• Wednesday, 15 June 2022
  • Deny Hermawan
  • 0

Candi Gumpung adalah salah satu candi yang bisa dijumpai kalau kita berkunjung ke kawasan cagar budaya Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Ini adalah salah satu dari candi di kawasan itu yang sudah dipugar, sehingga bisa dinikmati keindahannya. 

Dari kejauhan candi itu bisa dilihat keindahannya. Warnanya yang merah menandakan sang candi berbahan batu bata. 

Ukuran candi ini lumayan besar, yakni 17,90 meter x 17,90 meter. Tingginya sekitar tiga meter. Candi itu tidak memiliki ruang, dan menghadap ke timur. 

Candi Gumpung dipugar mulai tahun 1982 sampai 1988. Ditemukan inkripsi pada lempengan emas selama proses pemugaran. Tulisan yang digunakan dalam inkripsi-inkripsi itu adalah aksara Kawi atau Jawa Kuno. Isi dari inkripsi adalah mantra/ nama yang digunakan dalam Vajradhātu-Mandala. Indikasinya dapat diketahui dari ciri huruf yang cenderung membentuk bulat, dan adanya kuncir pada huruf-huruf tertentu. 

Berdasarkan kajian paleografi, arkeolog Prof M. Boechari dalam laporan penelitiannya tahun 1985 berpendapat bahwa Candi Gumpung didirikan pada pertengahan abad 9 hingga awal abad 10. Hal ini didukung dengan temuan keramik-keramik Tiongkok di sekitar candi yang berasal dari masa Dinasti Sung.

Pipi tangga dan makara

Arkeolog Bambang Budi Utomo dalam buku Candi  Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa (Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, 2014), menyebut, pada candi terdapat satu tangga atau semacam “antarala” untuk menuju gerbang kecil di dinding timur candi. Pada bagian timur itu ada satu pipi tangga dan satu makara dari batu. 

Diduga candi itu pernah mengalami dua atau tiga kali tahap pembangunan. Struktur pertama Candi Gumpung berbentuk lapik besar, pejal, dengan pintu tanpa tangga di sebelah timur. Di atas lapik besar tersebut tertata lima stupika (stupa kecil) dalam bentuk mandala  vajradhatu. Kelima stupa tersebut adalah lambang dari Panca Tatagahta, yakni Wairocana (tengah), Amoghasiddhi (utara), Aksobhya(timur), Ratnasambhawa (selatan), dan Amitabha (barat).

Mandala Vajradhatu menandakan candi itu bercorak Vajrayana. Pendapat tentang latar belakang keagamaan candi tersebut dikemukakan oleh Boechari pada 1985. Dasarnya pembacaan peripih Candi Gumpung, berupa tulisan-tulisan di atas lempengan emas yang dipendam di dasar candi. 

Ada kemungkinan bagian atas struktur kedua Candi Gumpung diberi tambahan teras, pada pembangunan candi tahap selanjutnya. Penambahan itu membentuk ruang yang difungsikan untuk menempatkan arca Prajnaparamita yang memiliki ciri berasal dari abad ke-13.

Arca Prajnaparamita

Di area Candi Gumpung memang pernah ditemukan arca Prajnaparamita. Temuan lain berupa tempat kedudukan berupa bunga padma (padmasana) dari bata. Kedua artefak itu ditemukan pada saat dilakukan pemugaran bangunan induk.

Arca Prajnaparamita dari Candi Gumpung mirip arca Prajnaparamita dari kompleks Singasari, yang kini disimpan di Museum Nasional. Hanya koleksi dari Candi Gumpung itu tidak memiliki sandaran. Meskipun bagian kepala hilang dan bagian lengan terpotong, sisa-sisa gaya seni yang tinggi masih terlihat jelas dari setiap detail pahatan. 

Candi Gumpung biasa dipakai untuk tempat peringatan Waisak di Kompleks Muaro Jambi oleh umat Buddha. Namun sejak tahun 2022 ini, lokasi peringatan dipindah ke Candi Kedaton yang jaraknya 3 km di sebelah barat, demi alasan keamanan dan kekhusyukan. 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *