• Monday, 7 September 2015
  • Ngasiran
  • 0

Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (HIKMAHBUDHI) bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI mengadakan pembinaan mahasiswa Buddhis Indonesia se-Jabodetabek pada Sabtu (5/9/2015).

Acara yang digelar di Museum Bank Indonesia, Jakarta ini dihadiri lebih dari 100 mahasiswa Buddhis dari berbagai kampus, diantaranya Institut Pertanian Bogor, Binus University, STAB Nalanda, STAB Sriwijaya, dan lain-lain.

“Tujuan pertemuan ini sederhana, kita pertemukan mereka dan kita kasih ruang untuk berdiskusi. Setelah itu biar mereka yang menentukan arah gerak ke depan untuk membangun Buddhis ke depan,” ujar Supriyadi, Direktur Urusan Pendidikan Bimas Buddha.

Dalam acara yang bertajuk “Berdikari dalam Mengembangkan Peran dan Tanggung Jawab Mahasiswa Buddhis” ini dihadiri oleh dua pembicara, yaitu Eddy Setiawan (alumni HIKMAHBUDHI) dan Idris Gautama (Dekan Manajemen Binus University).

“Mahasiswa harus belajar berorganisasi dan menjadi pemimpin untuk berbuat baik yang lebih besar, karena berbuat baik tidak hanya cukup dengan hanya mengadakan bakti sosial, bagi-bagi beras, bagi-bagi sembako. Kita juga harus bisa mempengaruhi dan mendorong kebijakan pemerintah yang baik demi kemanusiaan,” ujar Eddy Setiawan.

Mantan ketua umum HIKMAHBUDHI yang pernah nyaleg ini menjelaskan bahwa perubahan sosial selalu diawali dengan pergerakan mahasiswa. Oleh sebab itu mahasiswa Buddhis juga harus turut andil dalam melakukan perubahan-perubahan sosial. “Sekarang ini demo di Malaysia banyak orang Buddha,” jelasnya.

“Persoalan ‘orang tua’ kita itu memang berat dan itu sudah terlalu lama sehingga membuat kita menjadi seperti anak broken home. Oleh sebab itu, mahasiswa Buddhis harus menciptakan kader-kader pemimpin masa depan, karena itu akan lebih mudah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang lebih baik,” jelas Eddy Setiawan menjawab pertanyaan peserta tentang konflik KASI dan Walubi yang tak kunjung usai.

Sementara Idris Gautama menyatakan Indonesia ke depan akan lebih baik apabila orang Buddha ikut memimpin bangsa ini.

“Kalau kita melihat sejarah, Kerajaan Sriwijaya pengaruhnya sampai ke Singapura, Vietnam, Kamboja, Laos dan negara-negara Asia lainya. Ini juga dipengaruhi oleh agama Buddha. Kemudian Majapahit –salah satu kerajaan yang pernah mengalami kejayaan di Nusantara– juga beragama Buddha, dan perlahan Nusantara runtuh seiring runtuhnya agama Buddha,” ujar Idris Gautama.

“Mempelajari ajaran Buddha paling baik adalah mempelajari secara kontekstual, yaitu kita bisa menerapkan ajaran-ajaran Buddha dalam kehidupan saat ini,” ia menambahkan. Sebagai mahasiswa Buddha konteksnya saat ini adalah memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai seorang mahasiswa Buddha, baik kewajiban sosial maupun kewajiban spiritual.

Idris Gautama mencontohkan, “Apa kewajiban kita saat ini, salah satunya adalah kuliah yang benar untuk memperbaiki diri supaya dapat ikut memperbaiki negara ini. Karena negara ini tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang baik. Nah, sebagai mahasiswa Buddha, calon pemimpin masa depan, harus bisa menjadi orang cerdas yang baik.”

Mengakhiri sesinya, Idris Gautama mengajak HIKMAHBUDHI dan peserta untuk menciptakan pemimpin-pemimpin yang baik dan cerdas.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara