• Wednesday, 16 June 2021
  • Yunita
  • 0

Adat Siwahan merupakan adat khas suku Dayak di desa Magalau Hilir, Kecamatan Kelumpang Barat, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Adat tersebut masih terus berkembang dan terus dilestarikan hingga saat ini.

Adat Siwahan masih sangat dipegang teguh oleh masyarakat Dayak di Magalau Hilir, dimana mereka beranggapan tradisi Dayak jangan sampai memudar oleh perkembangan zaman sekarang ini yang semakin modern, hal itu dikarenakan upacara adat Dayak merupakan ciri khas mereka dan menjadi pemersatu suku Dayak terutama pada tradisi Siwahan.

Tokoh Dayak didesa Magalau Hilir pun sangat berharap para muda mudi tidak melupakan adat yang sudah mereka jalankan seperti adat Siwahan tersebut yang sejak zaman nenek moyang adat ini sudah diberlakukan.

Siwahan merupakan cara masyarakat Dayak dalam melakukan syukuran setelah selesai melakukan panen padi. Karena panen padi di Magalau Hilir tersebut jatuh pada bulan mei atau juni bertepatan pada bulan Waisak, maka masyarakat Dayak yang beragama Buddha akan menyatukan tradisi tersebut dengan perayaan Waisak di Vihara Saddha Manggala Desa Magalau Hilir.

Mereka percaya bahwa tradisi yang mereka lakukan dengan bersyukur atas rezeki yang diberikan sangat persis dengan tradisi dalam buddhis yang dinamakan pelimpahan jasa.

Dimana pelimpahan jasa tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan untuk orang yang telah meninggal dengan tujuan mendiang tersebut turut berbahagia atas kebajikan yang dilakukan oleh sanak keluarga yang masih hidup dan untuk menolong makhluk hidup yang terlahir di alam peta, harapannya dengan mereka mengetahui perbuatan baik yang kita lakukan dan tumbuh pikiran ikut bahagia sehingga terlahir kembali ke alam bahagia.

Ketika bulan perayaan Waisak tiba, umat Buddha Magalau Hilir akan membuat acara besar dengan memasak beras ketan atau bisa juga disebut dengan Lemang. Umat Buddha yang sudah melakukan panen padi akan membawa beras ketan masing-masing untuk dimasak bersama, ketan tersebut dibuat didalam bambu bersama air santan kemudian dipanggang diatas bara api yang cukup besar.

Tentunya tradisi tersebut dilakukan secara gotong royong atau kerja sama oleh bapak-bapak dan pemuda Dayak, dimana hal tersebut juga untuk menciptakan kebersamaan dan solidaritas dalam melaksanakan tradisi. Bagi ibu-ibu dan pemudinya, mereka bertugas dalam memasak nasi, sayur, membuat sesajen dan membuat tempat untuk sesajen atau Ancak untuk meletakkan sesajen-sesajen yang diperlukan nantinya.

Para tokoh-tokoh besar dayak yang merupakan pemimpin jalannya upacara adat pun akan berkumpul bersama dengan Romo Vihara Saddha Manggala dalam upacara adat Siwahan tersebut guna untuk meramaikan dan menciptakan suasana hangat dalam tradisi Siwahan.

Upacara Siwahan akan dilakukan pada malam hari dengan mempersiapkan sesajen berupa lemang, nasi kuning, telur, dan sesajen-sesajen lainnya. Setelah sesajen siap, mereka pun memulai berdoa atau bisa juga disebut dengan Itawut dan dipimpin oleh ketua adat atau Wudian dengan tujuan bersyukur atas rezeki yang dilimpahkan dan melimpahkan jasa kepada leluhur yang telah meninggal.

Jika upacara Itawut tersebut sudah dilaksanakan, mereka akan melanjutkan upacara tersebut dengan puja bakti bersama. Setelah upacara selesai, mereka akan mempersiapkan ketan atau lemang tersebut untuk dimakan secara bersama-sama.

Selain untuk bersyukur atas rezeki yang dilimpahkan, tujuan dari tradisi ini pun sangat berkaitan dengan ajaran buddhis, dimana umat Buddha yang panen padi berdana untuk umat di vihara Saddha Manggala tersebut untuk makan bersama. Hal tersebut merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi kita, selain melakukan pelimpahan jasa kepada mendiang yang telah meninggal, kita juga berdana rezeki berupa ketan atau lemang kepada masyarakat yang ada di Magalau Hilir.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara