• Friday, 3 July 2020
  • Surahman Ana
  • 0

Dalam rangka mengenang kembali dan meneladani kiprah Bhante Dharmasurya Bhumi yang telah meninggal pada tanggal 24 Juni lalu, Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Provinsi Jawa Timur menggelar acara virtual Sepekan Dhamma Talk selama tujuh hari sejak Saptu (27/06) hingga Jum’at (3/07).

Pada hari keempat yaitu Selasa (30/06) adalah pembahasan khusus pesan terakhir Bhante Suryabhumi dengan tema besar “Telaah atas Pesan Terakhir Y.A. Dharmasurya Bhumi Mahathera“, yang diikuti kurang lebih 40 peserta.

Ketua Dewan Pengurus Daerah MBI Provinsi Jawa Timur, Tosin, S.H., M.H. yang juga merupakan salah satu murid mendiang Bhante Dharmasurya Bhumi berlaku sebagai narasumber dan dimoderatori oleh Ngasiran, seorang jurnalis senior media BuddhaZine. Acara diselenggarakan melalui google meet dan disiarkan langsung melalui youtube channel.

Berardasarkan pesan yang beredar di media sosial dan grup WA, berikut ini adalah ketikan Bhante Suryabhumi sebagai pesan terakhir Bhante Suryabhumi untuk para muridnya dan juga seluruh umat Buddha Indonesia.

Pesan terakhir pada murid-murid saya
pada anggota Sangha,
para bhikkhu – bhikkhuni,
Umat awam yang saya cintai
dan sayangi sebagai
umat Buddha Dhamma

Kehidupan manusia begitu berharga dan singkat waktunya, apabila saya meninggal dunia, terus laksanakan Dhamma secara baik dan benar.

Penghormatan pada orang yang kita hormati dan kita cintai bukanlah dengan berbagai upacara dan perayaan atau peringatan.
Juga Bukan dengan mengadakan pesta
tetapi…
bisa di isi dengan
pembelajaran dan praktek Dhamma secara nyata seperti Meditasi, Diskusi Dhamma secara mendalam.

Praktek demikian
Sangat berguna untuk yang masih hidup, sebagai penunjang spiritualnya.

Sia sia jika hidup 100th tanpa mengenal Dhamma,
lebih baik hidup 1 hari dengan praktek Dhamma.

Apabila nanti saya meninggal dunia
sudah saya sampaikan
pada semua murid saya agar tidak terlalu memperhatikan
Tata cara upacara

Segala tata cara Upacara serahkan saja pada putusan
Sangha Agung Indonesia.

Bhante juga menulis sebuah buku
yang akan dibagikan SECARA GRATIS
dengan pesan :

Jangan pernah menagih uang dari Buku Buku Dhamma., walaupun dengan alasan
Pengganti Ongkos Cetak
Ongkos cetak itu sudah ada donaturnya,
itu hanya keinginan halus orang orang yang mencari keuntungan.

Jubah adalah Lambang / Identitas Bhikkhu
yang menandakan telah Meninggalkan Keduniawian

Jika seorang Bhikkhu menjalankan Vinaya dengan baik,
itulah tempat berlindung bagi Umat Buddha.

Selama jadi Bhikkhu
banyak umat memberi Amplop,
saya menerimanya
untuk *memberi kesempatan
mereka melakukan kebajikan*
tetapi ..
saya tidak mau tau isinya
isinya bukan urusan Bhikkhu.

Segala materi yang didapat
selama menjadi Bhikkhu dapat
di sumbangkan seluruhnya
pada STAB (Sekolah Tinggi Agama Buddha)
karena Pendidikan adalah yang utama.

tertanda
Dharma Suryabhumi.

Dari pesan terakhir Bhante Suryabhumi banyak pelajaran yang sangat mendukung dan menekankan pada praktik Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Pak Tosin atas telaah pesan terakhir bhante, merupakan suatu keinginan dan harapan bhante yang bisa dijalankan oleh orang yang masih hidup.

Ada empat hal pembelajaran atas pesan terakhir bhante, pertama adalah kepiawaian Bhante Suryabhumi dalam menuliskan pesan terkahirnya.

“Berbicara soal pesan, kita memang harus pandai-pandai memilah, jangan sampai pesan itu tidak bisa dijalankan. Yang saya lihat bhante ini memang luar biasa, jadi bukan hanya sekedar bhikkhu tapi pengetahuan-pengetahuan umum pun beliau kuasai. Termasuk dalam hal membuat pesan ini pun beliau mengerti, bagaimana pesan tersebut akan bisa dijalankan oleh umat, bhikkhu-bhikkhuni, dan juga oleh semua murid-muridnya dengan sebaik-baiknya,” jelas Pak Tosin.

Hal kedua yang menjadi sorotan dalam pesan bhante berkaitan dengan upacara ataupun ritual yang dilakukan oleh umat. Hal tentang upacara juga tertuang dalam karya tulis bhante yang berjudul “Menanam Pohon Bodhi”, sebagaimana yang dijelaskan Pak Tosin bahwa bhante mengajarkan pada murid-muridnya agar bijaksana dalam menyikapi ataupun menjalankan sebuah upacara sekalipun upacara keagamaan.

“Berdasarkan yang saya dengar dari ceramah atau tulisan beliau, salah satu poin ada penegasan bahwa upacara yang dilakukan dengan bijaksana dapat memberikan manfaat. Namun upacara yang dilakukan dengan dosis yang belebihan akan mengakibatkan keterikatan bahkan ketergantungan yang akhirnya dapat menggugurkan keyakinan pada Buddha Dhamma.”

Dari penjelasan bhante, Pak Tosin lebih menelaah bahwa ketika seseorang terlalu terikat hanya pada ritual atau upacara tanpa kebijaksanaan, orang tersebut justru bisa memetik banyak kekecewaan. Apalagi upacara dalam skala besar yang sering kali menimbulkan konflik dalam persiapan maupun pelaksanaan acara.

“Sebagai contoh, banyak umat yang menjadikan upacara sebagai sarana untuk untuk memohon atau meminta. Rajin sembahyang atau menyalakan dupa dengan disertai doa meminta ini dan itu, lalu ketika doanya tidak terkabul mulai menyalahkan Buddha, Bodhisattwa, mungkin juga para Dewa.

Parahnya bisa membuat seseorang hilang keyakinan pada Buddha Dhamma dan pindah agama. Padahal dalam Buddha Dhamma upacara adalah sebagai sarana untuk memberi, bukan meminta. Memberi doa dan energi positif kepada makhluk lain.”

Telaah yang ketiga adalah tentang praktik Dhamma. Selama mengenal bahkan menjadi murid Bhante Suryabhumi, Pak Tosin sangat terkesan kepada sosok bhante yang sangat menekankan pada praktik Dhamma, bukan hanya sekedar teori. Pada pesan terakhirnya pun praktik Dhamma menjadi satu penegasan.

Beranjak dari pengalaman, Pak Tosin menilai bahwa bhante sangat peka dalam mengenali kecenderungan karakter seseorang yang ingin belajar Dhamma. Bhante Suryabhumi mempunyai ketrampilan mengajar yang sangat luar biasa, sehingga murid-murid beliau mampu menghadapi persoalan yang sedang dihadapi yang tentunya setiap orang berbeda-beda.

“Dalam satu kisah ketika beliau mengerti bahwa karakter muridnya adalah orang yang tidak sabar. Maka ketika memberikan praktik yang secara tidak disadari muridnya adalah praktik Dhamma, tanpa harus memberikan banyak teori tentang kesabaran ataupun men-judge muridnya adalah seorang yang tidak sabar.

Yang Arya mengajak muridnya dari Surabaya ke Trawas melalui jalan yang panjang dan macet, meskipun ada jalan yang lebih dekat. Beliau nampak tetap tenang meskipun dalam keadaan macet, dan ini adalah bagaimana beliau memberikan ajaran tentang kesabaran kepada muridnya langsung melalui praktik nyata.

Beliau juga mampu memahami kemampuan belajar seseorang, ketika kita memang tidak mempu menerima ajaran yang lebih tinggi maka beliau hanya akan mengajarkan kita sesuai kemampuan kita.”

“ Yang Arya mengajar sesuai dengan karakter muridnya, praktik sesuai dengan kecenderungan karakter muridnya. Yang Arya tidak peduli dengan jumlah orang yang akan belajar dhamma, meskipun sedikit tapi serius akan tetap mengajarkan dengan serius,” imbuh Pak Tosin.

Yang keempat atau yang terakhir adalah ajaran tentang berdana, berkenaan dengan donor organ yang dilakukan oleh Bhante Suryabhumi menjelang wafat. “Tentang donor organ merupakan penekanan beliau kepada umat awam tentang dana dan sila.”

Mengenai dana, Pak Tosin memberikan penjelasan tambahan bahwa dana tidak melulu mengacu pada materi berupa uang atau barang. Namun dana bisa dilakukan dengan apa yang kita punya dan kita mampu memberikan kepada yang membutuhkan.

Perbuatan baik bisa dilakukan dengan pikiran, ucapan, maupun perbuatan jasmani. Ketika tidak bisa memberikan materi bisa dilakukan berdana dengan nasehat atupun pemikiran-pemikiran yang bajik.

Bagi Pak Tosin, donor organ yang dilakukan Bhante Suryabhumi adalah tauladan untuk berdana dengan yang kita punyai.

“Bahkan pada saat wafat pun organ Yang Arya mesih bisa berguna bagi orang lain. Ini menjadi penekanan beliau pada ajaran berdana,” pungkas Pak Tosin sesaat sebelum memimpin upacara pelimpahan jasa sebagai penutup acara hari keempat.

Dhamma Talk akan dilanjutkan di hari kelima, Rabu, dengan nara sumber Irwan Pontoh, S.E., M.Psi. dan penutup acara di hari terakhir yaitu Jum’at dengan narasumber Prof. Toto Winata, Ph.d.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara