Ajahn Brahmali Indonesia Road Show 2017 yang digelar di enam kota tanggal 20-25 Mei hadir di Temanggung, Jawa Tengah pada Minggu (21/5). Selain Temanggung, kota lain yang juga dikunjungi adalah Denpasar, Solo, Lampung, Medan, dan Cikarang.
Talkshow interaktif yang digelar oleh Ehipassiko Foundation ini digelar di Gedung Pemuda Temanggung dan dihadiri oleh ribuan masyarakat Temanggung dari berbagai latar agama, etnis, dan budaya.
Berbagai seni dan hiburan, mulai dari tarian, paduan suara dari gereja hingga rebana tersaji mengawali acara. Seperti biasa, Handaka Vijjananda sebagai moderator dan Tasfan Santacitta sebagai enterpreter (penerjemah/penafsir) memandu talkshow ini.
Ajahn Brahmali sendiri merasa senang bisa singgah dan berbagi tips kebahagiaan bersama masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda. Meskipun begitu, sebagai seorang bhikkhu Buddha, Ajahn Brahmali berbicara tentang harmoni sesuai dengan Ajaran Buddha. “Sebelumnya saya mohon maaf, karena saya adalah seorang bhikkhu Buddha jadi akan berbicara berdasarkan Ajaran Buddha,” ujarnya.
“Buddha mengatakan, kalau tidak ada harmoni baik dengan pasangan, keluarga dan masyarakat, maka tidak akan ada kebahagiaan di hati kita. Kalau ada keharmonisan, di situlah Anda bisa tenang, bisa santai. Dari situlah baru muncul kebahagiaan. Kalau Anda umat Buddha, Anda bisa praktik meditasi. Tapi untuk meditasi juga penting adanya suka cita dan kebahagiaan. Jadi dari sudut pandang agama Buddha pun, keharmonisan merupakan hal yang sangat penting. Jadi mohon jaga dan praktikkan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar murid paling senior Ajahn Brahmavamso ini mengawali uraiannya.
Talkshow kali ini mengambil tema besar “Here and Now”. Dalam bahasa Inggris disebut mindfulness dan dalam bahasa Indonesia biasa disebut penyadaran, kesadaram, atau eling dan waspada.
Menurut Ajahn Brahmali, kata mindfulness belakangan menjadi kata yang populer, baik di Amerika, Eropa, maupun Asia. Tetapi sayang, kadang konsep penyadaran digunakan untuk hal-hal yang tidak tepat sesuai dengan ajaran Buddha.
“Tapi kadang-kadang orang selalu berpikir bahwa penyadaran itu sifatnya selalu bagus, tidak peduli sedang dipraktikkannya di mana. Tetapi sebenarnya tidak berlaku seperti itu. Sama halnya kalau kita melakukan segala sesuatu dengan bagus, maka hasilnya akan bagus. Tetapi kalau kita lakukan dengan keliru, maka hasilnya akan buruk. Bagaimana menjadi orang yang eling dengan cara yang benar?
“Kalau Anda buka koran-koran besar, di sana itu hampir selalu ada kata dan artikel tentang penyadaran. Setiap orang sedang membicarakan penyadaran ini. Dan sesungguhnya kata penyadaran ini bersumber langsung dari ajaran Buddha, tetapi tidak ada orang yang menyebutkan ini adalah ajaran Buddha. Mereka hanya menyebutkan bahwa ini adalah penyadaran, ini konsep baru penyadaran.
“Dan kadang-kadang saya berpikir bahwa kita terlalu angkuh di dunia modern ini. Mentang-mentang sekarang teknologi dan ilmu pengetahuan sudah semakin canggih, kita melupakan hal yang paling penting yaitu kebijaksanaan kuno yang ditemukan di agama-agama seperti agama Buddha ini. Oleh karena itu, kita juga harus belajar kebijaksanaan masa lampau yang ditemukan dalam agama kita.
“Penyadaran ini sangat membantu kita. Saya pikir penyadaran ini sifatnya bukan hanya agama, tetapi universal yang berakar dari psikologi atau batin manusia. Dan saya pikir ini sangat bagus kalau penyadaran ini kita bagi (ajarkan) kepada semua orang, karena akan membuat kita menjadi lebih tenang dan damai.
“Di Barat, penyadaran digunakan di perusahaan-perusahaan besar untuk tenaga kerjanya supaya bisa lebih efisien dan produktif. Ini juga menjadi perdebatan, apakah ini bagus atau tidak? Tapi kalau itu membuat perusahaan menjadi untung dan karyawannya bisa lebih bahagia, itu bagus. Memang tidak bagus sekali, tapi cukup bagus,” urai Ajahn.
Ajahn Brahmali memberi contoh cara penggunaan kesadaran yang tidak baik, “Di Barat, ajaran Buddha ini dipadukan dengan unsur latihan militer supaya prajuritnya semakin efisien. Dan inilah bahayanya kalau kita mengambil suatu konsep tetapi kita melupakan akarnya, memasukkan penyadaran dalam militer supaya prajuritnya efisien dalam hal membunuh orang. Dan sebagai umat Buddha, ini adalah cara yang sangat buruk menggunakan penyadaran di dunia. Inilah yang saya maksud kita mengambil konsep, tetapi tidak memahami tujuan besarnya. Jadi malah menggunakannya dalam hal yang salah dan berakibat buruk.”
“Contoh lain,” lanjutnya, “ada seorang yang sangat kaya, dengan rumah besar dengan banyak kamar, mobil mewah, lukisan mahal, perhiasan yang sangat mahal. Dia tinggal sendirian dengan hanya satu pelayan. Pada suatu malam, orang ini akan meninggalkan rumah beberapa jam untuk menonton bioskop dan makan enak.
“Karena rumahnya sangat mahal, dia punya satpam di depan rumahnya. Ketika dia meninggalkan rumah, meminta kepada satpam tersebut untuk waspada menjaga rumahnya. Satpam ini menjawab, ‘Tenang saja Nyonya, saya baru pulang dari retret penyadaran. Saya tahu apa yang harus saya lakukan, saya tahu yang namanya eling dan waspada itu’.”
“Lalu nyonya ini pergi makan makanan enak, nonton film yang bagus. Lalu setelah menikmati, dia pulang. Sampai rumah, ternyata lukisannya sudah tidak ada, brankasnya sudah terbobol, pintunya terbuka. Dia sangat marah karena semua sudah hilang. Lalu bergegas menemui satpamnya, ‘Kamu ini ngapain saja?! Bapak kan sudah janji akan waspada, kenapa barang-barang saya hilang semua?!’
“Lalu satpamnya menjawab, ‘Saya justru sangat waspada, saya perhatikan semuanya. Begitu perampoknya datang, saya perhatikan, perampok datang. Ketika perampok masuk rumah, saya perhatikan perampok membuka pintu. Pada saat perampok buka brankas, saya betul-betul perhatikan, dan begitu perampok mengambil perhiasan, juga saya perhatikan. Saat perampok ambil lukisan juga saya perhatikan. Perampoknya masuk mobil saya perhatikan, oh perampoknya pergi, perampoknya pergi dan kaya. Oh sangat eling dan waspada kan?’ Tetapi eling dan waspada yang sangat keliru.”
Bagaimana penyadaran yang benar dalam Buddhis? Apa itu penyadaran, bagaimana mempraktikkanya, bagaimana mujarabnya penyadaran secara ilmu pengetahuan dan apa hasilnya? Belakangan banyak dibahas dalam konferensi Buddhis internasional. “Tetapi mereka lupa satu hal yang paling penting dalam penyadaran, yaitu penyebab munculnya penyadaran ini sangat sederhana, yaitu hati yang baik. Inilah yang sangat penting,” Ajahn menegaskan.
“Inilah ajaran yang indah, karena tidak memandang agama apa pun, tetapi bisa dipraktikkan oleh siapa saja. Kalau Anda renungi dalam kehidupan Anda, Anda suka orang yang seperti apa sih? Orang yang jahat atau orang yang baik? Jelas semua orang suka dengan orang yang baik. Dan tidak hanya senang dengan orang yang baik, tetapi pasti Anda merasa hati ini begitu enak, damai, ketika hidup kita benar. Jadi mengapa hati yang baik itu memunculkan kesadaran? Dan kalau Anda merenungi dalam hati ini ada sesuatu yang baik, mengucap sesuatu yang baik, berbuat sesuatu yang baik, memikirkan sesuatu yang baik, lalu Anda menindaklanjutinya dalam perbuatan yang amal, perbuatan yang dermawan, bagaimana rasanya dalam hati Anda? Apakah Anda merasa bahagia atau tidak? Saya sendiri setelah melakukan perbuatan baik merasa betul-betul enak. Dan saya rasa Anda semua juga begitu.
“Itulah sebabnya kenapa kebaikan itu penting di dunia, karena membuat Anda bahagia dan membuat orang lain juga bahagia. Dan apabila hati Anda merasa enak akan membuat kita lebih mudah berada di momen kini, seperti yang dikatakan oleh guru saya (Ajahn Brahm), ketika batin ini enak maka momen kini akan terasa menyenangkan. Itu adalah sungguh gagasan yang sangat bagus. Dan kebahagiaan dalam hati Anda bagaikan perekat bagi keelingan dan kewaspadaan supaya tetap nempel di momen kini dan saat ini. Dan ini tidak hanya berlaku bagi umat Buddha saja, tapi semua orang di dunia. Inilah alasannya mengapa sangat buruk menggunakan penyadaran untuk para prajurit militer.
“Jadi, memiliki hati yang baik sangat penting untuk melatih kesadaran, jika Anda bisa mengingat ini akan membuat Anda bahagia. Tetapi karena kesibukan, kadang untuk mengingat satu hal (hati yang baik) ini sangat sulit. Jadi, saya akan mengajarkan bagaimana cara mengingat satu hal ini.
“Gagasan ini akan membantu Anda untuk mengingat dan menjalankan sesuatu yang baik. Dan kita perlu mengingat dalam kehidupan ini sesuatu yang baik, karena kesibukan, kita kadang melupakannya. Itulah sebabnya penting mempunyai sahabat yang baik dan cara menjalani hidup ini dengan baik.
“Dan kalau Anda mendengarkan terus ceramah dari guru spiritual yang baik, Anda akan selalu ingat cara menjadi orang yang baik perlahan demi perlahan. Dan Buddha memberi perumpamaan yang sederhana tentang cara ini.
“Buddha mengatakan seperti puncak gunung. Di puncak gunung ada hujan yang terus turun dan mengalir dari puncak gunung itu. Dan begitu turun, maka air itu akan membentuk aliran sungai yang kecil. Dan seiring airnya banyak, maka membentuk danau kecil. Lama-lama danau kecil ini turun akan mengalir ke danau yang lebih besar. Dan semakin ada hujan, danau ini akan penuh, dan lama-kelamaan akan mengalir ke sungai yang besar. Dan lama-kelamaan sungai besar ini akan penuh dan mengalir ke samudera raya. Dan kalau Anda mau menjadi orang yang lebih baik, lebih senang, lebih meningkatkan spiritual, Anda harus terus dan terus mendengarkan ajaran yang baik ini. Dengan begitu Anda akan menjadi orang yang lebih matang dalam spiritual,” simpul Ajahn.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara