Sadar bahwa ibuku berada di setiap sel dalam tubuhku,
Aku mengundang ibuku untuk napas bersamaku,
Aku mengundang ibuku untuk duduk bersamaku,
Punggungku juga merupakan punggung ibuku,
Aku duduk dan bernapas bersama-sama ibukuBernapas masuk aku merasa lega
Ibuku, apakah engkau juga merasa lega?Bernapas masuk aku merasa bebas
Ibuku, apakah engkau juga merasa bebas?
Meditasi merupakan suatu perjalanan panjang, tak ayal kalau meditasi perlu dilakukan setiap hari. Saat pertama mempraktikkan meditasi, saya hampir tidak pernah mendapatkan instruksi yang jelas.
Saya banyak berjibaku dengan berbagai cara teknik, tak ada satu pun yang benar-benar saya mengerti, bahkan hanya sekedar melaksanakan saja. Banyak waktu saya selalu ingin menyerah, tapi entah dorongan apa yang selalu memberi kekuatan agar saya meneruskan pencarian ini.
Mereka yang diasuh oleh orangtua sejak lahir sangatlah beruntung. Buddha bersabda bahwa kedua orangtua adalah seperti bodhisattwa hidup dalam keluarga. Jasa mereka tidak bisa dibayar dengan materi, uang, rumah, dan mobil.
Dalam Sutra Bakti tentang budi besar orangtua menyebutkan walaupun sang anak mendudukkan kedua orangtua di atas bahu dan berjalan seumur hidup untuk membalas budi baiknya, itu juga belum bisa terbayarkan.
Air susu ibu yang diminum oleh sang anak adalah transformasi dari darah sang ibu menjadi air susu, sang anak seolah-olah sedang meminum darah ibunda. Para ibu yang setelah menyusui merasa lelah dan lemas, sebagai anak kita meminum perasaan ibu sekaligus. Demikian juga dalam kisah Sutra menyebutkan tulang dari ibu mudah keropos, kehitaman, dan ringan. Tak ada materi di dunia ini yang bisa membayar air susu ibu.
Saya kehilangan orangtua sejak berusia kecil. Belum pernah merasakan kasih sayang ibu dan ayah, tentu saja juga hampir tidak pernah tahu bagaimana “murka” kedua orangtua. Saya hanya menyimpan kenangan indah orangtua. Sampai detik ini saya bahagia dengan kenangan indah itu, namun saya mengerti sepenuhnya bahwa ini suatu yang perlu saya pahami bahwa mereka juga memiliki sisi yang tidak begitu indah yang saya belum tahu.
Meditasi memberi dampak luar biasa dalam perjalanan menemukan kembali orangtua. Ada orangtua fisik di luar sana, juga ada orangtua yang terpatri di dalam hati setiap anak, kadang orangtua di luar dan di dalam hati tidak selalu sama, sehingga kekecewaan lahir dan cenderung menyalahkan orangtua yang bersikap kurang baik.
Orangtua kita adalah hasil didikan dari orangtuanya lagi, dan begitu seterusnya. Bukan tugas kita untuk menuding mereka, tapi saatnya kita melakukan perubahan dari generasi saat ini. Buddhadharma telah merubah hidup banyak orang, meditasi telah menjadi rekonsiliasi antara orangtua dan anak.
Sebagai renungan singkat meditasi di atas adalah menyadari bahwa saya dan ibu sebetulnya satu!Dulu saya pernah menginap selama sekitar 8 atau 9 bulan di istana anak (子宮), demikian orang Tiong Hoa menyebutkan. Istana yang nyaman, damai, dan tenang.
Saya tidak perlu bernapas, saya mengizinkan ibu bernapas untukku. Ketika berada dalam istana anak, saya tidak perlu bersusah payah untuk bernapas, karena ibuku yang bernapas.
Saya juga tidak perlu bersusah payah untuk makan dan minum, karena semua yang dimakan dan diminum oleh ibuku akan menjadi makananku juga. Bahkan apa yang dirasakan oleh ibuku juga menjadi perasaanku. Ketika ibu sedih aku merasa sedih, ketika ibu merasa senang saya juga senang.
Ingatkah kamu bahwa tali pusar yang menghubungkanmu dengan ibumu? Itu yang membuat saya yakin bahwa dalam setiap selku mengandung sel ibu, dan sel ayahku. Ada ibu dan ayah dalam diriku, karena mereka mewariskan dirinya untukku.
Meditasi membantu saya menerima sepenuhnya bahwa mereka telah pergi. Ada rasa tidak rela ketika melihat orang lain memiliki orangtua lengkap. Rasa itu pelan-pelan sirna karena saya menemukan ibu di dalam diriku. Setiap kali saya bernapas dengan penuh kesadaran, saya tahu persis bahwa itu adalah napas ibuku, setiap kali saya tersenyum, itulah senyum ibuku. Menemukan ibu di dalam diriku adalah hasil meditasi.
Rekonsiliasi dengan orangtua sangatlah penting. Ayah dan ibu bukanlah manusia sempurna, tapi Anda perlu berbahagia karena mereka tidak sempurna, dengan demikian kita bisa berkomunikasi dengan mereka, karena kita juga anak-anak yang tidak sempurna.
Kebahagiaan mulai dari kembali ke akar, kembali kepada orangtua, mereka adalah akar dari hidup manusia. Bumi ini juga menjadi ibunda manusia. Kita lahir di dunia ini, makan dari sumber dunia ini, oleh karena itu kadang ia disebut “The Mother Earth” kadang disebut “Gaai”. Kita semua anak dari dunia ini, Buddha juga anak dunia ini, dan kita semua anak dari dunia ini, kita lahir dari satu dunia ini, lalu mengapa kita harus saling membenci?
Kepada semua ibu-ibuku dari zaman dahulu hingga sekarang, aku bersujud di hadapanmu, aku menyentuh ibunda bumi, memohon maaf atas semua kesalahanku. Aku ingin hidup damai dengan ibunda kandung, juga ibunda bumi ini.
Terima kasih ibu.
Bhante Nyanabhadra
Dharmacharya dari silsilah Zen Master Thich Nhat Hanh, Plum Village, dikenal sebagai 真法子「Chân Pháp Tử」. Menerima Penahbisan samanera dari tradisi Theravada dengan nama 釋學賢 「Nyanabhadra」dari Y.M. Dharmavimala.
Menerima penahbisan ulang sramanera dari silsilah Mulasarvastivada dari Y.M. Dalai Lama ke-14 di Dharamsala dengan nama Tenzin Donpal.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara