
Foto : Ngasiran
Bulan Juli-Agustus merupakan momen bagi umat Buddha merayakan Asadha sebagai salah satu dari empat hari besar Agama Buddha. Salah satu peristiwa penting yang diperingati dalam perayaan Asadha adalah pembabaran ajaran Buddha Gotama yang pertama kali kepada lima orang pertapa. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Dhammacakkappavattana Sutta atau pemutaran Roda Dhamma.
Pada waktu pemutaran Roda Dhamma, Guru Agung Buddha Gotama membabarkan empat kebenaran arya, cattari aryasaccani. Empat kebenaran arya itulah yang menjadi ajaran utama dari seluruh ajaran Guru Agung Buddha. Ajaran ini adalah mengenai penderitaan dan lenyapnya penderitaan.
Pada kesempatan perayaan Asadha Puja 2567 BE/2023 di Candi Borobudur, Magelang, Sanghapamokkha Sangha Theravada Indonesia (STI), Bhante Sri Pannyavaro mengulas kembali ajaran ini di hadapan puluhan ribu umat Buddha yang hadir saat itu, Minggu (23/7/2023). Lebih khusus bhante menguraikan tentang sebab penderitaan.
“Penderitaan adalah masalah semua orang, bukan hanya masalah umat Buddha. Kebahagiaan adalah obsesi semua orang, siapapun mereka. Ketidakpuasan, ketegangan mental yang berlarut-larut, itulah penderitaan yang dirasakan oleh hampir semua orang. Guru Agung kita melihat dengan terang, dengan jelas sekali apakah sebab penderitaan ini. Saya akan menggunakan dua cara untuk menjelaskan sebab penderitaan,” papar bhante mengawali pesan Dhamma.
Yang pertama, bhante menjelaskan, adalah mengumbar keinginan. Dalam hal ini bukan berarti tidak boleh menikmati kenikmatan. Akan tetapi yang menjadi catatan bhante adalah ketika seseorang menikmati berulang kemudian ingin menikmati yang baru dan yang lain, ini sudah termasuk mengumbar hawa nafsu yang bisa menjadi sumber mala petaka.
“Dalam bahasa Pali disebut Kamma Tanha-Bhava Tanha. Kalau keinginan itu terhalang, kalau keinginan hawa nafsu tidak terpenuhi, timbullah keinginan yang lain untuk menghancurkan siapa saja, yang kemudian juga menghancurkan dirinya sendiri.”
Lebih lanjut bhante menjelaskan, bukan berarti tidak boleh punya keinginan. Menurut bhante, keinginan itu harus diseleksi, bukan kejahatan, bukan keburukan, dan sesuai dengan kemampuan diri sendiri. “Kalau anda tidak menyeleksi keinginan anda, tidak memilih keinginan anda, kainginan itu akan menjadi hawa nafsu yang ganas sekali, dan itulah sumber penderitaan.”
Dengan menyeleksi keinginan, seseorang bisa menghentikan kejahatan dan menjadi orang baik. Namun demikian, bhante menerangkan, hal ini belum bisa membebaskan seseorang dari penderitaan. Dengan kata lain, menjadi orang baik sekalipun belum bisa mengakhiri penderitaan.
“Menyeleksi keinginan, tidak mengumbar hawa nafsu, tidak melakukan kejahatan, bertekad untuk menambah kebajikan dan perilaku yang bajik, sesuai dengan kemampuan kami, apakah penderitaan sudah berakhir, bisa berakhir bhante? Belum saudara. Mengapa demikian?” lanjut bhante.
Memperjelas uraian tentang penyebab penderitaan, bhante menggunakan penjelasan kedua yang diawali dengan sebuah pertanyaan, “Sudahkah saudara siap menerima perubahan?”
Bhante memaparkan bahwa sekalipun semua menjadi orang baik, akan tetapi semua kondisi juga tidak akan kekal. Semuanya akan berubah, kesehatan, usia, kemakmuran, kedudukan, kekuasaan, dan lain sebagainya yang berkondisi akan berubah. Dan tidak ada satu pun yang bisa menghentikan perubahan. Ketika seseorang, sekalipun orang baik, tidak bisa menerima perubahan maka akan muncul penderitaan.
“Apakah anda bisa menghentikan perubahan itu? Tidak mungkin. Kita semua menjadi tua, sudahkah saudara sekalian siap menjadi tua? Atau tidak ingin menjadi tua? Anda orang baik, tetapi kalau anda menolak penuaan, anda menderita yang lain. Penderitaan yang lain, penderitaan karena tidak bisa menerima perubahan.”
“Apa di dunia ini yang kekal? Tidak ada, semuanya berubah. Siapa yang bisa memungkiri kesunyataan itu? Itu adalah the truth,” lanjut bhante.
Untuk bisa menerima perubahan, bhante menekankan umat Buddha untuk berlatih melepas. Latihan melepas adalah keniscayaan, karena segala sesuatu berubah. Ketika seseorang tidak pernah latihan melepaskan, kala perubahan itu terjadi akan sangat menderita karena sulit menerima perubahan.
Salah satu praktek latihan melepas adalah dengan berdana. “Kalau anda berdana, jangan meremehkan berdana, memberi. Sekecil apa pun kalau anda memberi dengan pengertian yang benar, anda sekaligus melakukan Sila, Samadhi, dan Panna.”
Dengan memberi, lanjut bhante, memberi dari hasil yang sesuai dengan Dhamma dan diberikan sesuai dengan tujuan dengan Dhamma, tujuan yang baik, pada saat seseorang memberi Silanya bersih. Orang itu tidak membunuh, tidak menyakiti, tidak mencuri, tidak berzina, tidak berbohong, tidak mabuk saat melakukan perbuatan baik dengan memberi. “Kalau anda memberi dengan tanpa pamrih, anda berarti melatih untuk melepas kemelekatan.”
“Memberilah dengan kesadaran, memberilah dengan sati, tidak akan muncul pamrih, tidak akan muncul rasa iri hati, tidak akan muncul ingin membandingkan ia memberi sedikit saya memberi banyak, ia memberi banyak saya memberi sedikit. Mamberilah dengan kesadaran, dengan sati, anda memberi untuk memotong ikatan duniawai, anda memberi untuk detach.”
“Tetapi bhante, itu kan bhikkhu, apakah umat awam ini bisa memotong duniawi? Apakah kami umat awam ini bisa detachment kemelekatan? Apakah mungkin memotong duniawi?”
Perihal ini, bhante memberikan catatan yang sangat penting, bahwa memotong duniawi bukan berarti harus menjadi bhikkhu atau atthasilani. Menurut bhante memotong duniawi artinya memotong ikatan duniawi.
“Mengapa harus memotong ikatan duniawi? Karena tidak ada yang kekal,” tegas bhante.
“Anda boleh punya handphone yang bagus, boleh punya mobil yang baru, tetapi handphone yang bagus dan mobil yang baru itu bisa rusak. Sudahkah anda belajar memotong ikatan duniawi?”
Lebih jauh bhante menjelaskan, pada saat seseorang selesai berdana dengan kesadaran tanpa pamrih, kemudian muncul, “Hah aku sudah bisa berdana dengan baik, aku sudah bisa berdana untuk detachment”. Bhante memperingatkan bahwa ini bentuk kotoran batin yang terhalus, yaitu AKU.
Bhante menjelaskan, AKU adalah musuh besar yang berada di dalam diri seseorang. Tidak kelihatan, AKU dibuat oleh pikiran sendiri. Dan pikiran itu sendiri juga bukan AKU, karena ia timbul tenggelam sesuai dengan kondisi yang membentuk pikiran.
“Bhante, bagaimana kalau kita sudah berbuat baik, panitia sudah bekerja keras, meskipun tidak dikeluarkan, muncul pada pikiran, “Aku sudah melakukan tugas, aku sudah berbuat baik”. Bagaimana bhante?”
“Tidak apa-apa saudara, itu habit, kebiasaan untuk memunculkan AKU. Tidak bisa distop, tidak bisa dicegah, kewajiban kita menyadari, menyadari kalau AKU itu muncul. Kalau AKU itu muncul tidak disadari, AKU itu akan berkembang biak, menuntut ini, menuntut itu, mau begini, mau begitu, mau yang lebih dan lebih. Sang AKU itulah yang menuntut, yang sebenarnya ilusi, karena AKU itu dibuat oleh pikiran kita sendiri.”
Dengan menyadari setiap AKU muncul, seseorang akan bisa membersihkan kotoran batinnya sendiri perlahan-lahan. Membersihkan segala pamrih perlahan-lahan, karena pamrih adalah dibuat oleh sang AKU. Ketika sang AKU padam, maka seseorang akan melakukan kebajikan tanpa AKU.
“Rame ing gawe sepi ing pamrih, dalam arti yang sebenarnya,” papar bhante.
“Saya berharap, kami para bhikkhu ini berharap, tahun depan musimnya memilih pemimpin wakil rakyat dan pemimpin yang lainnya. Kami, saya, mempunyai harapan semoga para pemimpin-pemimpin yang akan terpilih nanti pada tahun depan, para pemimpin yang rame ing gawe sepi ing pamrih. Kalau seseorang bisa mengalahkan, menghancurkan AKU-nya sendiri, dia akan menjadi pemimpin yang sejati.”
“Ibu, Bapak, dan saudara, berdanalah dengan kesadaran, berdanalah dengan sati sampajanna. Karena hanya dengan berdana, anda bisa praktek Sila, Samadhi, dan Panna. Dan Sila, Samadhi, Panna itulah praktek jalan arya berunsur delapan, jalan untuk menyelesaikan penderitaan,” tutup bhante.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara