• Friday, 22 May 2020
  • Dian Tika Sujata
  • 0

Jumat (15/5/2020) telah dilaksanakan Seminar Nasional Daring (Online) yang diselenggarakan oleh Indonesian Consortium For Religious Studies (ICRS) dan Badan Restorasi Gambut dengan tema Merawat Alam sebagai Ibadah.

Terdapat empat narasumber dari agama Katholik, Islam, Buddha dan Kristen yang mengulas pengetahuan mengenai kedalaman makna ibadah, makna spiritualitas dari ajaran agama yang dianutnya.

Jo Priastana, dosen senior Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Nalanda, Jakarta menjadi salah satu narasumber pada Seminar Nasional Daring tersebut.

Dalam pemaparan materinya, Pak Jo menyampaikan refleksi ajaran Buddha, dan hubungannya dengan kelestarian lingkungan hidup, dalam hal merawat alam.

“Keyakinan umat Buddha berpusat pada Triratna, yang terdiri dari Buddha, Dharma, dan Sangha, yang merupakan manifestasi dari Ketuhanan Yang Maha Esa. Umat Buddha melakukan puja pada Buddha, yang telah tergugah, menemukan Dharma. Dharma adalah esensi dari alam semesta.

“Alam bekerja melalui hukum-hukumnya, yang terkandung di dalam penemuan Buddha yang dikatakan sebagai Dharma. Dharma berisikan hukum-hukum kesunyataan. Su dapat diartikan sebagai esensi atau yang sesungguhnya dibalik kenyataan ini.

Karena itu Agama Buddha disebut juga Buddha Dharma, artinya ada seorang yang mencapai pencerahan sempurna menjadi Buddha yang artinya sadar, bangkit, bangun, dan dia melihat kesemestaan alam ini yang sesungguhnya, yang disebut dengan Dhamma. Isi hukum kesunyataan itu melihat fenomena kehidupan dalam hal apa saja,” kata Pak Jo.

“Fenomena dalam kehidupan ini terdiri dari beberapa gradasi atau tingkatan. Ada yang bersifat anorganik, organik, dan ada yang menyangkut perilaku manusia yang didasari oleh insting dan harusnya didasari oleh kesadaran, dan begitu pula dengan peristiwa-peristiwa dalam fenomena-fenomena kehidupan alam ini masih banyak yang belum bisa kita ketemukan secara ilmu pengetahuan.

Meskipun saintifik adalah perpanjangan dari hukum kesunyataan itu sendiri. Di dalam alam ini menurut Buddha segala sesuatu saling berinteraksi, saling berkoneksi bahkan saling penetrasi, saling berhubungan satu sama lain.

Fenomena alam semesta yang tercermin dalam hukum kesunyataan ini memperlihatkan bahwa ajaran Buddha itu tidak lepas dari alam semesta itu sendiri. Semua fenomena adalah cerminan dari dhamma. Karena itu ibadah sebagai Buddha dan siswa buddha mendekati dengan alam, menyatu dengan alam, hidup selaras dengan alam,” kata Pak Jo.

Saat di vihara umat Buddha menyatakan berlindung kepada Tiratana, mereka melakukan sujud dengan lima titik menyentuh lantai yaitu dahi, kedua telapak tangan dan kedua lutut.

Lebih dalam Pak Jo menjelaskan “Ibadah umat Buddha menyatakan perlindung kapada Tiratana Buddha Dharma Sangha. Menyatakan berlindung disini adalah berlindung kepada kesadaran yang sempurna.

Hanya orang yang sadar yang mendapat perlindungan, hanya orang yang mendekat kepada hukum-hukum kesunyataan, dekat kepada alam dan kepada pelaksana-pelaksana sadar yang hidup harmoni yaitu para bhikkhu dan rohaniawan.

Umat Buddha mengucapkan kalimat keyakianan dan kemudian bernamaskara bersujud kepada tiratana, alam, dan kesadaran. Saat bersujud fisiknya menyentuh 5 titik yang menandakan bahwa keyakinan pada Buddha adalah dengan melaksanakan 5 Moralitas Pancasila.

Artinya bersujud terhadap Buddha terhadap alam sama dengan menghindari pembunuhan, menghindari pencurian, menghindari perilaku seksual tidak pantas, menghindari delusi, kebohongan atau manipulasi dan menghindari makanan minuman yang memabukkan” kata Pak Jo.

Unsur- unsur Dharma yang tercermin di alam semesta ini dikatakan ada empat elemen dasar yang mendasari setiap fenomena, yaitu unsur api, air, tanah, udara. Keempat unsur tersebut bekerja terhubung, interkoneksitas dan interpenetrasi.

Seperti halnya nasi yang kita makan setiap hari masuk kedalam tubuh menjadi energi untuk keberlangsungan hidup berasal dari padi dari sawah yang terdapat tanah, air, cahaya. Maka tubuh manusia mencerminkan fenomena alam semesta.

Jadi bagi umat Buddha beribadah adalah mendekatkan diri kepada alam, mematuhi hukum-hukum alam, yang didalam perilaku menjadi hukum moralitas yang mencerminkan keharmonisan hidup manusia dengan alam dan lingkungannya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *