• Saturday, 22 September 2018
  • Ngasiran
  • 0

Indonesian Network of Engaged Buddhis (INANEB) kembali gelar pertemuan Minggu, (16/9/2018), di Restoran Eka Ria Jakarta. Ini adalah pertemuan yang ketiga sejak berdirinya Jaringan Engaged Buddhist Indonesia ini pada 7 Oktober 2017 di Restoran Eka Ria.

INANEB merupakan jaringan yang terdiri dari individu-individu dan lembaga yang ingin berkontribusi bagi masyarakat dengan landasan Buddhadharma.

“Dengan jaringan ini, kita akan lebih mudah untuk memberdayakan sumber daya (manusia, finansial, organisasi) yang tersedia sehingga menjadi lebih efisien dan efektif. Setiap lembaga dan individu bisa saling melengkapi demi tujuan bersama yang baik,” terang Agus Hartono, saat memandu diskusi.

Pada awalnya, pertemuan ini akan dihadiri pendiri International Network of Engaged Buddhists (INEB), Sulak Sivaraksa, Thailand. Namun, menjelang keberangkatannya ke Jakarta, Sulak dicekal pihak imigrasi Thailand. “Informasi yang kami terima, pencekalan dilakukan terkait dengan sikap kritis Sulak terhadap institusi kerajaan Thailand,” sesal Agus.

Sulak Sivaraksa adalah seorang intelektual Buddhis, aktivis lintas agama, dan pemerhati pembangunan dan persoalan sosial yang terkemuka. Ia adalah pengagas utama bahwa umat Buddha harus peduli dan terlibat dalam berbagai persoalan sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya yang dihadapi masyarakat. Ia pernah diminta menjadi penasihat World Bank dan menginisiasi gerakan pendidikan alternatif dan pemberdayaan pemuda di berbagai penjuru dunia.

“INEB dan Sulak adalah inspirasi berdirinya INANEB, tentu kita sedih mendengar berita pencekalan beliau. Tapi pertemuan ini harus tetap kita laksanakan.”

Upaya membangun sinergi dan aksi kemanusiaan bersama

Pertemuan ini dihadiri oleh lebih dari 50 orang dari berbagai lembaga dan organisasi Buddhis di Indonesia. Di antaranya; Institut Nagarjuna, Hikmahbudhi, Wanita Theravada Indonesia (WANDANI), Institut Kewarganegaraan Indonesia dan beberapa tokoh Buddhis seperti Ayya Santini. Hadir pula Sekjen INEB, Somboon Chungprampree (biasa disapa Moo).

Berbagai aksi sosial yang sudah berjalan, sedang dijalankan maupun akan dijalankan dibahas dalam pertemuan ini. Seperti aksi INEB, Ayya Santini, Hikmahbudi membantu dan menyalurkan bantuan untuk korban Lombok.

Salah satu pokok bahasan yang menarik adalah upaya WANDANI dalam melakukan pemberdayaan ekonomi umat Buddha di pedesaan Temanggung. “Kami mencoba mencari potensi yang bisa dikembangkan di desa. Tujuan pertama sebenarnya Lombok, melalui pengolahan kacang mede, tapi karena ada kendala jadi tertunda dan pindah ke Dusun Cendono, Kecamatan Kaloran,” tutur Yogi, salah satu pengurus PP WANDANI.

“Di Dusun Cendono,” lanjutnya, “Masyarakat masih banyak yang melakukan pekerjaan menderes (mengambil nira aren) untuk dijadikan gula. Selain gula batok (batok; kulit kelapa biasa digunakan untuk mencetak gula aren) mereka juga membuat gula semut yang pada awalnya untuk dikonsumsi sendiri. Dari situ kami mulai berpikir, gula ini kan sehat dan mempunyai nilai tinggi kalua diproduksi dan dipasarkan dengan baik.”

Bukan tanpa kendala, menurut Yogi, pada awal memulai mendampingi petani dusun Cendono banyak rintangan yang harus dilalui. “Pernah gula itu menumpuk 1 kwintal di rumah Bu Wenny, haduh mau diapakan gula ini. Masih bingung pemasarannya, salah satu upaya memasarkan gula ini kami menggandeng Dai TV untuk membuat meliput dan membuat video promosi,” pungkas Bu Yogi.

“Inilah gunanya kita berjejaring melalui INANEB ini. Kita bisa saling bersinergi dan melengkapi sesuai kapasitas masing-masing,” timpa Suparjo.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara