Deny Hermawan | Friday, 21 August 2020 11.11 AM News
Kassian Cephas di tahun 1890 (wikimedia)
Di Indonesia saat ini, menu masakan babi mungkin hanya identik dengan Bali, Batak, Tionghoa, atau beberapa suku / wilayah tertentu di tanah air. Padahal dari berbagai peninggalan sejarah yang ada, diketahui bahwa olahan daging babi adalah menu makanan populer di era Jawa Kuno atau Jawa Klasik. Beberapa relief Karmawibhangga di Borobudur pun memperlihatkan wujud babi yang dipelihara untuk dikonsumsi.
Babi sudah sejak lama menjadi salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat yang hidup di Nusantara, sebelum Islam menjadi agama mayoritas. Kitab Nagarakrtagama yang ditulis Mpu Prapanca pada abad ke-14 menyebutkan jenis daging yang dihidangkan di Kraton Majapahit. Babi merupakan salah satu menu utama, selain daging domba, kerbau, ayam, lebah, ikan, dan bebek.
Berikut ini beberapa informasi tentang kuliner terkait babi yang disajikan masyarakat Jawa kuno, sebagaimana ditemui dari beberapa prasasti, yang dirangkum dari beberapa sumber:
1. Prasasti Mantyasih I (907 M)
Hidangan yang disediakan antara lain yaitu masakan dari daging kerbau, babi, kijang dan kambing. Ada juga makanan enak lainnya seperti haraŋ haraŋ [makanan yang dipanggang], daging asin, daging hañaŋ, daging taruŋ, udang, hala hala [sejenis ikan] dan telur.
2. Prasasti Mantyasih III (907 M)
Hidangan yang disebut berupa masakan dari daging kerbau, babi, kijang dan kambing serta bermacam macam haraŋ haraŋ.
3. Prasasti Rukam (907 M)
Di prasasti ini ditulis, makanan yang dihidangkan pada upacara penetapan sima di Desa Rukam antara lain nasi paripūrṇna timan, haraŋ haraŋ, ikan kakap kering, ikan kadiwas, ikan ḍuri, daging hañaŋ yang dikeringkan, ikan gurame, rumahan, layar layar, hala hala, udang, dlag [ikan gabus] yang digoreng dengan telur, dan kepiting.
Selain makanan tersebut, ada juga sayuran yang dibuat menggunakan daging kerbau, sapi dan babi. Makanan tersebut disebut memiliki cita rasa yang sangat sedap. Selain sayur daging ada lagi sayur lainnya seperti amwil amwil, atah atah, kasya kasyan, saṅasaṅān, ḍalamman, hinaryyasan, rumwarumwah, sayuran lalap matang, ḍuḍutan dan tetis.
4.Prasasti Alasantan (939 M)
Hidangan yang disajikan dalam prasasti ini antara lain dandanan hinirusan, ambil ambil, lit lit, ranak, sangasangān, haryyas, rumbarumbah, sayuran lalap matang, tetis, daging hañaṅ, daging asin, ikan kakap, udang, bijañjan, ikan kadiwas, ikan gurame, layar layar, hala hala, telur yang dikeringkan, sunda, atak pīhan, daging kerbau, ikan praṅ paṅ paṅ, daging kijang, angsa, dan tentu saja babi.
Deny Hermawan
Editor BuddhaZine, penyuka musik, film,
dan spiritualitas tanpa batas.
Setelah melalui proses selama 9 tahun, BuddhaZine kini telah berpayung hukum dengan naungan Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara. Kami berkantor di Dusun Krecek, Temanggung. Dengan yayasan ini kami berharap bisa mengembangkan Buddhadharma bersama Anda dan segenap masyarakat dusun.
Kami meyakini bahwa salah satu pondasi Buddhadharma terletak di masyarakat yang menjadikan nilai-nilai ajaran Buddha dan kearifan budaya sebagai elemen kehidupan.
Anda dapat bergabung bersama kami dengan berdana di:
Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara
Bank Mandiri
185-00-0160-236-3
KCP Temanggung