Umat Buddha, khususnya dari daerah sekitar Candi Borobudur, ramai-ramai membersihkan Candi Bororbudur dari abu letusan Gunung Kelud. Walaupun berjarak cukup jauh dari Gunung Kelud yang meletus tanggal 14 Februari 2014, Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah juga tersiram abu vulkanik cukup tebal yang menjadikannya terlihat putih karena tumpukan abu yang cukup tebal.
Candi Borobudur dibersihkan dari abu vulkanik mulai Senin (17/2/2014). Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo, seperti dilansir Kompas, memperkirakan diperlukan waktu 7-10 hari untuk membersihkan Candi Buddha terbesar di dunia itu.
“Hari pertama ini, kita sebut tahap pembersihan kering. Kita buka terlebih dahulu selubung atau plastik terpaulin yang menutupi stupa, baru kemudian membersihkan abu yang ada di lantai 7, 8, dan 10. Setelah itu dilanjutkan pembersihan di lantai bawah dan halaman sekitarnya,” papar Marsis, di sela-sela kegiatan pembersihan.
Pembersihan pada tahap tersebut, kata Marsis, tidak diperbolehkan menggunakan alat-alat pembersih yang terbuat dari bahan-bahan keras seperti logam, sebab jika terbentur batu alat-alat tersebut bisa merusak candi. Unsur logam peralatan tersebut juga bisa memicu kerusakan pada batu-batu kuno itu.
Selain itu, petugas pun dilarang menggeser atau bahkan memindahkan batu atau stupa candi dari tempat semula selama pembersihan.
“Tahapan selanjutnya adalah pembersihan basah. Setelah abu berkurang lalu kita semprot dengan air bersih. Sama ketika Merapi dulu, setelah pembersihan abu lantas dikumpulkan. Beberapa meter kubik dibuat monumen dan sisanya disimpan,” Marsis menjelaskan.
Marsis berujar, pembersihan abu Kelud yang menempel di Candi Borobudur berbeda ketika pembersihan abu gunung Merapi 2010 lalu. Pembersihan abu Kelud cukup hanya menggunakan air bersih. Sedangkan abu Merapi ketika itu harus menggunakan soda untuk menetralisasi kandungan zat kimia di dalamnya.
Dikatakan Marsis, abu Kelud relatif masih aman dan tidak membahayakan batu-batu candi. Terlebih, ketebalan abu Kelud juga lebih tipis, sekitar 0,5-3 milimeter saja. Sedangkan abu Merapi mencapai 3 sentimeter.
Hal yang dikhawatirkan, kata Marsis, justru apabila abu tersebut meresap melalui sela-sela batu candi. Sehingga bisa masuk dan merusak sistem pengairan (drainase) yang ada di bawah candi peninggalan wangsa Syailendra itu.
Banyak orang yang terlibat dalam pembersihan Candi Borobudur, yaitu dari petugas Balai Konservasi Borobudur, Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), TNI, relawan, masyarakat umum, dan komunitas Buddhis. Mereka bekerja keras membersihkan abu yang menempel di dinding batu-batu candi menggunakan alat-alat sederhana seperti sapu lidi, sikat ijuk, spatula, dan sekop plastik.
Sebanyak 658 umat Buddha dari keluarga besar Theravada yang berasal dari Semarang, Temanggung, Pati, dan Salatiga, serta dosen dan mahasiswa STAB Syailendra, beserta 5 bhikkhu Sangha Theravada Indonesia (STI) ikut membersihkan candi pada Rabu (18/2/2014). Kegiatan bersih-bersih tersebut diprakarsai oleh Pemuda Theravada Indonesia (Patria) Jawa Tengah.
Bhikkhu Cattamano yang merupakan Padesanayaka (Pembina) umat Buddha Jawa Tengah menuturkan bahwa kegiatan bersih-bersih tersebut dilakukan secara spontan setelah melihat berita abu Gunung Kelud sampai ke Candi Borobudur. Bhikkhu Cattamano ikut serta bersih-bersih bersama Bhikkhu Dhammamitto, Bhikkhu Attakusalo, Bhikkhu Silanando, dan Samanera Dhammaratano.
“Setelah kita melihat dan membaca berita, kita langsung mengajak umat untuk bagaimana kita mempunyai kepedulian terhadap Borobudur, karena sebagai umat Buddha yang mengagumi keagungan Borobudur juga bagian yang tak terpisahkan sebagai bangsa Indonesia, kita perlu ikut merawat dan melestarikan Borobudur,” ujar Bhikkhu Cattamano.
“Warga Buddhis dan warga Indonesia merasa mempunyai Candi Borobudur, wajib menyelamatkan dan menjaga kelestarian Candi Borobudur,” kata Bhikkhu Cattamano seperti dikutip Antara. “Peristiwa ini juga menyadarkan kami tentang hukum alam, umat manusia harus menjaga alam dengan baik,” katanya.
Komunitas Buddhis lain juga ikut membersihkan Candi Borobudur, seperti yang dilakukan oleh keluarga Buddhayana dan Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi).
Sementara itu, sembari proses pembersihan berlangsung, pengelola candi telah membuka kembali Candi Borobudur, Prambanan, dan Situs Istana Ratu Boko untuk kunjungan wisatawan sejak Rabu (19/2/2014), setelah ditutup sementara sejak 14 Februari. (kompas/kasi.or.id/antara)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara