur sebagai rumah ibadah umat Buddha. 

Pujo Suwarno, narasumber dari PT. TWC menyampaikan sejak ditandatanganinya MoU mengenai pemanfaatan Candi Borobudur, permintaan dari kelompok-kelompok umat Buddha untuk berkegiatan di Borobudur meningkat. 

“Kami saat ini mulai berbenah kembali dalam penataan destinasi Candi Borobudur, karena sejak ditandatanganinya MoU oleh empat menteri mengenai pemanfaatan Candi Borobudur untuk kegiatan peribadatan, permintaan dari umat Buddha untuk berkegiatan di Borobudur frekuensinya naik.

Hampir setiap minggu ada permintaan baik itu dari kelompok kecil maupun kelompok yang jumlahnya banyak. Ada juga dari yang hanya beberapa orang,” paparnya. 

Di sisi lain, desa-desa sekitar Borobudur juga mulai mengalami perubahan. Menurut Pujo perubahan-perubahan ini merupakan wujud bahwa berbicara Borobudur bukan hanya seputar candinya, akan tetapi juga dampak bagi lingkungan sekitar candi.

“Sekitar tiga tahun terakhir desa-desa di sekitar Borobudur sudah banyak perubahan, sekarang sudah ada Balai Ekonomi Desa (Balkondes).

“Tujuan dari Balkondes ini untuk mnegurangi jumlah pedagang yang menumpuk di kawasan Candi Borobudur, sehingga dengan adanya balkondes ini warga bisa berjualan di desannya sendiri, tidak harus di Borobudur. Sehingga untuk pengelolaan destinasi Candi Borobudur ini juga harus memperhatikan efek ekonomi bagi warga-warga yang ada di sekitar candi,” imbuh Pujo.

Apresiasi

Pembimas Buddha Prov. Jawa Tengah, Karbono dalam sambutan pembukaan menyampaikan rasa terima kasihnya atas upaya dinas purbakala yang telah mendukung upaya pemerintah dalam mengembalikan fungsi Borobudur sebagai tempat ibadah umat Buddha.

“Bagi kami umat Buddha, Borobudur adalah altar suci yang mana fungsi utamanya sebagai sarana puja dan tempat ibadah. Oleh karena itu kami megucapkan terima kasih kepada dinas purbakala yang telah menutup akses naik ke Candi Borobudur. Ini menjadi satu upaya untuk menghormati altar suci kami,” jelasnya.

Kasubidit Dirjen Bimas Buddha, Karsan mewakili Dirjen Bimmas Buddha menyampaikan bahwa FGD kali ini merupakan kelanjutan dari kegiatan yang digelar pada bulan Mei di Grand Artos, Magelang.

Kegiatan diikuti kurang lebih enam puluh peserta diantaranya adalah dari pegawai kantor Dirjen Bimas Buddha, pegawai Bimas Buddha Kanwil Jawa Tengah, pegawai Kementerian Agama Kabupaten Magelang, Para tokoh FKUB Kabupaten Magelang, serta beberapa tokoh ormas dari Kabupaten Temanggung.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara