Wakil Presiden Republik Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla, hadir dalam peringatan Dharmasanti Waisak Umat Buddha Indonesia di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Selain wakil presiden, peringatan hari Tri Suci Waisak yang dihelat pada Sabtu (21/5) malam turut dihadiri oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara, Gubernur Jawa Tengah, dan para pejabat pemerintahan lainnya.
Meskipun sempat diguyur hujan yang cukup deras, ribuan umat Buddha dari seluruh Indonesia maupun mancanegara yang hadir dalam acara yang juga dihadiri oleh ratusan bhikkhu sangha dari dalam dan luar negeri, tetap merayakannya dengan penuh suka cita.
Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama Dasikin, yang juga menjadi ketua panitia Dharmasanti Waisak menyampaikan bahwa Dharmasanti Waisak 2560 BE/2016 kali ini istimewa, “Istimewa karena dihadiri oleh Bapak Muhammad Jusuf Kalla. Dharma Shanti Waisak kali ini dilakukan secara serentak oleh seluruh umat Buddha Indonesia, oleh sebab itu kami mengusung tema ‘Indahnya Kebersamaan dalam Buddha Dhamma’.”
Bhikkhu Sri Pannyavaro dalam pesan Dhammanya mengajak semua umat manusia untuk menumbuhkan moral cinta kasih, “Selama enam tahun Siddharta Gotama sengsara di hutan Uruvela, hingga tercapainya pencerahan sempurna. Empat puluh lima tahun kemudian dengan cinta kasih yang sempurna, Guru Agung Buddha Gotama mengajarkan Dhamma.”
Menurut Bhante Pannyavaro, moral cinta kasih merupakan landasan moral Dhamma yang Buddha teladankan, “Moral cinta kasih yang menumbuhkan kepedulian kita kepada semua yang menderita, yang menumbuhkan sikap kita untuk menerima perbedaan dan menghargai perbedaan, moral cinta kasih menuntun kita untuk mengendalikan kita dari perbuatan-perbuatan buruk.
“Karena perbuatan buruk akan merugikan orang lain, lingkungan, dan juga diri sendiri. Moral cinta kasih menuntun kita untuk bertanggung jawab, jujur, sungguh jujur untuk kepentingan orang lain dan diri sendiri. Moral cinta kasih itulah yang meredam kebencian dan amarah, moral cinta kasih juga meredam keakuan kita. Keakuan itulah yang membuat kita tidak malu untuk melakukan perbuatan yang buruk dan tidak takut akan akibatnya,” tambahnya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam sambutannya mengutip ajaran Buddha, “Ada kalimat yang menarik dari buku yang saya baca, ‘Bila kita mengarungi dunia dan pikiran, maka kita akan menemukan bahwa hanya diri sendirilah yang paling dicintai, karena tidak ada siapa pun yang dicintai seseorang selain dirinya sendiri. Oleh karena itu perhatikanlah dan hormatilah orang lain seperti engkau mencintai dirimu sendiri’. Kalimat ini saya ambil dari Samyutta Nikaya, kalimat yang sangat menyentuh, kalimat yang menggambarkan kebersamaan dan kebhinnekaan.”
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menekankan pentingnya cinta kasih, “Selamat Hari Raya Waisak. Pada dasarnya sesama manusia, kesatuan persaudaraan dan kebahagiaan bersama tentu menjadi tujuan kita semua.
“Seperti yang disampaikan oleh Bhikkhu Pannyavaro tadi, moral cinta kasih kepada sesama manusia akan membawa kedamaian dan kebahagiaan pada semua orang. Kita di sini bersama masyarakat yang berbeda-beda agama, bersama-sama menjaga dan melestarikan Candi Borobudur, tanpa melihat apa agamanya. Sikap saling menghormati antar agama yang disertai dengan moral cinta kasih itulah yang dapat menjaga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar.
“Terima kasih kepada seluruh tokoh dan masyarakat Buddha, khususnya yang hadir malam ini, yang telah memajukan bangsa ini dengan cinta kasih. Cinta kasih harus dari lubuk hati paling dalam dari kita. Cinta kasih tulus saling mendukung untuk kemajuan yang satu untuk bangsa ini.”
Dalam acara Dharmasanti Waisak yang digelar di Taman Lumbini, pelataran candi Borobudur ini, turut dimeriahkan dengan sendratari Maha Guru Agung Buddha Gotama. Sendratari yang menceritakan riwayat hidup Buddha Gotama mulai dari lahir, mencapai pencerahan sempurna, hingga wafat.
Dharmasanti Waisak Nasional Umat Buddha Indonesia kali ini merupakan oase yang ditunggu-tunggu oleh umat Buddha di seluruh Indonesia karena berhasil menyatukan dua kubu yang selama ini berseteru, yaitu KASI dan Walubi. Dalam proses dan pelaksanaannya memang masih terdapat tarik ulur dari kedua pihak. Tidak mengherankan sebenarnya, karena kedua pihak yang berseteru selama ini bisa dibilang memang sudah sangat lama tidak pernah duduk satu meja, apalagi duduk bersama dalam sebuah kepanitiaan. Ibaratnya sudah bersedia bersatu dalam satu kepanitiaan saja sudah merupakan langkah maju yang patut diapresiasi. Pasti perlu waktu bagi kedua kubu untuk benar-benar bersatu kembali.
Mudah-mudahan momen kebersamaan dalam Waisak 2016 kali ini sesuai tema yang diusung “Indahnya Kebersamaan dalam Buddha Dhamma” menjadi awal menuju terhentinya konflik di tubuh agama Buddha yang sudah berlarut-larut. Semua kembali bersatu bersama-sama bergandengan tangan menyebarluaskan Buddha Dharma di bumi pertiwi. Semoga!
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara