Sebuah lukisan Buddhis yang langka dari abad ke-19, dan diyakini telah diambil dari Korea pada saat perang Korea 1950 – 1953, telah menemukan jalan pulangnya dari Inggris untuk kembali ke negara asalnya. Demikian telah diungkapkan oleh Ordo Jogye Buddhisme Korea, ordo Buddhis Korea Selatan terbesar.
Lukisan sutra ini berjudul Pasamuan Buddha Tejaprabha ( juga dikenal sebagai Buddha Bintang Utara atau Buddha Cahaya Kemilau ), bertahun pembuatan 1898, dan diyakini bahwa ( lukisan tersebut ) sesungguhnya dibuat untuk Songgwang-sa, sebuah kuil Buddhis Seon ( Zen ) terkenal di pegunungan di Korea Barat Daya.
Berukuran 141 x 102 cm, lukisan ini menggambarkan Sang Buddha sebagai sosok bercahaya yang sedang duduk, didampingi Bodhisattva Matahari dan Bodhisattva Bulan, tujuh Buddha, serta menyelenggarakan pasamuwan yang dihadiri makhluk-makhluk adi-duniawi.
Dilaporkan bahwa sebuah catatan yang dilampirkan di bagian bawah lukisan, untuk menunjukkan bahwa karya tersebut dilukis oleh dua orang biarawan Buddhis bernama Hyanghomyoyeong dan Yongseoncheonhui, yang dikenal telah menghasilkan banyak lukisan untuk kuil Songgwang-sa dan Seonam-sa selama akhir abad 19, pada masa Dinasti Joseon Korea.
Yang Arya Wonhaeng, Presiden Ordo Jogye, berbicara dalam upacara di Ruang Peringatan Budaya dan Sejarah Buddhis Korea ( Memorial Hall of Korean Buddhist History and Culture ). Sumber: yna.co.kr
Melacak asalnya, kembali pada tahun 867, selama periode dinasti Silla Korea ( 57 SM – 935 Masehi ), Songgwang-sa ( Biara Perluasan Kediaman, Piney Expanse Monastery ), merupakan satu dari tiga kuil Buddhis di Korea, yang masing-masingnya mewakili satu dari Triratna dalam agama Buddha – Sang Buddha, Dharma, dan Sangha.
Berlokasi di Gunung Songgwansan di Provinsi Jeolla Selatan, Songgwang-sa merupakan salah satu kuil Seon tertua di Korea dan sepanjang sejarah yang berabad-abad lamanya telah berkali-kali dibangun ulang serta dipulihkan.
Ordo Jogye pada tanggal 23 Juli menyatakan bahwa ( lukisan ) Pasamuan Buddha Tejaprabha telah dipulangkan ( ke negara asalnya ) dengan bantuan Yayasan Warisan Budaya Korea Dunia ( Overseas Korean Cultural Heritage Foundation) dan Songgwang-sa, juga menambahkan bahwa sebuah upacara telah digelar di Ruang Peringatan Budaya dan Sejarah Buddhis Korea di Seoul untuk menandai kembalinya karya seni langka ini.
Ordo Jogye mencatat bahwa dari Inggris, lukisan ini telah tiba di Korea pada tanggal 28 Juni, setelah melalui pembahasan bersama pemiliknya, dan akan dikembalikan ke Songgwang-sa.
Ordo Jogye merupakan sebuah aliran Seon ( Zen ) Buddhis yang akarnya dapat dilacak balik hingga sekitar 1,200 tahun lalu pada Kerajaan Persatuan Silla ( juga dikenal sebagai Silla Baru ), ( 668 – 935 Masehi ).
Aliran Jogye sebagai kesatuan yang mandiri muncul pada akhir abad 11 ketika bhikshu Bojo Jinul, yang dinobatkan sebagai pendiri aliran, mencari untuk mengkombinasikan latihan-latihan Seon dengan dasar-dasar theologis dari aliran-aliran Buddhis yang berlandaskan Sutra, termasuk aliran Buddha Tanah Suci Korea.
Ordo ini sekarang mewakili pangsa terbesar populasi Buddhis Korea Selatan, dengan sekitar 1,900 kuil aktif yang terdaftar, lebih dari 13,000 biara, serta tujuh juta umat awam di seantero negeri.
Pasamuan Buddha Tejaprabha, rincian. Sumber: bonhams.com
Yayasan Warisan Budaya Korea Dunia dilaporkan telah menemukan lukisan Pasamuan Buddha Tejaprabha ini dalam sebuah pelelangan, saat mencari asset-asset budaya yang hilang.
Didirikan pada tahun 2012 sebagai sebuah afiliasi dari Administrasi Warisan Budaya, yayasan ini ditugaskan untuk mencari lokasi dan mengambil kembali warisan budaya Korea yang berharga. Sampai dengan bulan April tahun ini, Yayasan Warisan Budaya Korea Dunia dilaporkan telah melacak lebih dari 193,000 peninggalan budaya di 21 negara, yang 42% – nya berada di Jepang, 27,5 % di Amerika, 6,7% di China, 6,3% di Jerman, dan 4% di Inggris.
Tidak semua asset budaya Korea tersbut diambil secara illegal,” seorang pejabat yayasan menuturkan. “Beberapa merupakan hadiah atau diekspor pada saat produksi. Kami mencoba mendapatkan kembali asset yang diselundupkan keluar atau.. dirampas, dan membeli ( peninggalan ) yang memiliki nilai seni atau sejarah yang tinggi, sehingga benda-benda ini dapat dilestarikan di Korea sini dan dapat dilaksanakan penelitian tentangnya.” ( The Korea Times ).
Berdasarkan data sensus pada tahun 2015, moritas penduduk Korea – 56,1% – tidak berafiliasi pada agama. Kristiani memiliki pangsa religius terbesar dari penduduk, yaitu sebesar 27,6%, sementara Buddhis terhitung sekitar 15,5%.
Sumber: buddhistdoor.net/Craig Lewis
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara