• Sunday, 22 October 2023
  • Surahman Ana
  • 0

Foto     : Ngasiran dan Surahman Ana

Penyelenggaraan festival oleh Koperasi Maju di Gedung Prasadha Jinarkkhita, Jakarta Barat, bertujuan meningkatkan kualitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan menarik banyak pengunjung selama dua hari. Hingga hari kedua festival, Minggu (22/10/2023), pengunjung yang membanjiri gedung tersebut didominasi oleh kalangan pelajar dari tingkat SMA hingga perguruan tinggi.

Selain mengeksplorasi beragam produk UMKM yang dipamerkan di sekitar gedung, pengunjung juga memiliki kesempatan untuk memperoleh pemahaman tentang Candi Borobudur melalui panel-panel yang terpasang mulai dari lobi hingga lantai 1. Tersedia juga ruang pemutaran video yang mengulas Borobudur di lobi bagian belakang gedung. Bagi yang ingin menikmati pertunjukan seni dan mengikuti seminar, mereka dapat memasuki ruang auditorium di lantai 1.

Njo Hendwi Wijaya, Ketua Pengurus Koperasi Maju, mengakui bahwa meskipun festival belum mencapai ekspektasi yang diharapkan, mereka tetap bersyukur mengingat persiapan yang dilakukan memerlukan waktu dan menghadapi berbagai tantangan.

“Proses persiapan memakan waktu tiga bulan. Meskipun belum sesuai dengan harapan kami, proses persiapan ini telah memberikan peluang belajar, terutama saat kami mendampingi proses pembelajaran Duta Budaya dari 7 sekolah. Mereka dilatih untuk memahami Candi Borobudur dalam waktu 1 bulan dengan lima pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama 2-3 jam. Kendalanya memang berada dalam keterbatasan waktu, namun akhirnya banyak siswa yang memahami Candi Borobudur,” kata Hendwi.

Hendwi berharap agar festival tahun depan dapat berjalan dengan lebih optimal. Pameran Candi Borobudur dalam festival ini diwujudkan sebagai upaya untuk melestarikan nilai-nilai budaya Candi Borobudur dan meneruskannya kepada generasi muda. Sebanyak 100 Duta Budaya yang terpilih melalui seleksi dilibatkan untuk menjelaskan setiap makna panel yang terpasang.

Momen ini menjadi kesempatan bagi Duta Budaya untuk meningkatkan pengetahuan mereka dan mendapatkan pengalaman yang berharga. Angelyne Wijaya, seorang siswi Kelas 12 SMA Dhammasavana, Jembatan Dua, Jakarta Barat, mengungkapkan merasa sangat senang dan mendapatkan pengalaman menarik dalam keterlibatannya dalam festival ini.

“Kesempatan ini sangat menarik, karena saya dapat menambah pengetahuan saya. Saya juga dapat berkontribusi dengan menyebarkan nilai-nilai Candi Borobudur kepada orang lain. Saya dapat menjelaskan kepada orang-orang bahwa Candi Borobudur bukan hanya tentang ukiran dan gambar, tetapi juga memiliki nilai-nilai yang dapat diterapkan.”

Angelyne juga mencatat bahwa banyak pengunjung baru memahami dan menghargai Candi Borobudur setelah mendengar penjelasan dalam festival ini.

“Saya menjelaskan panel Alpayuh dan Dirgahayuh, di sini dijelaskan perbuatan yang menyebabkan umur pendek dan perbuatan yang menyebabkan umur panjang,” Angelyne menambahkan.

Fokus pada nilai-nilai budaya yang sejalan dengan semangat Koperasi Maju menjadikan pameran budaya menjadi salah satu elemen penting dalam festival ini. Koperasi Maju menerapkan nilai-nilai gotong-royong, saling mendukung, dan kemajuan bersama yang memberikan dampak positif kepada para pelaku UMKM peserta festival, terutama peserta anggota koperasi.

Siu Lan (49), pemilik stan UMKM kue dan catering dari Jakarta Barat, merasa bahwa pelatihan yang diberikan oleh Koperasi Maju telah meningkatkan kualitas produknya.

“Dengan menjadi anggota Koperasi Maju, kami dapat menyimpan deposito, dan pelatihan-pelatihan dari koperasi sangat bermanfaat. Saya telah menjalankan bisnis ini selama 16 tahun, dan dengan menjadi anggota koperasi serta berpartisipasi dalam festival ini, produk saya semakin dikenal oleh banyak orang,” jelas Siu Lan.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Widi Lettan (55), pemilik Brand Lenong Warisan, UD Putra Denpasar, Tangerang. Ia mengungkapkan bahwa sejak menjadi anggota Koperasi Maju, ia telah mendapatkan banyak manfaat.

“Kami membuat produk dari emping singkong dan kentang mustofa. Dalam festival ini, kami memperkenalkan produk kami yang berupa snack tanpa bahan pengawet, pemanis buatan, dan pewarna. Kami telah memproduksi produk ini sejak tahun 1996, dan menjadi anggota Koperasi Maju selama lebih dari 10 tahun. Sejak itu, perusahaan kami semakin maju dan mengikuti perkembangan zaman karena kami terus menerima pendidikan,” ungkap Widi.

Widi berharap bahwa setelah mengikuti festival ini, UMKM-nya dapat meningkat kelasnya dan bahkan dapat memasarkan produknya ke luar negeri. Penyelenggaraan festival ini juga tidak hanya memberikan manfaat bagi peserta, melainkan juga memberikan pengalaman yang berkesan bagi pengunjung. Beberapa dari mereka mendapatkan pemahaman baru tentang Candi Borobudur, sementara yang lain merasa terinspirasi untuk memulai usaha mereka sendiri.

Nancy M Dotulong, seorang pengunjung asal Cibubur yang berusia 55 tahun, menyatakan bahwa ia mendapatkan pemahaman baru tentang Buddha melalui penjelasan panel Borobudur.

“Saya datang ke sini untuk memahami Buddha dengan lebih dalam. Setelah melihat relief-relief dan mendengar penjelasan tadi, saya belajar banyak tentang Buddha dan Candi Borobudur. Saya juga terkejut mengetahui bahwa pameran ini diselenggarakan oleh sebuah koperasi dan terbuka untuk umum. Ini sungguh mengesankan,” kata Nancy.

Seorang siswi, Sharline, dari Kelas 10 Ottapa Sekolah Dharma Suci, Jembatan Dua, Jakarta Barat, mengaku terinspirasi untuk memiliki produknya sendiri setelah terlibat dalam membantu salah satu vendor dalam memasarkan produknya.

“Pengalaman ini sangat menyenangkan, dan saya belajar bagaimana cara menjual produk kepada orang. Saya menjadi tertarik untuk memiliki produk sendiri, dan tadi saya juga berkesempatan untuk bertemu dengan vendor-vendor produk kecantikan, sehingga saya tertarik untuk membuat produk-produk kecantikan juga,” ungkap Sharline.

Di hari terakhir festival ini, pengunjung juga diajak untuk memahami wirausaha melalui seminar UMKM dengan judul “Aksi Anak Desa dalam Bisnis yang Mendunia” yang disampaikan oleh Andhika Mahardika. Selain itu, penampilan seni seperti Tari Prajnaparamita, Tari Hamsa Jataka, Tari Gejug Lesung, dan pertunjukan wayang kulit dengan lakon Prabu Sutasoma dan Borobudur Binangun menjadi penutup yang meriah bagi festival ini.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara