• Tuesday, 21 August 2018
  • Dhammateja
  • 0

Undangan Syukuran & Charity Show “Sendratari Tunggak Semi Badra Santi” Atas Diraihnya: Anugerah Pustaka Nusantara 2018 & Peringatan Hut Ke-73 Kemerdekaan Indonesia

Apakah warga Buddha turut serta memperjuangkan kemerdekaan?

Leluhur warga Buddha pernah turut serta mempertahankan tanah air melawan Kompeni Belanda. Pada tahun 1741, 1743, dan 1750, penduduk Jawa-Tionghoa, baik yang memeluk Islam maupun Kejawen Kebuddhaan bersatu padu mempertahankan pesisir utara Jawa Tengah dari Kompeni Belanda.

Adalah Raden Panji Margana, putra Adipati Tejakusuma V Lasem; Tumenggung Widyaningrat atau Oei Ing Kiat, pengusaha Muslim; Tan Ke Wie, pengusaha dermawan; dan Kyai Ali Badhawi, Imam Masjid Raya Lasem, bersatu memimpin pertempuran mempertahankan tanah air.

Perang itu menyisakan kekalahan bagi penduduk Indonesia. Akibatnya, naskah Siwa-Buddha dibakar oleh Belanda di alun-alun Kota Lasem. Banyak penduduk gugur, termasuk Raden Panji Margana dan sahabatnya, Tan Ke Wie dan Oei Ing Kiat. Sejak itu, Belanda menerapkan politik adu-domba (devide et impera). Kemudian Penduduk Jawa-Tiongha, dan pemeluk Islam serta Kejawen Kebuddhaan dipisah, diadu domba. Karena persatuan entitas bangsa tersebut, menghalangi Belanda menjajah Ibu Pertiwi.

Baca juga: Lasem dan Mozaik Agama Buddha yang Terserak Usai Majapahit Runtuh (II)

Sebelum wafat, Raden Panji Margana berpesan, “Kelak tiba saatnya, Pohon Mandirasari (Bodhi), dan Bunga Teratai akan tumbuh di setiap desa. Saat itulah Dharma dan seni budaya bangsa, akan tumbuh bersemi kembali menghantarkan kejayaan negeri”.

Semangat Tunggak Semi itulah yang kemudian dipopulerkan tiga sahabat, yaitu: Bhikkhu Khemasarano Mahathera, Pandita Raden Panji T. Hadidarsana, dan Pandita Ramadharma S. Reksowardojo. Mereka adalah pandita dari “Buddhis Indonesia”, yang kemudian menjadi cikal bakal Mapanbudhi (kemudian Magabudhi). Frasa “Tunggak Semi Badra Santi” pernah menjadi sabuk pengikat pembabaran Buddha Dharma sejak dekade tahun 1960, hingga akhir dekade tahun 1990.

Puncaknya, prasasti “Padepokan Tunggak Semi” kemudian disematkan di gapura pintu masuk komplek Candi Khemasarano Mahathera di Juwana. Bhante Khemasarano juga dikenal sebagai seorang bujangga Buddha dengan sandi asma, “Sramana ing Padepokan Tunggak Semi, Desa Bakaran Wetan, Juwana, Kabupaten Pati”.

Sendra Tari “Tunggak Semi Badra Santi”

Pada dekade tahun 2000-an, Badra Santi Institute, sebuah lembaga penelitian Buddhis yang didirikan oleh Keluarga Pelestari Badra Santi di Semarang, berhasil merevitalisasi naskah. Dengan dukungan keluarga Pandita Raden Panji T. Hadidarsana di Semarang, dan Pandita Ramadharma S. Reksowardojo di Yogyakarta, naskah Badra Santi dapat diontologikan kembali dalam bentuk kekinian.

Bentuk ontologi sastra Buddhis tersebut antara lain: penyusunan notasi gending karawitan, seni tari, penerjemahan dan penerbitan ulang, hingga seni wayang kulit. Badra Santi dapat dikenal kembali oleh masyarakat Buddhis di Indonesia berkat dukungan dan publikasi dari Ngasiran. Alumni STAB Nalanda yang juga seorang jurnalis majalah online Buddhazine.com, bernama pena, Ryan Nala.

Usaha Badra Santi Institute dalam mengenalkan kembali Badra Santi kepada anak muda Buddhis zaman now, akhirnya mendapatkan pengakuan dari negara. Pada tanggal 26 Juli 2018, Badra Santi Institute meraih “Anugerah Pustaka Nusantara 2018”, yang diserahkan di Auditorium Perpusnas RI.

Ini adalah anugerah pustaka sekaligus pengakuan negara yang pertama, bagi naskah Buddhis Nusantara di era kemerdekaan.

Sebagai bentuk dukungan dan apresiasi atas prestasi ini, Bhikkhu Dhammasubho mewakili komunitas Buddhis di Indonesia, mengundang secara khusus para pegiatnya ke Jakarta, dengan acara syukuran. Acara ini sekaligus sebagai syukuran peringatan 73 tahun Kemerdekaan Indonesia.

Acara syukuran yang akan dikemas dengan sarasehan budaya ini, akan menampilkan sendratari pendek berjudul “Sendratari Tunggak Semi Badra Santi”. Ini adalah visualisasi dari usaha penduduk pemeluk Buddha yang mempertahankan tanah air dengan seni budaya bercorak Buddhis, Badra Santi.

Pada akhir sendratari, akan tampil Kidung Puji Badra Santi, sebuah kidung puji kepada Buddha dan Ibu Pertiwi. Berdasarkan penuturan mendiang Raden Panji Ir. Winarno, Dipl. HE, Putra Pertama Pandita Raden Panji T. Hadidarsana yang masih keturunan Adipati Tejakusuma Lasem, kidung ini  menggambarkan kemegahan Kerajaan Lasem sejak era Dewi Indu Purnama Wulan, Adinda Prabhu Hayam Wuruk, Raja Wilwatikta Majapahit.

Sendra tari akan diperankan oleh putra-putri Buddhis yang selama ini mempopulerkan Badra Santi di era milenial. Adegan demi adegan ditampilkan ringkas dalam bentuk dialog karakter, dan seni tari “Wening”. Seni tari yang menggambarkan seorang pertapa berhasil mengatasi godaan putri-putri Dewa Mara. Simbol peperangan yang melambangkan nafsu Kompeni Belanda untuk menduduki tanah air.

Charity show

Pada acara syukuran, akan hadir sekitar 15 orang rombongan seniman yang dipimpin Gusti Ayu Rus Kartiko, didampingi Dr. Widodo Brotosejati, dosen Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Syukuran akan diselenggarakan pada:

Hari, tanggal: Minggu, 26 Agustus 2018

Pukul: 08.00-11.00 WIB

Tempat: Wisma Sangha Theravada Indonesia Margasatwa No. 9 RT 15, RW 01 Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan

Terbuka kesempatan untuk mendukung suksesnya sendratari Buddhis bercorak Jawa-Tionghoa ini, dengan memiliki koleksi Buku Badra Santi, terbitan ulang edisi tahun 1967. Buku ini dilampiri kajian pengantar, “Selayang Pandang Carita Lasem & Badra Santi”, yang berisi narasi sejarah berseminya Buddha Dharma dengan perangkat seni budaya oleh sesepuh organisasi Buddhis Indonesia (cikal bakal Magabudhi).

Buku Badra Santi edisi 1967 dapat dipesan melalui narahubung:

Gusti Ayu Lasem: 081.326.905.919

Sikky Hendro W: 0811.88.99.957

Isyanto: 0815.160.64.98

Budi: 0857.122.94.192

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara