• Tuesday, 1 March 2022
  • Deny Hermawan
  • 0

Kabar berita penyerangan Rusia ke Ukrainia cukup mengejutkan banyak pihak, terutama mereka yang mencintai kedamaian. Salah satunya adalah His Holiness the 17th Gyalwa Karmapa, Trinley Thaye Dorje, salah satu tokoh Buddhis dari tradisi Vajrayana Tibetan. Ia mengaku khawatir sekaligus sedih terhadap fakta peperangan itu.

“Saya mungkin salah satu dari banyak orang yang merasa bahwa pandemi ini sudah cukup mengkhawatirkan bagi dunia, dan bahwa di antara banyak perang yang berkecamuk sejak pecahnya pandemi, situasi di Ukraina saat ini sangat mengkhawatirkan,” ujarnya lewat pernyataan tertulis resmi, Jumat (25/2) yang dapat dilihat di laman Karmapa.org

Lantas, sebagai praktisi Buddhadharma, apa yang bisa kita lakukan? Apakah sebagai warga dunia kita harus menghentikan situasi itu? Apakah kita punya kemampuan menghindari atau mencegahnya? Atau kita semestinya membiarkan segala sesuatu berjalan seperti apa adanya? Menurut Karmapa, tidak ada jawaban yang mudah untuk pertanyaan itu.

Meski demikian, sebagai praktisi ajaran Buddha yang terhubung dengan anggota keluarga dan teman – baik tua maupun muda, sehat, sakit atau sekarat – menurut Karmapa mungkin kita merasa perlu untuk menjadi kuat bagi mereka, untuk bertanggung jawab atas mereka yang terlibat konflik.

“Jadi, apakah itu berarti kita harus memaksakan diri untuk mengeluarkan kekuatan dan keberanian dengan menyangkal perjuangan kita sendiri melawan rasa takut? Tidak harus, saya rasa,” tulisnya.

“Tentu saja, berada di sana untuk menenangkan hati mereka adalah praktik kita. Tapi artinya itu adalah menerima bahwa hidup selalu berubah, dan akan selalu begitu,” sambungnya.

Terkait hal itu, Karmapa menilai kita tidak perlu berpura-pura kuat. Dengan menerima bahwa hidup ini selalu berubah atau tidak kekal, kita bisa membiarkan rasa takut mengalir pergi, seperti membiarkan diri kita menghembuskan napas tanpa khawatir apakah kita mungkin bisa menarik napas lagi setelahnya.

Penerimaan ketidakkekalan ini menurut Karmapa dapat datang dari praktik formal apa pun yang mungkin telah kita investasikan sejauh yang kita ingat.

“Secara absolut, pertanyaan mengapa hidup selalu berubah adalah pertanyaan yang tidak dapat kita temukan jawabannya. Bahkan para Buddha pun tidak menemukan jawaban atas pertanyaan itu. Oleh karena itu, jika Anda merasa tidak tahu mengapa semua ini terjadi, merasalah bebas dan percaya diri untuk mengatakan ‘Saya tidak tahu’,” ujarnya.

Namun, pada tingkat konvensional, atau untuk alasan komunikasi, Dharma yang telah dibabarkan oleh para Buddha dengan ‘memutar roda Dharma’ menurut dia memberikan semua jawaban.

Konflik

Jadi, jika seseorang merasa sedang mencari jawaban dan fakta, maka untuk mencegah penyalahgunaan kausalitas dengan hanya bersikap menyalahkan, Karmapa berpesan untuk mulai dengan membaca Ornamen Permata Pembebasan [teks oleh Gampopa, murid Milarepa] atau teks sutra yang panjang.

“Saya memiliki keyakinan pada para pemimpin dunia bahwa mereka melakukan segalanya dengan kekuatan mereka untuk mencegah munculnya hasil yang buruk. Tapi kita harus menerima bahwa bagaimanapun juga mereka adalah manusia. Dan itu berarti bahwa mereka dibebani oleh keputusan dan pilihan, bahkan jika mereka tidak ingin memilih,” katanya.

“Semua pilihan yang harus mereka buat didasarkan pada warisan kemakmuran dan kemiskinan. Tidak ada jalan lain ketika seseorang memilih, jadi sifat dasar dari pilihan itu adalah positif sekaligus negatif,” imbuhnya.

Dan ilusi pilihan inilah yang menurut Karmapa membuat kita terhipnotis. Mempraktikkan Buddhadharma menurutnya berarti melepaskan pilihan dan keputusan. Artinya, kita hanya memilih/memutuskan demi mereka yang masih dalam pengaruh “hipnotisme” ini.

“Semua enam alam berada di bawah hipnotisme pilihan ini, dan oleh karena itu ada lebih banyak alasan untuk melafalkan enam suku kata Chenrezig [Avalokiteshvara], aspek welas asih dari semua Buddha: Om Ma Ni Pad Me Hung,” tandasnya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara