• Tuesday, 4 April 2023
  • Surahman
  • 0

Umat Buddha Vihara Dharma Surya Dusun Janggleng, Desa Tlogowungu, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung menyelenggarakan peringatan Magha Puja, pada Sabtu (1/4). Acara dihadiri oleh dua anggota sangha, yaitu Bhikkhu Guttadhammo dan seorang samanera. Umat yang hadir dari vihara-vihara di sekitar Kecamatan Kaloran.

Ketua panitia pelaksana, Saridi, menyampaikan bahwa ada 14 vihara yang diundang dalam acara ini, tetapi karena hujan turun dengan lebat menjelang acara menyebabkan banyak undangan yang tidak bisa hadir.

“Sebenarnya yang kami undang umat dari 14 vihara, tapi sepertinya karena hujan jadi banyak yang tidak hadir, terutama dari vihara-vihara yang cukup jauh dari Janggleng. Tapi ini sudah bagus, meskipun hujan begini masih terbilang banyak yang hadir juga dari vihara-vihara yang dekat sini,” katanya. 

Pesan Dhamma

Bhante Guttadhammo menyampaikan pesan Dhamma dengan menjelaskan makna peringatan Magha Puja. Selain itu, bhante juga memberikan nasehat agar umat bisa memaknai peringatan Magha Puja sebagai moment untuk menumbuhkan sifat-sifat luhur di dalam diri.

 “Peringatan Magha Puja ini adalah momen untuk memperingati empat peristiwa yang terjadi di bulan Magha. Yaitu peristiwa berkumpulnya para Sangha yang berjumlah 1250 bhikkhu, berkumpul tanpa perjanjian atau kesepakatan terlebih dahulu. Kedua,  para Sangha ini adalah para bhikkhu yang semuanya sudah mencapai tingkat kesucian Arahat. Ketiga, para bhikkhu ini semuanya memiliki enam abhinna. Keempat, semua bhikkhu ini juga disebut Ehi Bhikkhu Upasampada, bhikkhu yang ditahbis langsung oleh Sang Buddha,” jelas bhante.

Bhante melanjutkan bahwa pada kesempatan Magha Puja Sang Buddha membabarkan Dhamma tentang Ovada Patimokkha

“Tadi Bhante sudah mengulang petikan Ovada Patimokkha ini yang diawali dengan  Khanti Paramam tapo titikkha. Khanti, yang juga terdapat dalam istilah Bahasa Jawa ini, kalau banyak orang mengartikan sebagai sabar. Kalau dalam bahasa Pali khanti bukan hanya berarti sabar, tetapi juga berarti orang yang bisa menahan, orang yang bisa menekan dan mengendalikan diri berdasarkan pengertian. Itulah yang disebut khanti. Jadi khanti itu lebih tepatnya tahan,” jelasnya.

Bhante menjelaskan lebih jauh, seseorang bisa menjadi tahan akan segala perubahan hidup karena memiliki pengertian yang benar. Orang yang mempunyai pengertian benar akan tetap tenang menghadapi segala fenomena hidup. Menurut bhante, salah satu cara untuk bisa mempunyai pengertian benar, seseorang harus menjaga pikiran. 

“Makanya yang pertama diperbaiki adalah pikiran, karena perkataan dan perbuatan juga berawal dari pikiran. Untuk membuat pikiran menjadi baik, perlu latihan. Caranya dengan menggunakan khanti, ketahanan. Ketika muncul pikiran buruk harus ditahan jangan langsung diikuti dengan perkataan atau perbuatan, kemudian ganti pikiran itu dengan pikiran yang baik.” 

Di sela penjelasannya bhante juga menyampaikan alasan kenapa seseorang harus menjadi baik. Menurut bhante, karena setiap orang menginginkan kebahagiaan, tidak ada orang yang ingin menderita. Dan kebahagiaan hanya bisa diperoleh dengan cara berbuat kebajikan, sebaliknya perbuatan buruk akan membuahkan penderitaan. 

“Kenapa kita harus berbuat baik, karena kita ingin bahagia. Kalau kita ingin bahagia maka kita harus membuat kebahagiaan makhluk lain yaitu dengan berbuat kebajikan. Kalau kita jahat sama orang lain atau makhluk lain ya kita akan mendapatkan penderitaan,” paparnya. 

Meskipun semua perbuatan berawal dari pikiran, tetapi antara pikiran, perkataan, dan perbuatan saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu bhante juga menjelaskan cara untuk mengkondisikan pikiran yang baik adalah dengan praktik Sila, Samadhi, dan Panna.

“Untuk membuat pikiran menjadi baik, menjadi bersih yaitu dengan menjaga Sila, pengendalian diri. Menghindari perbuatan dan perkataan yang jahat atau buruk. Yang kedua yaitu dengan Bhavana atau pengembangan batin, yaitu memunculkan nilai-nilai luhur; cinta kasih, kasih sayang, kejujuran, tidak sombong, mudah dinasehati, ini yang biasa disebut Samadhi/Meditasi. Yang ketiga dengan memiliki Panna, kebijaksanaan, artinya kita bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk,” lanjut bhante. 

Untuk memperoleh pengetahuan tentang Sila, Samadhi, dan Panna, bhante menekankan kepada umat agar mau belajar Dhama dengan aktif mengikuti kegiatan keagamaan seperti puja bakti, membaca paritta, dan mendengarkan ceramah Dhamma. Dimana hal tersebut juga sebagai upaya untuk mempunyai pengertian benar.

“Jadi kalau melaksanakan puja bakti, belajar Dhamma, dan meditasi supaya bisa mempunyai pengertian yang benar, menjadi orang pintar.  Orang yang pintar dalam agama Buddha dinamakan Kusala. Maksudnya pintar berbuat kebajikan, pintar berbuat baik. Orang yang pintar berbuat baik itu tandanya orang yang punya pengertian,” tutup bhante. [MM]

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara