• Monday, 18 February 2019
  • Ngasiran
  • 0

Bagi masyarakat Dusun Krecek, gombakan dimaknai sebagai harapan akan masa depan anak.

Seperti yang dituturkan Sukoyo (67), “Tradisi potong rambut merupakan sebuah harapan dari orangtua supaya anaknya lepas dari halangan dalam menjalani hidup. Biasanya pada saat anak lahir, rambutnya pernah dipotong tapi si anak rewel, sakit-sakitan, orangtua langsung berniat nanti rambutnya di-ingu (dirawat/tidak dipotong) sampai usia tertentu. Ada juga yang dari lahir memang tidak dipotong,” jelas sesepuh dusun yang juga sebagai pemimpin upacara gombak.

Dusun Krecek, salah satu dusun Buddhis di Desa Getas, Temanggung, masih melestarikan tradisi potong rambut gombak. Selasa (5/2), upacara potong rambut gombak dilaksanakan oleh keluarga besar Bapak Walyono (46).

Eka Santida Nugraha (6), adalah putra tunggal dari pasangan Walyono dan Harmuntanti yang sejak lahir hingga usia 6 tahun, rambutnya belum pernah dipotong. Upacara pemotongan rambut Eka Santida, inilah yang disebut sebagai upacara gombak, atau oleh masyarakat Krecek disebut gombakan.

Perekat persaudaraan

Proses upacara gombak terbilang cukup panjang. Tiga minggu sebelum upacara digelar, para sanak saudara, dan tetangga gotong royong (sinoman) mengambil kayu bakar, memotong bambu untuk membuat loteng, amben, dan pawon (tungku).

Proses tersebut, kebanyakan dilakukan oleh kaum laki-laki, sementara perempuan bertugas untuk menyiapkan makanan. Beberapa hari setelah persiapan dapur selesai, giliran ibu-ibu yang sinoman napeni beras (membersihkan beras).

Empat hari sebelum upacara dilaksanakan, para laki-laki maupun perempuan mulai berdatangan ke rumah Waliyono. Meminjam segala kelengkapan upacara dilakukan oleh para laki-laki. Sedangkan perempuan tetap melakukan pekerjaan dapur. Persiapan ini setidaknya membutuhkan waktu selama dua hari.

Malam kedua persiapan, yang punya hajat memberi sesaji di pelbagai tempat; sumber mata air, perempatan jalan, tempat keramat, dapur, dan pojokan-pojokan rumah. Selesai itu, para tetangga yang tidak ikut sinoman diundang untuk menjadi saksi kendurian babah dalan dengan harapan semua proses menjadi lancar.

Baca juga: Di Temanggung Ternyata Ada Juga Tradisi Potong Rambut Gimbal ala Buddhis

Kendurian berakhir, para sinoman berkumpul membahas pembagian tugas selama acara berlangsung. Mulai dari penerima tamu, juru ladi (menyuguhkan makanan kepada tamu), petugas loteng, mengambilkan nasi, hingga mencuci piring, semua dibahas hingga hal-hal terkecil.

Gombak, antara tradisi dan Buddhadharma

Hingga saat ini, seluruh penduduk Dusun Krecek menganut agama Buddha. Agama Buddha berkembang “kembali” di dusun ini sejak tahun 1966, tidak jauh berbeda dengan desa-desa lainnya di Kecamatan Kaloran. Jauh sebelum itu, tradisi gombakan sudah dilakukan secara turun temurun masyarakat Krecek.

Agama Buddha yang dinilai sesuai dengan tradisi Jawa tak lantas menghilangkan tradisi yang berkembang di masyarakat. Lebih dari itu, tradisi dan budaya leluhur ini bahkan berkembang bersama, mengalami akulturasi. “Dulu upacara dilakukan berdasarkan tradisi Jawa dan secara Islam, termasuk ada tahlilan, tapi setelah tahun 1966, ketika masuknya agama Buddha di daerah Temanggung, masyarakat semua memeluk agama Buddha. Dari situ, semua tradisi yang dijalankan, selain didoakan dengan doa Jawa juga dibacakan parita-parita suci,” kata Sukoyo.

Usai upacara potong rambut, selanjutnya para saksi yang terdiri dari keluarga besar dan para tetangga melakukan pujabhakti. Upacara selesai, juru ladi kembali berperan untuk membagikan makan malam kepada seluruh hadirin. Selesainya upacara ini ditandai dengan kendurian bersama yang diikuti oleh warga Dusun Krecek. Pesta potong gombak tak selesai malam itu. Esok harinya digelar pentas seni rakyat, Wargo Turonggo Jati, dari Dusun Krecek sendiri dan Kudo Taruno Karyo Bahagiya, dari Dusun Kandangan.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara