Rabu, 1 Juni 2016, merupakan hari yang berbahagia bagi umat Buddha Vihara Dhamma Loka Santi, Dusun Pendem, Desa Tlogowungu, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Selain ada peresmian purna pugar Vihara Dhamma Loka Santi, bagi umat Buddha Kaloran, tanggal 1 Juni juga diperingati sebagai hari “kebangkitan” agama Buddha Kecamatan Kaloran.
Puluhan anggota sangha bersama ribuan umat Buddha dari seluruh Kabupaten Tamanggung dan Semarang ikut menyaksikan peristiwa bersejarah ini. Meskipun sempat diguyur hujan dengan cukup deras, umat tetap antusias mengikuti acara hingga selesai. “Hujan ini adalah berkah,” ujar Bhikkhu Jotidhammo.
Menurut Dharmadi, ketua panitia acara purna pugar, Vihara Dhamma Loka Santi seumuran dengan agama Buddha di Kecamatan Kaloran. “Pada tanggal 21 Juni 1968 vihara yang pertama dibangun, artinya vihara yang lama telah berumur 48 tahun sejak berdiri. Dan ini adalah peristiwa bersejarah bagi kami, karena vihara yang baru telah berdiri dan dapat kita resmikan pada tanggal ‘kebangkitan’ agama Buddha di Temanggung.”
Dharmadi juga sekaligus membacakan deklarasi “kebangitan” agama Buddha Temanggung, “48 tahun yang lalu, tepat pada tanggal 1 juni 1968, para tokoh pendiri agama Buddha Temanggung mendeklarasikan agama Buddha. Saat itu setidaknya lebih dari 500 orang berkumpul di rumah Y. Sutrisno, seorang tokoh agama Buddha. Terdapat sembilan tokoh deklarator yang berjasa besar dalam “kebangkitan” agama Buddha Temanggung.”
Sementara itu Bhante Dhammasubho dalam pesan Dhammanya melontarkan pujian kepada umat Buddha Temanggung yang masih mengingat sejarah. “Sejarah jangan sampai dilupakan, perjungan sembilan tokoh yang berjasa besar sehingga kita ada, harus tetap kita jaga dan kita jadikan panutan. Sampai hari ini, saya masih mengingat dengan benar bagaimana munculnya agama Buddha di daerah saya di Kediri, Jawa Timur,” ujar Bhante.
Bhante bercerita bagaimana ia dan keluarga pertama kali memeluk agama Buddha, “Pada tahun 1956, ada seorang tamu datang ke rumah. Beliau adalah seorang pengelana, dengan berjalan kaki dari barat Pulau Jawa ke ujung timur Pulau Jawa. Ketika datang dan bertemu bapak saya, Mbah Dharmo Aji (nama tamu tersebut), bapak meminta Mbah Dharmo Aji untuk menginap, namun Mbah Dharmo Aji dan bapak semalaman tidak tidur tetapi diskusi tentang lelaku kehidupan, ilmu sangkan paraning dumadi, atau dalam bahasa Buddhis paticcasamuppada. Di pagi hari sebelum beliau pamit untuk meneruskan perjalanan, bapak dikasih buku. Dari situlah kami sekeluarga langsung memeluk agama Buddha, sampai kemudian saya menjadi bhikkhu hingga kini.”
Sedangkan Bhante Jotidhammo menyampaikan, “kebangkitan” agama Buddha Temanggung, khususnya Kecamatan Kaloran adalah sejarah yang luar biasa, “Saat itu ada sembilan tokoh yang mengambil keputusan untuk membangkitkan agama Buddha, dan itu harus diteruskan dan dijaga, supaya keputusan itu tetap lestari. Saya pernah bertemu dengan Mbah Manggis, Mbah Wanoro dan terakhir Mbah Sugito pada saat beliau masih hidup, dan memang jasa mereka sangat besar. Kalau tidak ada sembilan tokoh tersebut belum tentu ada agama Buddha di Kaloran. Kebangkitan agama Buddha harus diperingati supaya umat Buddha ingat dan tidak melupakan agama Buddha. Kalau sudah ingat juga harus waspada atau hati-hati jangan sampai meninggalkan agama Buddha.”
Bhante Joti juga memberi apresiasi dan dukungan kepada pemuda Buddhis Temanggung, Semarang dan Kendal yang selalu merayakan kebangkitan agama Buddha, “Saya berharap generasi muda Buddhis Temanggung khususnya dapat berkembang dengan baik. Para bhikkhu akan selalu mendukung dan mendampingi muda-mudi dalam melakukan kegiatan. Pada acara puncak peringatan ‘kebangkitan’ agama Buddha Temanggung yang diselenggarakan anak muda nanti juga ada bhikkhu dari Mendut yang hadir, yaitu Bhikkhu Atthapiyo.”
Pameran Foto Kegiatan Pemuda Buddhis Temanggung-Semarang-Kendal
Dalam acara itu, pemuda Buddhis Temanggung, Semarang dan Kendal juga membuka stan pameran foto kegiatan dan kliping berita dari safari vihara, napak tilas, hingga perlombaan.
Pameran foto kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan kepada umat Buddha yang hadir bahwa pemuda Buddhis dari tahun ke tahun selalu memperingati “kebangkitan” agama Buddha Temanggung. Pameran foto yang digelar untuk pertama kali ini disambut antusias umat yang hadir sebelum dan sesudah acara peresmian.
Bhikkhu Dhammasubho yang sempat mampir dalam stan pemuda Buddhis memberikan komentar, “Karya yang bagus.”
Kemudian Bhante menulis pesan, “Orang tua punya masa lalu, orang muda punya masa depan. Yang dulu adalah pelajaran, yang akan datang adalah cita-cita dan harapan, yang sekarang adalah kenyataan. Wujudkan dirimu adalah pahlawan.”
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara