Seorang biksu memberikan fosil tersebut pada Lama di vihara yang berdekatan dengan lokasi ditemukannya tulang rahang ribuan tahun, kemudian menyerahkannya pada para peneliti.
Tiga puluh sembilan tahun yang lalu, seorang biksu memasuki sebuah gua terpencil untuk berdoa dan bermeditasi. Di dalam gua, ia menemukan separuh tulang rahang manusia.
Tulang rahang tersebut mengguncangkan dunia ilmu pengetahuan. Sebuah analisa terhadap mandibula (bagian tulang rahang bawah), yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, mengungkapkan bahwa tulang tersebut milik seorang Denisovan – sekelompok manusia pra-sejarah, yang ada hubungannya dengan kaum Neanderthal – hidup 160.000 tahun yang lalu.
Mandibula tersebut adalah fosil Denisovan terbesar yang pernah ditemukan sekaligus merupakan satu-satunya yang ditemukan di luar gua tertentu di Siberia, 1.000 mil jauhnya dari tempat ditemukannya tulang rahang tersebut.
Gua tempat fosil tersebut ditemukan, gua sungai bawah tanah (Karst) Baishiya, merupakan sebuah tempat suci, yang populer di kalangan peziarah dan turis. Ketika biksu tersebut menemukan tulang, ia mengenali bahwa tulang tersebut bukan tulang rahang manusia pada umumnya, dan berpikir bahwa itu terlihat seperti “setengah tulang, setengah batu.”
Karena penemuan itu terasa istimewa, maka beliau menyerahkannya pada Lama Gungtang keenam, seorang guru penting di Wihara Labrang yang terletak di dekat lokasi, yang merupakan satu dari enam vihara agung aliran Gelugpa dalam Buddha Tibet.
Baca juga: Arkeolog Temukan Patung Buddha Berusia 800 Tahun di Angkor Wat
Lama Gungtang merupakan ketua terdahulu dari Vihara Labrang, dan baru saja dibebaskan setelah 21 tahun dipenjarakan pihak Tiongkok. Lama Gungtang menyerahkan tulang tersebut pada para ilmuwan di Universitas Lanzhou.
Pintu masuk Gua Karst Baishiya. Sumber foto: Dongju Zhang/Universitas Lanzhou.
Para ilmuwan sangat sedikit yang mengetahui tentang kaum Denisovan. Manusia purba ini dianggap telah punah sekitar 50.000 tahun yang lalu, dan keberadaan mereka baru diketahui pada tahun 2010. Mereka merupakan sub-species manusia pertama dan diidentifikasi semata-mata berdasarkan genetikanya, alih-alih menggunakan peninggalan jasad. Hingga hari ini, hanya segenggam fosil Denisovan yang bisa ditemukan, secara harafiah – begitu sedikitnya hingga muat tertampung dalam mangkuk bubur sereal. Itu termasuk gigi, sekeping kecil tengkorak, serpihan tulang, dan secuil bagian jari.
Para ilmuwan mengembangkan (teori) bahwa kaum Danisovan melakukan kawin silang dengan Homo Sapiens. Beberapa orang dewasa ini memiliki sampai sekitar 5% DNA kaun Denisovan. Riset menemukan bahwa bangsa Tibet sepertinya mewarisi gen kaum Denisovan yang membantu mereka bertahan hidup di ketinggian. Setelah menemukan tulang rahang – di ketinggian 10.000 kaki di dataran tinggi Tibet – para ilmuwan kini memiliki gagasan yang lebih baik tentang mengapa kaum Denisovan memiliki gen tersebut. (Lionsroar.com)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara