• Tuesday, 10 April 2018
  • Ngasiran
  • 0

“Saya suka pendidikan dan saya rasa ketika ditugaskan di Singkawang banyak yang bisa saya kerjakan,” tutur Bhante Thitayanno kepada BuddhaZine, Kamis (1/3).

Kota Singkawang merupakan salah satu basis umat Buddha terbesar di Kalimantan Barat. Sebagai kota dengan populasi penduduk mayoritas keturunan Tionghoa, membuat agama Buddha dianut secara turun-temurun di kota ini. “Agama Buddha tradisi,” begitu Bhante Thitayanno menyebutnya.

Hingga sekitar tahun 1970-an, sekte Maitreya datang dan melakukan pembinaan umat Buddha Singkawang. Banyak yang dilakukan sekte Maitreya dalam melakukan pembinaan umat Buddha Singkawang. Membangun sekolah-sekolah Buddhis salah satunya. Meskipun begitu, sekte Maitreya masih belum mampu menjangkau umat Buddha secara keseluruhan.

Theravada masuk ke Singkawang

Bhante Tithayanno adalah bhikkhu Theravada pertama yang tinggal dan menetap di Singkawang. Ia datang ke Singkawang sejak tahun 2005 hingga kini. “Saya merasa senang tinggal di kota Ini,” jelasnya ketika ditanya alasan menetap di Kota Singkawang.

Tetapi, perkembangan aliran Theravada di Kalimantan Barat, khususnya Kota Singkawang tak lepas dari peran umat Buddha Singkawang sendiri.

“Awal Theravada masuk ke Kalimantan Barat lewat Pontianak. Dulu Kemenag Kalbar tidak ada umat Buddha. Kemudian para tokoh agama Buddha Kalimantan Barat, terutama dari Walubi minta ke pusat supaya di Pontianak ada pejabat agama Buddha.

Baca juga: Bangun Vihara Semangat, Giliran Urus Pendidikan? Payah!

“Permintaan itu dikabulkan dan datanglah Pak Saiman sebagai Pembimas Buddha Kalimatan Barat. Setelah itu baru datang guru-guru yang lain seperti; Pak Slamet, di Pontianak ada Pak Supriyono, sekarang beliau sudah pindah ke kampungnya dan disusul guru-guru lainya yang menyebar di Singkawang, Pontianak, dan Mempawah,” jelas bhante.

Menurut bhante, peran para guru dan pejabat kementerian agama Buddha pada masa perkembangan agama Buddha di Kalimantan Barat sangat besar.

“Selain itu juga ada umat Buddha Singkawang, sekarang sudah pindah ke Jakarta. Dia ingin supaya ada pembinaan umat Buddha di Pontianak dan Singkawang, dia mengundang Bhikkhu Saddhaviro, tetapi Bhante Saddhaviro menyatakan tidak sanggup karena sudah fokus di Kalimantan Selatan. Meskipun begitu, umat Buddha tersebut tidak putus asa dan tetap menginginkan agar ada pembinaan di Kalbar jadi dia menyewa tempat di Pontianak.”

Perkembangan selanjutnya Bhante Subhalaratano, salah satu bhikkhu senior Sangha Theravada Indonesia datang ke Pontianak dan membangun Vihara Dhammasiri dan Vihara Vimala Candra di Singkawang. “Jadi prosesnya panjang, dari umat Buddha di Pontianak, pejabat agama Buddha, guru agama, lalu ada bhikkhu-nya.”

Membangun tempat kursus hingga sekolah

Bhante Tithayanno ditahbiskan menjadi bhikkhu di Thailand pada tahun 1999. Setelah satu tahun, bhikkhu asal Makassar ini pindah ke Myanmar. Pada 2003 bulan November, ia kembali ke Indonesia dan mengabdi di Medan, Sumatera Utara sebagai Direktur Indonesia Tipitaka Center.

“Tetapi di Medan saya hanya mampu bertahan beberapa bulan. Setelah itu saya pindah ke Jakarta dan masuk Sangha Theravada Indonesia.

“Saya menjalani masa percobaan selama 2 tahun ditempatkan di Ciapus bersama Bhante Subhalaratano. Dan suatu hari saya diajak ke sini. Saya mengusulkan beberapa hal lalu Bhante Subhala mengatakan ‘ya sudah Anda di sini’, dan saya di sini hingga sekarang,” tutur bhante.

Baca juga: Potret Kemeriahan Cap Go Meh Singkawang

Bhante Titha tinggal di Vihara Vimala Candra Arama. Hal pertama yang dilakukan setelah mendapat tugas di Singkawang adalah membangun pendidikan melalui Sekolah Minggu.

Para siswa Buddhis di sekolah-sekolah menjadi target binaannya. Mereka adalah murid-murid guru agama Buddha di banyak sekolah di Kota Singkawang. Namun usaha bhante terkadang tidak berjalan mulus, tidak bisa dipastikan peserta yang datang setiap minggunya.

“Kami sudah sediakan mobil jemputan untuk siswa-siswa Buddhis yang jauh. Tetapi kadang tidak ada yang datang,” kenang bhante.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara