• Saturday, 11 August 2018
  • Ngasiran
  • 0

Proses penyaluran bantuan untuk korban gempa Lombok harus menghadapi tantangan yang berat karena lokasi yang sulit dijangkau. Bahkan keadaan kadang menjadi mencekam karena gempa susulan masih terus terjadi yang sewaktu-waktu bisa mengancam nyawa.

Seperti yang dialami dua jurnalis BuddhaZine, Ngasiran dan Ana Surahman ketika ikut tim relawan Karuna Mitta Jaya (KMJ) menyalurkan bantuan ke umat Buddha di Dusun Grenggeng, Desa Jenggala, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara pada Kamis (9/8).

Umat Buddha di desa tersebut kebanyakan berada di pegunungan yang terisolir. Rumah-rumah hampir semua luluh lantak. Belum ada bantuan logistik yang masuk karena tidak bisa diakses kendaraan roda empat, motor pun sulit untuk lewat karena longsor di mana-mana.

“Akhirnya kami jalan kaki seharian dari desa ke desa melalui hutan. Dan yang paling mengerikan saat kami sedang jalan melalui hutan belantara dan jalanan tebing berbatu, tiba-tiba ada serangan gempa 6,2 SR,” cerita Ngasiran yang mengaku panik saat itu. Keadaan mendadak menjadi mencekam. Tanah dan pohon goyang, bunyi gemuruh dari batuan yang longsor terdengar mengerikan. Bhante Siriratano dan para relawan secara spontan berpegangan pada pohon sekenanya.

“Kami berlindung di bawah pohon kelapa, suara batuan turun dari tebing bergemuruh. Mengerikan sekali,” tutur Ngasiran.

Tim relawan baru bisa keluar pada sore hari setelah perjalanan satu jam melewati longsor dan tebing berbatu.

“Kebanyakan jalan terhalang batu-batu longsor akibat gempa. Jadi ketika jalan di tebing berbatu kami harus lari, karena takut ketika gempa datang batuan longsor dan menimpa kami,” Ngasiran menggambarkan.

“Setelah berjalan lebih dari satu jam dari Dusun Bimbi, kami baru sampai jalan beraspal. Meskipun begitu kami belum bisa langsung mendapat jemputan karena tidak ada sinyal untuk minta jemputan. Jadi kami harus berjalan lagi dalam rintik hujan sekitar 3 km hingga dapat tumpangan,” tambah Ngasiran.

“Hari yang sangat melelahkan dan mengerikan,” ujar Ngasiran. Bahkan sampai beberapa hari berlalu, Ngasiran dan Ana Surahman masih trauma dan tidak bisa tidur nyenyak karena gempa susulan terus terjadi. Apalagi posko tempat mereka tinggal hanya berjarak 1 km dari pantai, yang artinya bukan tempat yang aman jika sampai terjadi tsunami.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara