Foto : Ana Surahman
Pada Sabtu (3/8/2024), Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) Jawa Barat untuk pertama kalinya menggelar peringatan Asadha di Candi Jiwa dan Candi Blandongan, yang terletak di Desa Segaran Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang. Acara dihadiri oleh sebelas Bhikkhu Sangha dari berbagai majelis, pejabat pemerintah Kabupaten Karawang, pimpinan organisasi yang tergabung dalam KBI, tokoh lintas iman, serta ratusan umat Buddha dari seluruh Jawa Barat.
Sugeng, Penanggung Jawab acara, menyambut hadirin dengan ucapan terima kasih dan permintaan maaf. “Kami bertekad untuk terus mempersiapkan dan memperbaiki diri agar dapat melaksanakan acara dengan lebih baik di masa depan,” kata Sugeng.
Tri Roso, Sekretaris Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI, memberikan apresiasi atas penyelenggaraan acara ini. Ia berharap peringatan Asadha dapat menjadi agenda tahunan di Candi Jiwa dan Candi Blandongan.
“Setelah penetapan Borobudur sebagai tempat ibadah umat Buddha dunia, banyak situs Buddha lainnya, seperti di Jambi dan Jawa Timur, mulai dimanfaatkan untuk acara keagamaan. Di mana pun ada situs-situs Buddhis bisa kita manfaatkan untuk kegiatan religi, bukan hanya untuk kepentingan spiritual, tetapi juga untuk meningkatkan UMKM, pelestarian budaya, dan meningkatkan nilai-nilai toleransi bagi warga sekitar,” ujar Tri Roso.
Acara dimulai dengan penyalaan lilin pancawarna oleh Mahanayaka Sangha Agung Indonesia (SAGIN) Bhikkhu Nyanasuryanadi. Selanjutnya, acara ini diisi dengan sesi “Sejuta Pelita Sejuta Harapan,” yang diawali dengan penyalaan pelita secara simbolis oleh para Bhikkhu Sangha dan tamu undangan, diikuti dengan penyalaan ribuan lilin di sekitar candi. Prosesi kemudian dilanjutkan dengan pradaksina mengelilingi candi oleh para Bhikkhu Sangha, para pandita dan tamu undangan.
Umat kemudian mengikuti Trisarana dan Asadha Puja, yang mencakup pembacaan paritta suci dan meditasi. Saat sesi Dhammadesana oleh Bhante Nyanasuryanadi berlangsung, hujan deras turun, menyebabkan sebagian umat mencari tempat berteduh. Meskipun demikian, sebagian besar bhikkhu dan umat tetap khidmat mendengarkan pembabaran Dhamma.
Bhante Nyanasuryanadi menjelaskan bahwa peringatan Asadha adalah momen penting dalam sejarah Agama Buddha. “Pada momen Asadha ini, Guru Agung Buddha membabarkan empat kebenaran mulia dan jalan tengah untuk membebaskan diri dari penderitaan. Meskipun ajaran ini terutama ditujukan bagi para bhikkhu, umat awam pun dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Bhante.
Bhante juga menekankan pentingnya perhatian penuh atau sati dalam kehidupan sehari-hari. “Seperti hujan yang turun saat ini, jika kita bisa menerima kenyataan dengan sadar, kita akan lebih damai,” tambahnya.
Lebih lanjut, Bhante menyoroti bahwa ajaran jalan tengah yang diajarkan oleh Guru Agung Buddha juga menjadi inspirasi dalam penerapan moderasi beragama. “Jalan tengah ini dijadikan platform utamanya oleh Kementrian Agama sebagai jalan moderasi. Jadi, kita itu beragama ya yang moderat. Kalau ada orang radikal itu bukan agamanya, tetapi caranya menghayati agama itu yang tidak moderat sehingga menjadi ekstrem,” tutup bhante.
Sekilas Tentang Candi Blandongan dan Candi Jiwa
Candi Blandongan dan Candi Jiwa, yang juga dikenal sebagai Komplek Batu Jaya, terletak di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Karawang. Komplek ini mencakup area seluas lima kilometer persegi dan terdiri dari setidaknya tiga puluh struktural, yang oleh penduduk Sunda disebut “Unyur” atau “Unur,” yang berarti Gondong Tinggi Bumi yang terdiri dari artefak. Struktur-struktur ini memiliki kemiripan dengan Manapo yang ditemukan di Muara Jambi. Penemuan situs ini sangat signifikan karena Jawa Barat, meskipun merupakan lokasi kerajaan Hindu-Buddha tertua di Indonesia, sebelumnya tidak memiliki sisa-sisa kuil kuno.
Sebelum penemuan ini, Jawa Barat hanya dikenal memiliki empat situs: Candi Cangkuang di Garut, Candi Ronggeng, Candi Pamarican, dan Candi Pananjung di Ciamis. Penelitian awal menunjukkan bahwa Candi Jiwa dibangun antara abad ke-5 dan ke-6, berdasarkan prasasti pada tablet tanah liat yang ditemukan di situs tersebut.
Candi Jiwa adalah bangunan yang tersisa berupa alas candi berbentuk persegi 19 x 19 meter setinggi 4,7 meter, dengan berbagai profil arsitektur. Situs ini menunjukkan bahwa daerah tersebut adalah pusat Agama Buddha yang besar, dengan total enam puluh dua titik candi ditemukan di sekitarnya. Pada April 2019, komplek Batu Jaya dinyatakan sebagai harta budaya nasional Indonesia. Hal menarik lainnya adalah bahwa Candi Blandongan dan Candi Jiwa tegak lurus menghadap ke India.
Sementara di Candi Blandongan ditemukan kepingan tanah liat yang menggambarkan tiga Buddha dalam posisi duduk meditasi. Gambar ini merujuk pada peristiwa di Shravasti dan Sankasya, dimana Buddha menciptakan banyak Buddha kembar dan kemudian naik ke Surga Tavatimsa untuk membabarkan Dhamma kepada para dewa.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara