• Monday, 14 April 2025
  • Surahman Ana
  • 0

Foto: Ngasiran dan Ana Surahman

Banjarnegara, 12 April 2025 – Umat Buddha lintas majelis menggelar Puja Bakti Waisak Esoteris 2025 untuk kedua kalinya di Candi Bima, Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Sabtu (12/4). Acara ini didukung oleh Yayasan Kalpataru Dharma Persada Cilacap dan diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah, termasuk Wonosobo, Banjarnegara, Temanggung, Cilacap, Semarang, Ungaran, Kediri, Jakarta, Magelang, Bogor, dan Yogyakarta. Turut hadir perwakilan dari Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Kabupaten Wonosobo serta umat Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wonosobo dan Mangku dari Bali.

Waisak Esoteris dilaksanakan 15 hari setelah tahun baru Saka dengan mengusung tema “Kembali ke Tanah Leluhur untuk Memuliakan Leluhur yang Telah Mewariskan Dharma dan Keagungan Sejarah Bangsa”. Acara ini dihadiri oleh Pembimas Buddha Provinsi Jawa Tengah serta sejumlah pimpinan majelis agama Buddha, Hindu, dan Kepercayaan.

Subarno, panitia acara, berharap kegiatan ini dapat menjadi agenda tahunan bagi umat lintas majelis di Dieng. “Semoga tahun-tahun mendatang ada donatur yang mau menyokong, dan semoga juga mendapat perhatian Kementerian Agama sehingga acara bisa dilaksanakan kembali,” ujarnya.

Ia menambahkan, Waisak Esoteris sengaja digelar sebelum Waisak Nasional agar umat Buddha tetap dapat mengikuti Pujabhakti Waisak sesuai arahan majelis masing-masing.

Tri Suci Waisak Esoteris diisi dengan puja bakti bersama dan persembahan kesenian kepada para Dharmapala dan Ishta Devata. Setiap tradisi mendapat waktu untuk melakukan ritual singkat, dilanjutkan dengan ritual utama dalam tata cara Shiva Buddha. Meski belum ada penelitian pasti mengenai hubungan Candi Bima dengan agama Buddha, sebagian umat meyakini candi ini sebagai Bhairawa Bima. 

“Stupa Candi Bima berbeda dengan candi Dieng lainnya. Di dalamnya ada pelinggih yang mungkin tempat arca, dan jelas bukan Yoni versi Hindu,” ungkapnya.

Penjelasan Rama Tarra Lozhang tentang Penanggalan Waisak Esoteris

Rama Tarra Lozhang, pembimbing meditasi dan Ketua Majelis Mahayana Jawa Tengah, menjelaskan asal-usul penentuan Waisak Esoteris pada 12 April, sementara Waisak Nasional jatuh pada 12 Mei 2025.

Menurutnya, nama Waisakdiambil dari bulan Wesakhamasa dalam kalender Saka, yang terjadi saat purnamasiddhi (bulan purnama penuh). “Setiap hari besar agama Buddha selalu terjadi saat purnamasiddhi. Sementara Nyepi di Nusantara adalah warisan Shiva Buddha dari era Mataram dan Majapahit, selalu jatuh pada 1 Wesakhamasa. Jadi, purnamasiddhi Wesakha terjadi 14 hari setelahnya,” paparnya.

“Karenanya, Waisak sebagai peringatan Tri Suci seharusnya dirayakan dua minggu setelah Nyepi. Sedangkan Waisak Nasional di Indonesia menurut kalender Masehi justru terjadi di bulan Jyesthamasa Saka—satu bulan setelah Wesakhamasa,” tegas Rama Tarra.

Kegiatan ini menjadi wujud harmonisasi antarumat beragama sekaligus upaya melestarikan warisan spiritual leluhur Nusantara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *