• Tuesday, 5 August 2014
  • Sutar Soemitro
  • 0

Mengisi liburan panjang Lebaran, banyak komunitas Buddhis yang mengadakan acara. Salah satunya adalah Pemuda Theravada Indonesia (Patria) Kabupaten Semarang dan Temanggung yang mengadakan Dhamma Camp “Sekoteng” (Semarang Kolaborasi Temanggung). Ini adalah Dhamma Camp pertama yang diadakan di wilayah Semarang.

Kegiatan tersebut diadakan di pelataran kampus STAB Syailendra, Kopeng, Semarang tanggal 1-3 Agustus 2014. Menurut Utomo, ketua panitia, peserta Dhamma Camp sebanyak 70 anak muda Buddhis dan terbagi menjadi 11 tenda. Mereka berasal dari Kabupaten Semarang dan Temanggung.

“Kegiatan ini hampir sama dengan kegiatan lain, cuma kalau ini kegiatannya lebih non formal, fungsinya untuk keakraban, bisa menjalin hubungan, bisa saling sharing,” jelas Ketua Patria Jawa Tengah Jing Oei Wan Giem.

Salah satu yang berbagi pengalaman adalah Tri Widiyanto, ketua pertama Patria Yogyakarta yang sekarang duduk di kepengurusan pusat Patria. Tri berasal dari Giyono, sebuah desa pegunungan di Jumo, Temanggung. Ketika ia masih kecil, hampir tidak ada pemuda di desanya yang mengenyam bangku kuliah. Tapi Tri mampu kuliah, dan tidak tanggung-tanggung kuliahnya di perguruan tinggi ternama UGM Yogyakarta.

Setelah lulus kuliah pun, ia tidak kesulitan berkarir. “Kalau saya boleh sombong, saya tidak pernah melamar pekerjaan, tapi orang mencari saya untuk direkrut,” urai Tri tanpa bermaksud sombong. Kini ia bekerja sebagai pemimpin redaksi sebuah majalah kesehatan gigi Dental & Dental di Yogyakarta.

Lalu dari mana ia mendapatkan itu padahal ia wong ndeso? “Dari reputasi,” jawab Tri mantap. Ia mendorong agar para peserta Dhamma Camp Sekoteng yang berasal dari pedesaan seperti halnya dirinya untuk memiliki karya. Ia memberi contoh, jika kita aktif di vihara atau organisasi Buddhis, jujur, suka membantu, dan kerjanya nyata, pasti akan dihargai orang dan mudah mengembangkan karir. “Kalau tidak punya karya bagaimana akan dapat respek dari orang lain?” Tri meyakinkan.

“Kita memang ndeso, tapi jangan pernah membatasi mimpi kita,” cetus Tri.

Ia kemudian mengaitkannya dengan karma. Ia menekankan, “Kalau kita percaya karma, berarti kita percaya masa depan bisa berubah. Kita kreasikan dari sekarang. Kalau kita percaya karma, besok mau jadi apa, maka kerjakan dari sekarang harus lakukan apa.”

“Kalau Anda mau melihat masa lalu Anda, lihatlah diri Anda saat ini. Tapi kalau Anda ingin melihat masa depan Anda, maka lihatlah apa yang Anda kerjakan saat ini. Kalau Anda tidak melakukan apa-apa saat ini, maka masa depan Anda pun tidak akan jadi apa-apa. Tapi kalau Anda mengerjakan banyak hal saat ini, maka masa depan Anda jelas,” jelas Tri.

Pengalaman lain diceritakan oleh Inge Santoso, Ketua Patria Solo. Menurutnya, kalau kita mau maju harus melewati banyak ketidaknyamanan. Ia bercerita bagaimana ia pertama kali belajar meditasi. Ketika itu ia masih beragama Kristen. Ia merasa sangat tidak nyaman, namun lama-kelamaan bisa menjalaninya. Tanggal 2 Agustus 2014 ketika ia berbagi pengalaman kepada peserta Dhamma Camp, tepat ia telah lima tahun belajar meditasi. “Dari pertama meditasi sampai sekarang setiap hari meditasi tidak pernah bolong,” tutur Inge tanpa bermaksud pamer yang disambut tepuk tangan meriah.

“Saya dulunya Kristen loh rajin meditasi, masa kamu yang Buddhis yang sudah tahu meditasi itu satu hal yang sangat sangat penting, malah pada males!” seru Inge yang membuat para peserta Dhamma Camp tersenyum malu.

Ia mendorong agar mereka tidak lagi bermalas-malasan jika punya impian. “Biasanya yang menuju yang baik baik, yang bagus bagus, yang sukses sukses, yang berhasil berhasil, yang kaya kaya, itu biasanya tidak nyaman,” jelas Inge.

20140805 Anak Muda Buddhis Semarang dan Temanggung Adakan Dhamma Camp Bersama_2

Sesi berbagi pengalaman terutama dari orang-orang yang telah punya karya di bidangnya memang sangat perlu dibagikan kepada para pemuda Buddhis di Jawa Tengah yang kebanyakan berasal dari desa-desa hingga gunung-gunung.

“Kamp seperti ini cocok banget untuk lingkungan Jawa Tengah,” ujar Jing Oei. Menurutnya, kemping adalah kegiatan yang sederhana yang tidak makan banyak biaya. Beda dengan anak muda di kota yang biasanya acaranya di gedung.

Di Jawa Tengah, ada beberapa wilayah yang juga rutin mengadakan Dhamma Camp. Awal Juli 2014 lalu Dhamma Camp juga diadakan di Selok, Cilacap. Pesertanya adalah gabungan dari Kabupaten Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, dan Kebumen. Sedangkan di Pati, kamp serupa telah diadakan sebanyak 11 kali dengan jumlah peserta rata-rata sekitar 500 orang dari 6 kabupaten eks karesidenan Pati. Namun untuk tahun ini Pati tidak mengadakan kamp.

Purwadi, salah seorang yang selama ini aktif dalam kamp di Pati hadir dalam Dhamma Camp di Kopeng. Ia berbagi pengalaman suka dukanya mengurus Dhamma Camp. Di Pati, program tersebut bernama Pekan Kemah Bhakti Dhamma (PKBD). Ia tidak memungkiri bahwa kamp Buddhis seperti itu memiliki tujuan terselubung sebagai ajang cari jodoh sesama Buddhis. “Setiap PKBD selalu ada yang jadian, termasuk saya korbannya,” celetuknya yang disambut tawa berderai.

Menurutnya, hal itu bukanlah hal yang salah, malah sebaliknya. Karena di Jawa Tengah, dan mungkin di pedesaan Buddhis lainnya, salah satu penyebab utama berkurangnya umat Buddha adalah karena perkawinan beda agama. Dan dengan adanya Dhamma Camp bisa membuat anak muda Buddhis lebih saling mengenal dan mungkin ada yang kemudian menemukan jodoh seperti halnya Purwadi.

Adanya beberapa wilayah yang mengadakan Dhamma Camp secara sendiri sendiri memunculkan wacana untuk mengadakan Dhamma Camp gabungan seluruh Jawa Tengah dan mungkin DIY. Bahkan Bhikkhu Cattamano sebagai pembina Sangha Theravada Indonesia wilayah Jawa Tengah telah meminta kepada Jing Oei untuk merealisasikan wacana tersebut.

“Siapa takut!” jawab Jing Oei dengan lantang. Wanita asal Semarang tersebut kemudian meminta masukan di mana tempat paling pas untuk mengadakan Dhamma Camp gabungan tersebut mengingat luasnya wilayah Jawa Tengah. Ia berharap tempat yang kelak dipilih berada di tengah-tengah sehingga mudah diakses.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara