• Wednesday, 19 June 2013
  • 0

Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) pada 13 Juni 2013 menyelenggarakan Sekolah Agama bertema “Memaknai Waisak”. ICRP sebagai lembaga yang bergerak dalam dialog perdamaian antar agama, secara rutin menyelenggarakan sekolah agama yang biasanya dilakukan dua minggu sekali. Tema ini diambil mengambil momentum perayaan Waisak yang dilaksanakan seluruh umat Buddha di seluruh dunia, dengan tujuan untuk memahami Waisak dari perspektif yang lebih luas karena latar belakang Komunitas Sekolah Agama berbeda-beda agama.

Selain itu juga untuk melihat kembali makna Waisak dan apa yang bisa kita ambil dalam perayaan Waisak, bagaimana kita memaknai Waisak dalam keberagaman, dan juga bagaimana memaknai Waisak yang lebih nyata dan dapat membantu orang lain dalam berbagai masalah kehidupan sosial saat ini dimana masih banyak masyarakat mengalami kesulitan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan yang rendah.

Bertindak sebagai pembicara adalah Sukiman, seorang guru dan dosen agama Buddha yang juga dikenal sebagai pembawa acara Bimbingan Rohani Buddha di MNC TV. Ia menyampaikan ada 4 aspek dalam memaknai Waisak bagi umat Buddha. Pertama adalah Waisak dimaknai sebagai sebuah proses kehidupan bahwa setiap manusia yang hidup di dunia mengalami proses kematian. Kedua, Waisak dimaknai sebagai sebuah perjuangan untuk melenyapkan belenggu batin, bagaimana Siddharta dengan penuh semangat berjuang untuk melenyapkan kebencian, kebodohan batin, dan keserakahan hingga akhirnya mencapai pencerahan. Ketiga, Waisak dimaknai sebagai bentuk kesederhanaan, yaitu bagaimana kita menjalankan hidup ini dengan sederhana. Dan keempat, Waisak dimaknai sebagai sebuah kebahagiaan.

Namun Sukiman juga menegaskan bahwa setiap orang boleh memaknai waisak dengan cara mereka masing-masing. “Memaknai Waisak secara filosofis dengan ritual dan diskusi-diskusi Dhamma namun hendaknya bukan hanya di tingkat filosofis saja namun juga di tingkat praksis, yaitu mengimplemenasikan ajaran Buddha atau mempraktikkan ajaran Buddha untuk meringankan penderitaan makhluk lain,” jelasnya.

Dalam sesi tanya jawab, ada sebuah pertanyaan dari peserta, “Pada Waisak kali ini banyak bhikkhu melakukan pindapatta, apa sebenarnya makna pindapatta bagi Waisak?” Sukiman menjawab bahwa pindapatta dilakukan oleh para bhikkhu selain bertujuan untuk mengumpulkan dana makanan yang nantinya digunakan untuk kegiatan bakti sosial sebagai juga digunakan untuk menggaungkan Hari Raya Waisak. Karena umat Buddha di Indonesia minoritas sehingga diharapkan banyak orang yang mengetahui Hari Raya Waisak melalui pindapatta tersebut.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara