• Saturday, 31 May 2014
  • Sutar Soemitro
  • 0

Yayasan Satipatthana Indonesia (Yasati) meresmikan pusat meditasi keduanya yang terletak di tengah kota Jakarta, yaitu Indonesia Satipatthana Meditation Center (ISMC) Jakarta pada Kamis (29/5/2014). Pusat meditasi yang terletak di Jl. Nusa Raya Blok AA No. 1, Perumahan Citra Garden 1 Extention, Cengkareng, Jakarta Barat ini terdiri dari tiga lantai dan dibangun dalam waktu hanya satu tahun.

Sebelum ini Yasati memiliki pusat meditasi ISMC di Bakom, Puncak, Jawa Barat yang telah beroperasi lima tahun lalu sejak tanggal 18 Januari 2009. Kedua pusat meditasi ini memiliki fungsi yang saling melengkapi.

“ISMC forest center (di Bakom) akan digunakan sebagai tempat pelaksanaan praktek meditasi vipassana dengan waktu menengah dan panjang, sedangkan ISMC city center (di Jakarta) akan memfasilitasi retret pengenalan dan dasar praktek meditasi vipassana,” jelas Bhikkhu Kusaladhamma, salah satu guru meditasi Yasati yang juga pengarang buku fenomenal Kronologi Hidup Buddha.

ISMC Jakarta juga berfungsi sebagai tempat tinggal para bhikkhu pengajar, sekretariat Yasati, tempat pembelajaran kultur dan nilai-nilai Buddhis bagi anak-anak dan remaja, dan aktivitas-aktivitas lain yang berhubungan dengan pengembangan Buddha Dhamma khususnya melalui sarana meditasi vipassana.

Yasati adalah yayasan nirlaba yang bertujuan mengembangkan praktik Dhamma, khususnya dengan secara rutin mengadakan pelatihan meditasi pandangan terang (vipassana bhavana) di Indonesia. Metode yang diterapkan menggunakan metode yang dikembangkan oleh guru meditasi ternama asal Burma, Mahasi Sayadaw berdasarkan Ajaran Buddha, terutama Maha Satipatthana Sutta.

Yasati memulai aktivitasnya sepuluh tahun lalu dengan nama awal Lembaga Satipatthana Indonesia. Yasati didirikan oleh sejumlah orang yang memiliki ketertarikan terhadap pelatihan vipassana. Mereka mengoordinir pelatihan vipassana dengan mengundang beberapa guru vipassana dari Burma. Dari situ jumlah umat terus bertambah sehingga mendorong Yasati untuk membuat pusat meditasi permanen. Maka dibangunlah ISMC Bakom sebagai pusat meditasi hutan (forest meditation center).

Kegiatan di ISMC Bakom meliputi retret meditasi 3 hari, seminggu, 10 hari, satu bulan, hingga tiga bulan selama masa vassa. Selain itu juga ada program Buddhist Culture untuk anak-anak dan remaja, juga ada pelatihan samanera dan sikkavati selama liburan sekolah.

Menurut salah satu pendiri Yasati, Sayalay Pannacari (Mimi Tjiu), sejak pertama kali Yasati mengadakan retret meditasi vipassana, animo umat Buddha sangat besar. Namun setelah retret selesai komunikasi para meditator dengan Yasati maupun para guru pengajar seperti terpisah jarak yang sangat jauh, sehingga terpikir untuk membangun pusat meditasi di pusat kota di Jakarta yang lebih mudah diakses.

“Sekarang dengan adanya Satipatthana meditation city center ini, akan memberikan manfaat terbesar bagi orang-orang di Jakarta yang tertarik pada meditasi satipatthana,” harap Ven. Chanmyay Sayadaw Ashin Janakabhivamsa, salah satu murid senior Mahasi Sayadaw dalam acara pembukaan ISMC Jakarta.

Ruang Dhammasala

“Dengan pembukaan ISMC Jakarta ini, kami ingin melayani untuk menjadi sempurna, tepat seperti kami mengembangkan parami (kesempurnaan). Kami melayani Anda dengan mengajarkan Ajaran Buddha dalam rangka menyempurnakan parami,” Bhikkhu Kusaladhamma menambahkan. Ia mengutip motto dari Bhikkhu Narada, bhikkhu Dhammaduta Theravada pertama di Indonesia yang berasal dari Sri Lanka, “Melayani untuk menjadi sempurna, dan sempurna dalam melayani.”

“Kami akan menyediakan informasi Dhamma, terutama tentang meditasi, serta melatih yogi pemula untuk mengetahui bagaimana mempraktekkan dengan benar, sesuai dengan instruksi yang diberikan Y.M. Mahasi Sayadaw berdasarkan Ajaran Buddha yang terdapat dalam Tipitaka Pali, Komentar, dan Sub Komentar, serta sejumlah besar informasi yang diperoleh dari berbagai ceramah Dhamma yang diberikan oleh Y.M. Mahasi Sayadaw serta murid-murid utama beliau,” urai Bhikkhu Kusaladhamma.

Program ISMC Jakarta terdekat adalah pelatihan Dhamma Workshop selama tiga bulan penuh masa vassa. Pelatihan yang dibimbing oleh Bhikkhu Kusaladhamma ini akan diadakan setiap Sabtu dan Minggu mulai tanggal 12 Juli hingga 8 Oktober 2014. Di sini akan diajarkan berbagai aspek Dhamma seperti Sila, Sutta, Samatha, Vipassana, dan Abhidhamma selama beberapa jam. Sedangkan selebihnya akan digunakan untuk praktek meditasi.

Ketua Umum Yasati Kurniawan Chandra Raharja menyebut dengan tersedianya fasilitas pelatihan vipassana yang memadai dan mudah dijangkau ini, sangat disayangkan jika kita melewatkan kesempatan untuk belajar vipassana.

“Kalau kita belajar Dhamma (Tipitaka), kita akan mengerti bahwa esensinya adalah vipassana. Kalau saat ini kita terlahir sebagai manusia dengan kondisi sehat dan memadai untuk belajar, sekarang mengenal Dhamma (vipassana) di depan mata, guru sudah siap, fasilitas sudah siap, dan volunteer sudah siap, amat sayang sekali jika praktek Dhamma kita hanya dana dan sila. Kalau kita ingin bebas dari samsara, bebas dari lobha, dosa dan moha, kita harus praktek vipassana. Nggak ada jalan lain,” jelas Kurniawan Chandra seraya mengajak.

Hal serupa juga ditekankan oleh Ven. Chanmyay Sayadaw, “Di dalam Buddhis, ada tiga perbuatan bajik, yaitu dana (kemurahan hati), sila (moralitas), dan bhavana (meditasi). Dari tiga jenis kebajikan ini, meditasi merupakan kebajikan yang sangat diperlukan oleh umat Buddha agar bisa membebaskan diri dari segala jenis penderitaan. Semua jenis duka tersebut disebabkan oleh kilesa (kekotoran batin). Untuk mencabut kekotoran batin tersebut, kita perlu mempraktekkan meditasi satipatthana yang merupakan jalan satu-satunya untuk bebas dari penderitaan.”

“Banyak umat Buddha tahu anicca-dukkha-anatta (ketidakkekalan-ketidakpuasan-tanpa aku yang kekal), tapi dengan meditasi vipassana, kita melihat sendiri, ‘Oh pikiran berubah-ubah, oh fisik bahkan sakit atau sensasi pun berubah-ubah. Tak ada yang permanen.’ Kita mengalami sendiri. Makin kita banyak pengalaman, makin banyak kedamaian dan mengurangi kekotoran batin,” Kurniawan kembali melanjutkan.

Ven. Chanmyay Sayadaw Ashin Janakabhivamsa

Kurniawan menjelaskan, secara garis besar meditasi vipassana yang dilakukan di Yasati berdasarkan Maha Satipatthana Sutta, yaitu menggunakan empat obyek: kaya (jasmani), citta (pikiran), vedana (perasaan), dan Dhamma (fenomena).

Sedangkan proses meditasi dilakukan dengan tiga jenis meditasi: meditasi duduk, meditasi jalan, dan meditasi kegiatan sehari-hari. Meditasi duduk menggunakan obyek utama kembung kempis nafas. Di luar itu juga ada obyek pikiran, perasaan, dan lain-lain. Meditasi jalan menggunakan obyek utama gerakan kaki. Sedangkan untuk meditasi kegiatan sehari-hari, pada saat retret para yogi dianjurkan untuk melakukan gerakan secara perlahan-lahan penuh perhatian ketika makan, jalan ke kamar mandi, mandi, dan hendak tidur. Pokoknya selama terjaga, yogi menjaga perhatian penuh dari saat ke saat. Dari situ para yogi baru bisa melihat anicca-dukkha-anatta secara bertahap.

Sementara itu Sayalay Pannacari tidak memungkiri banyak orang yang merasa meditasi vipassana ibarat momok yang sulit untuk dilakukan. “Vipassana itu bukan momok. Apalagi dalam kehidupan sehari-hari yang harus kita terapkan, karena tanpa perhatian, kita tidak hidup,” tepis Sayalay Pannacari.

“Orang yang tidak penuh perhatian dalam kehidupan sehari-harinya orang itu tidak hidup. Dia seperti robot yang tidak hidup. Jika kita hidup tanpa perhatian penuh, kita tidak hidup, kita mati. Kita tidak tahu apa yang kita lakukan, kita ragu-ragu, kita bingung, tidak punya keyakinan dalam hidup ini,” jelas Sayalay Pannacari.

Menurutnya, anggapan miring terhadap meditasi vipassana timbul karena kurangnya informasi tentang vipassana sehingga menimbulkan salah persepsi. Ia mencontohkan, banyak orang yang mengatakan obyek pertama dari meditasi satipatthana adalah pernafasan, namun ada juga yang menggunakan obyek kembung kempes perut. Akhirnya mereka saling berdebat.

Saat menggunakan obyek pernafasan, sebenarnya yang kita perhatikan hidung (alatnya) atau angin (unsurnya)?

Sayalay menjelaskan, “Metode Mahasi menggunakan kembung kempes, yang kita amati adalah gerakan. Kalau tidak digerakkan oleh angin, apa yang digerakkan? Kita mengamati unsur yang sama, tapi alat yang kita gunakan bukan hidung, melainkan gerakan kembung kempes. Yang diamati adalah unsur angin.”

“Unsur angin karakteristiknya adalah gerakan, movement, motion, supporting, vibration, getaran. Itu adalah karakteristik unsur angin. Dan kalau kita hanya melihat angin keluar masuk tanpa mengenal karakteristiknya, itu bukan vipassana. Jadi, jika seseorang belajar sesuatu, dia harus mengerti apa yang dia pelajari,” urai Sayalay.

“Saya percaya setiap orang mempunyai parami (kesempurnaan) masing-masing. Kalau dalam kehidupan lampau kita sama sekali belum pernah mengenal latihan meditasi ini, kita akan sukar. Tapi kalau kita sudah pernah melatih dengan tekun, kita tidak akan terlalu sukar melatihnya kembali di kemudian hari. Anda akan mengenal, seperti kembali ke kampung halaman Anda. Anda akan merasa nyaman,” Sayalay berpesan.

Pemotongan pita

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *