Nyadran Perdamaian yang baru saja dilaksanakan Dusun Krecek dan Dusun Glethuk, Kaloran, Temanggung ternyata dianggap mengajarkan nilai-nilai pendidikan Karakter. Hal itu dinyatakan oleh Muhammad Mukhlisin, Direktur Eksekutif Yayasan Cahaya Guru. Mukhlisin yang turut mengikuti Nyadran Perdamaian 10-12 Januari 2024 lalu juga mengapresiasi sesepuh dusun dan orang tua dalam mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, toleransi, gotong royong, dan penghargaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan hidup.

“Dua hari saya tinggal di sini, saya melihat langsung bagaimana para warga mengajarkan nilai-nilai persatuan dan menghargai perbedaan. Pada saat Nyadran Makam, para warga juga melibatkan anak-anak mereka untuk terlibat dan membantu kegiatan. Uniknya, Nyadran Makam disini tidak hanya dihadiri oleh dua dusun yang mayoritas penduduknya beragama Buddhis dan Muslim. Namun juga beragam kepercayaan atau agama” Ujar Mukhlisin

Bagi warga Dusun Krecek dan Gletuk, nyadran tidak hanya rutinitas tahunan, namun juga penghormatan pada leluhur yang sudah meninggal. “Jika kita melakukan perbuatan baik pada leluhur kita, anak-anak kita akan memperlakukan kita baik dimasa depan” demikian ucap Ibu Kirmi, Guru PG-TK Dusun Krecek. 

Beberapa anak-anak mengikuti Nyadran di Makam, Jumat (12/1/2024). Sumber: Dok. Buddhazine

Nyadran tidak hanya orang dewasa, anak-anak usia balita juga turut merayakan dengan riang gembira. Beberapa diantaranya terlihat kelelahan saat perjalanan menanjak menuju area pemakaman. Meskipun begitu, tidak menyurutkan semangat persatuan dan kegembiraan ini. 

Pada tradisi nyadran perdamaian, warga dari berbagai agama dan kepercayaan turut serta dalam rangkaian acara. Mereka bersama-sama membersihkan lingkungan desa, mendoakan arwah para leluhur di makam, dan membangun kebersamaan dan kerukunan melalui kendurian atau makan bersama. 

Mukhlisin juga mengamati aktivitas warga dengan para peserta live-in. Menurutnya live-in menjadi momen perjumpaan yang sangat berharga baik untuk pengunjung dan warga. 

Direktur Eksekutif Yayasan Cahaya Guru, saat mengikuti Nyadran Makam, Jumat (12/1/2024). Sumber: Dok. Buddhazine

“Para pengunjung saya lihat mendapatkan pengetahuan banyak hal. Misalnya, mereka menanyakan cara ibadah, hari raya, dan makna-makna perayaan di dusun krecek yang mayoritas menganut agama Buddha. Sementara, warga lokal juga mengerti bagaimana kehidupan di kota yang padat dan macet, dengan berbagai hiruk pikuknya.” jelas Mukhlisin. 

Oleh sebab itu, jika kita berkunjung ke dusun Krecek, kita akan menemukan keramahan para warganya baik dari orang tua, pemuda, bahkan anak-anaknya. Karena mereka telah membiasakan keterbukaan terhadap perbedaan sejak dini. 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara