• Monday, 28 March 2016
  • Ngasiran
  • 0

Untuk saling mengunjungi dan mengetahui kondisi umat Buddha di pedesaan, Pengurus Daerah Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi) Jawa Tengah membuat program baru yang disebut Dharmaduta Keliling atau disingkat DHARLING. Program ini dilaksanakan mulai Maret 2016 dan direncanakan akan dilaksanakan berkelanjutan.

Menurut Kustiani, salah satu pengurus PD Magabudhi Jawa Tengah, selama ini kegiatan Magabudhi Jateng berpusat di Semarang, sehingga pengurus daerah tidak bisa melihat secara langsung kondisi umat Buddha di pedesaan.

“Selama ini kegiatan di Jateng ini bersifat kota sentris atau Semarang sentris. Untuk membicarakan kondisi umat Buddha di daerah, PD Semarang mengundang tokoh-tokoh ke Semarang. Jadi pengurus PD Magabudhi tidak bisa melihat secara langsung kondisi umat Buddha di daerah-daerah. Dari situlah program Dharmaduta Keliling ini dilaksanakan,” ujar ibu muda lulusan S3 Buddhis dari Srilanka ini.

Selain itu, menurut Kustiani, hubungan antar pengurus Pengurus Daerah maupun dengan Pengurus Cabang Magabudhi dirasa kurang erat, sehingga dengan diadakannya program ini bisa mempererat hubungan antar pengurus Magabudhi.

“Jadi dilaksanakannya program Dharling ini ada tiga tujuan: (1) Untuk melihat langsung keadaan umat Buddha di daerah seperti apa, (2) Untuk mempererat hubungan antar pengurus cabang yang satu dengan yang lain, (3) Untuk menyemangati umat Buddha di daerah karena umat di daerah pasti semangat bila didatangi Dharmaduta dari daerah lain,” jelasnya.

 
Dharmaduta Temanggung dan Semarang Membabarkan Dharma di Jepara
Umat Buddha Jepara menjadi yang pertama mendapatkan kunjungan Dharmaduta dari Pengurus Daerah dan daerah lain. Adalah Sukhitta Dewi dan Lukas sebagai perwakilan PD, Parnu dan Sawal dari Temanggung, serta Waluyo dan Sabari perwakilan PC Semarang.

Berkumpul di Vihara Tanah Putih Semarang, hari Sabtu (19/3) berangkat pukul 02.30 sore, membutuhkan waktu lebih dari empat jam mengendarai kendaraan pribadi untuk sampai di Vihara Giri Santi Loka, Dukuh Guwo, Desa Blingoh, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara. Kondisi jalan menanjak dan rusak parah terutama setelah memasuki Desa Blingoh sampai Dukuh Guwo memperlambat perjalanan, sehingga pukul delapan malam rombongan baru sampai di Vihara Giri Santi Loka yang merupakan basis umat Buddha Jepara.

Setelah melakukan bersih diri, bersama tokoh umat Buddha Jepara, para Dharmaduta membagi tugas masing-masing. Setidaknya terdapat enam vihara di dua kecamatan di Jepara yang akan dikunjungi.

Hari Minggu (20/3), setelah melakukan bersih diri, para Dharmaduta berangkat ke vihara tempat tugas masing-masing. Sukhitta Dewi dan Lukas mendapat tugas untuk mengunjungi dan membabarkan Dharma kepada umat Buddha Vihara Bodhi Santi (Desa Jugo, Kecamatan Donorojo), Parnu di Vihara Sima Kalingga (Desa Blingoh), Sawal di Vihara Giri Santi Loka, Sabari di Vihara Banyumanis, dan Waluyo di Vihara Loka Dhammacaka II (Desa Tunahan, Kecamatan Keling).

Sukhitta Dewi yang bertugas di Vihara Bodhi Santi, Desa Jugo, menyampaikan empat hal yang dapat membawa kebahagiaan sekarang dan empat hal yang akan membawa kebahagiaan di kehidupan yang akan datang sebagai perumah tangga menurut Buddhisme.

“Empat hal yang dapat membawa kebahagiaan saat ini adalah rajin dan bersemangat dalam mencari sandang-pangan, berhati-hati dalam menggunakan harta yang telah diperoleh, memiliki teman yang baik, dan yang terakhir adalah tidak boros namun juga tidak pelit. Sementara empat hal yang dapat membawa kebahagiaan di alam yang akan datang adalah mempunyai keyakinan terhadap Triratna (Buddha, Dhamma dan Sangha), mempunyai sila, dermawan, dan mempunyai kebijaksanaan,” ujar Dewi.

Sementara Lukas, menyampaikan betapa beruntungnya umat Buddha Vihara Bodhi Santi dapat mengenal dan belajar Dhamma. “Untuk terlahir menjadi manusia dan mengenal Dhamma itu tidak mudah, hal itu pernah terjadi pada diri saya. Saya sendiri tidak terlahir menjadi seorang Buddhis, namun pencarian spiritual lah yang mempertemukan saya sehingga dapat belajar Dhamma ajaran Buddha. Jadi beruntunglah Anda semua bisa terlahir menjadi umat Buddha sejak kecil,” ujar Lukas.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Parnu kepada umat Buddha di Vihara Sima Kalingga. Untuk menjadi seorang Buddhis, Parnu mengaku tidak mudah. “Saya menjadi Buddhis pada tahun 1987, itu pun tidak mudah. Bahkan untuk menikah secara Buddhis, saya dilarang oleh kedua orangtua saya, akhirnya saya menikah dengan agama lain. Oleh sebab itu saya merasa senang dan terhormat bisa berbagi Dhamma dengan umat Buddha vihara sini yang telah semangat menjalankan Dhamma,” ujar Parnu.

Kegiatan Dharmaduta Keliling ini disambut baik oleh umat Buddha Jepara. Hal ini terlihat dari antusiasme umat Buddha Jepara dari banyaknya umat yang hadir di setiap vihara.

Jayadi, tokoh umat Buddha Vihara Loka Dhammacaka II menyatakan bahwa umat Buddha viharanya perlu kunjungan yang lebih sering dari para Dharmaduta. “Umat vihara ini berjumlah 25 kepala keluarga, kalau dihitung cacah jiwa sekitar 70 orang. Kami merasa terhormat bisa dikunjungi para Dharmaduta dari daerah lain. Mohon maaf kalau yang hadir dalam puja bakti pada siang ini tidak terlalu banyak karena kami sedang berduka (ada salah satu umat yang meninggal), tetapi ini memberi semangat bagi kami,” ungkapnya.

20160328 Dharmaduta Keliling Menyebarkan Dharma Sekaligus Blusukan ke Umat Buddha Pedesaan 2 20160328 Dharmaduta Keliling Menyebarkan Dharma Sekaligus Blusukan ke Umat Buddha Pedesaan 3 

Belajar dari Umat Buddha Jepara
Selain menyampaikan Dharma ke berbagai vihara di Jepara, para Dharmaduta juga mengikuti pertemuan rutin Pengurus Cabang Magabudhi Jepara dengan para ketua dayaka sabha vihara se-Jepara di Vihara Ngipik, Desa Damarwulan. Dari pertemuan tersebut telihat bagaimana baiknya komunikasi antara pengurus Magabudhi dan dayaka sabha vihara dengan umat. Pertemuan rutin tersebut membahas berbagai hal tentang kondisi umat Buddha Jepara dan menyampaikan hasil pertemuan dengan Pengurus Daerah, Pusat, maupun pemerintah.

Keberhasilan tokoh Buddhis Jepara dalam membina umat terlihat dengan berbagai indikator, di antaranya umat Buddha Jepara sudah menjalin komunikasi yang baik antara majelis dan organisasi keagamaan Buddha, Dharmaduta Keliling yang baru dicanangkan oleh PD Magabudhi ternyata sudah lama berjalan di Jepara yang saat ini mempunyai Dhammaduta sebanyak 11 orang yang melakukan Dharmaduta keliling di vihara-vihara se-Jepara.

Selain itu, Magabudhi Jepara adalah satu-satunya organisasi tingkat cabang yang telah membentuk yayasan sendiri. “Kami membentuk yayasan bukan untuk melangkahi PD, Pusat maupun Sangha, tepati kami membentuk yayasan ini untuk membantu membantu menyelesaikan persoalan-persoalan administratif vihara, misalnya ada vihara yang masih bermasalah dalam hal sertifikat tanah, PC bisa bantu, bahkan sampai biayanya,” ujar Dwi Wijayanto, sekretaris PC Magabudhi Jepara.

Sawal, Dharmaduta dari Temanggung yang saat ini juga menjabat sebagai Sekretaris Magabudhi PCTemanggung mengungkapkan kekagumannya pada tokoh agama Buddha Jepara.

“Kalau di Jepara, semua kegiatan berjalan lancar, rapi dan umat merasa teropeni. Kalau di Temanggung berbeda, saat ini saya lagi berusaha untuk menyelamatkan umat yang mau punah, terutama umat-umat Buddha pinggiran. Jadi kami ingin belajar dari para tokoh Jepara, minimal ke depannya Temanggung sama seperti Jepara,” ungkapnya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara