• Monday, 6 May 2019
  • Surahman Ana
  • 0

Selain umat Buddha dan juga relawan lintas agama, upacara Tribuana juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah yaitu seluruh jajaran Pemda Kulon Progo. Dengan keterlibatan berbagai pihak upacara Tribuana mampu mengaplikasikan umat beragama.

Umat Buddha Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menggelar Upacara Tribuana Manggala Bakti. Acara digelar di Ekowisata Taman Sungai Mudal, Lereng Gunung Kelir, Minggu (28/4).

Upacara unik ini memadukan nilai religius dengan kearifan lokal sehingga memiliki nilai yang universal. Ide dasar upacara adalah pengambilan tirta suci untuk Waisak di mata air tertinggi perbukitan Menoreh yaitu Taman Sungai Mudal yang terletak persis di kaki kaki Gunung Kelir. Berbeda dengan prosesi pengambilan Tirta Suci Waisak di tempat lain, nilai lebih dari Tribuana adalah mengambil air sucinya sekaligus melestarikan dan merawat alamnya.

Pengambilan air suci Waisak atau tirta suci dengan menggunakan adat Jawa dan pada tahun ini pengambilan air suci dipimpin oleh Bhikkhu Sangha dengan diiringi gending sakral Tribuana yang diracik khusus oleh tim budayawan dari Yavastin.

Tribuana Manggala Bhakti memiliki makna bahwa ketika menusia memiliki kepedulian atau bakti maka diharapkan akan memberikan berkah (Manggala) bagi semesta (tribuana). Kepedulian dalam upacara ini diwujudkan dalam tiga matra kepedulian pelestarian alam, yang secara simbolik dilakukan dalam rangkaian acara yaitu: peduli terhadap pelestarian matra bumi (penanaman pohon penyangga mata air berupa pohon Bodhi, Mahoni, Jati, Sengon, serta tanaman produktif seperti Manggis, Durian, Matoa, dan Pete); kepedulian terhadap pelestarian matra udara atau cahaya (pelepasan satwa burung endemik seperti Kutilang, Perkutut, dan Trotokan); kepedulian terhadap pelestarian matra air (pelepasan satwa ikan di sungai Mudal serta sungai sekitar lokasi vihara).

Dengan upacara simbolik pelestarian alam yang dilakukan di Taman Sungai Mudal diharapkan memotivasi dan memberikan spirit kepada masyarakat atau mengedukasi masyarakat tentang betapa sangat pentingya alam yang lestari. “Selama tiga tahun ini saya ikut terus dan saya sangat senang dengan acara ini karena bisa memotivasi kami dan anak-anak supaya bisa membantu melestarikan lingkungan. Acara ini sangat bermanfaat bagi kami, karena memang acara ini dikemas untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pola hidup yang baik, yang penuh kebajikan,” kata Sularno peserta dari Vihara Giri Dharma, Dusun Sukomoyo Desa Jatimulyo.

Hal serupa pun diungkapkan oleh Yuli Astuti peserta dari Vihara Giri Surya Dusun Sunyo Desa Jatimulyo, ”Kegiatan Tribuana ini sangat menginspirasi bagi masyarakat agar dapat menjaga kelestarian lingkungan sekaligus memberikan bimbingan kepada anak-anak vihara untuk juga menjaga lingkungan sekitar. Kegiatan ini juga mengingatkan kembali kepada masyarakat untuk merawat pepohonan di alam dan tidak merusak apa pun yang ada di alam sekitar,” papar peserta yang masih duduk di bangku SMA.

Tidak hanya sebagai acara religius namun upacara Tribuana juga memberikan dampak positif bagi perkembangan Taman Wisata Sungai Mudal. Dari pengemasan acara tidak jauh berbeda dengan acara di tahun-tahun sebelumnya, namun ditahun ini penampilan taman Wisata Sungai Mudal nampak lebih lengkap dan lebih ramai pengunjung.

Perkembangan tersebut merupakan bagian dari pengaruh diadakannya kegiatan tahunan Tribuana Manggala Bhakti, seperti yang diungkapkan oleh salah satu pengelola Taman, “Oh untuk pengaruh banyak sekali, dengan adanya kegiatan ini ternyata menarik banyak pengunjung untuk datang kemari. Acara ini menjadi semacam ikon di Kulon Progo layaknya kalau di Bali ada festival ogoh-ogoh lha kalau di sini ya ini ruwatan,” ungkap Tiyok.

Dengan penggabungan acara religi dan budaya, acara Tribuana diharapkan juga menjadi perekat kerukunan umat beragama dan mampu menjadikan kawasan Sungai Mudal menjadi kawasan toleransi umat beragama.

Upacara yang biasanya dilaksanakan tujuh hari sebelum Waisak dimajukan untuk menghindari bulan puasa sebagai simbol saling menghargai. Begitu juga dengan sesama umat Buddha supaya terjalin komunikasi dan persaudaraan umat, dalam acara ini mengundang umat dari berbagai vihara di luar Kulon Progo seperti Purworejo, Magelang, Temanggung, Sleman, Kota Yogyakarta, dan Gunung Kidul.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara