• Saturday, 14 October 2023
  • Surahman Ana
  • 0

Foto     : Surahman Ana

Pekan lalu tepatnya pada Rabu (4/10/2023) saat pengumuman pemenang  Lomba Inovasi Moderasi Beragama 2023, Vihara Tanah Putih Semarang terpilih menjadi juara 1 tingkat nasional sebagai Rumah Ibadah Moderasi Beragama. Perlombaan ini diselenggarakan oleh Litbang Kementerian Agama RI yang diikuti oleh setidaknya 162 pendaftar yang terbagi dalam 4 kategori, salah satunya adalah rumah ibadah moderasi.

Proses perlombaan sesuai lansiran diy.kemenag.go.id edisi Kamis (05-10-2023), dimulai dengan tahapan pengumpulan berkas secara offline pada bulan Juli. Tahap selanjutnya adalah wawancara melalui Zoom Meeting pada September. Kemudian tahap visitasi yang hasilnya dilaporkan dalam sidang pleno pada 2 Oktober 2023.

Dewan Juri lomba ini terdiri atas: Romo FX Sugiana, Pendeta Henry Jacques Pattinasarany Alissa Wahid, Banthe Dhirapunno, Prof. Dr. I Nyoman Yoga Segara, Dr. Mahmud Syaltout Syahidulhaq, Ws. Sugiandi Surya Atmaja. Mereka hadir secara online. Turut mewawancarai pula, tim substansi dari BRIN, Joko Tri Haryanto, Moch. Lukluil Maknun, Nur Laili Noviani, dan Umi Muzayanah.

Setelah melampaui 24 rumah ibadah lainnya yang ikut mendaftar dalam perlombaan ini, akhirnya Vihara Tanah Putih terpilih sebagai yang terbaik dan menjadi juara 1. “Pemenang dari lomba inovasi moderasi beragama ini semoga menjadi role model bagi unit-unit lain di seluruh tanah air,” terang Anshori, Kepala Balai Litbang Agama (BLA) Semarang di Semarang, Rabu (4/10/2023).

Capaian Vihara Tana Putih ini menjadi sejarah yang membanggakan khususnya bagi umat Buddha Indonesia. Dengan kemenangan ini menjadi satu bukti bahwa umat Buddha di Indonesia juga turut aktif dalam mengupayakan kehidupan yang menjunjung tinggi toleransi.

Lalu apa saja yang telah dilakukan Vihara Tanah Putih hingga menjadi juara?

Bhante Cattamano, Kepala Vihara Tanah Putih saat wawancara bersama BuddhaZine pada Senin (9/10/2023) menyatakan bahwa serentetan kegiatan yang melibatkan umat lintas iman telah bahkan rutin diadakan di vihara megah yang beralamat di Jl. Dr. Wahidin Candisari, Kota Semarang ini. Selain itu, bhante memaparkan kerjasama dengan tokoh-tokoh lintas agama atau lintas iman, juga tokoh-tokoh masyarakat sekitar vihara juga kerap kali dilakukan.

“Banyak kegiatan yang telah kami lakukan, dari yang berupa kegiatan umat Buddha seperti halnya meditasi atau Dhamma Class hingga kegiatan umum dan melibatkan lintas agama. Dan meditasi ternyata yang mengikuti juga dari berbagai umat beragama, tidak hanya umat Buddha tapi juga saudara-saudara yang berkeyakinan lain. Tapi berhubungan  dengan doa sesuai dengan gaya bahasa keyakinan masing-masing,” papar bhante.

Kegiatan-kegiatan umum lainnya yang dilakukan oleh Vihara Tanah Putih adalah kegiatan sosial kemasyarakatan. Saat Covid-19 terjadi pembatasan semua kegiatan, PPKM, Vihara Tanah Putih menggelar aksi dengan mengajak anak-anak vihara membuat nasi bungkus untuk dibagi-bagikan secara gratis.

”Yang semula kita tujukan kepada driver ojol, karena waktu itu banyak yang mengaku penghasilannya turun drastis bahkan untuk makan saja susah, tetapi akhirnya juga kami bagikan kepada masyarakat lingkungan sekitar vihara, mereka juga ada yang membutuhkan. Bagi kami, ini adalah kegiatan sosial kemasyarakatan, ini kegiatan kemanusiaan, tidak perlu melihat agama,” lanjut bhante.  

Selain membagikan kebutuhan pokok berupa nasi, pihak vihara juga menyediakan tabung oksigen untuk membantu korban Covid yang membutuhkan. Sampai saat ini tabung oksigen itu masih ada, dan bagi siapa pun yang membutuhkan bisa datang ke vihara. “Beberapa waktu yang lalu kami juga menawarkan, jikalau ada puskesmas yang membutuhkan kami beri tabung itu.”

Tidak hanya itu, pada saat momen Bulan Suci Ramadhan juga mengadakan buka puasa bersama. Bhante menjelaskan kegiatan ini sebagai bentuk rasa turut berbahagia karena saudara-saduara Muslim masih banyak yang semangat dalam menjalankan ibadahnya.

Di awal-awal menjalankan kegiatan buka bersama, umat-umat vihara memasak makanan, kemudian diantarkan ke kampung, ke tempat Pak Rt untuk menu buka puasa. Saudara-saudara Muslim buka puasa bersama di tempat Pak Rt. Di tahun-tahun berikutnya pihak vihara mencoba mengundang untuk datang ke vihara dan buka puasa bersama di vihara.

“Tapi tahun berikutnya saya berpikir, sembari menunggu buka puasa itu ada baiknya mereka bisa mendapatkan siraman rohani. Kalau saya pinjam bahasanya mereka itu, dalam bahasa Muslim yaitu tausiyah. Oleh sebab itu kami mengundang kiai atau ustad, salah satunya Ketua FKUB Jawa Tengah juga pernah saya undang untuk memberikan tausiyah. Kemudian seperti Kiai Gus Nuril juga pernah saya undang ke sini,” ungkap bhante.

Kegiatan kebudayaan pun tak telewatkan oleh vihara yang berdiri pada 1 Januari 1965 ini. Berbagai gelaran seni dan budaya sering dihelat. Hal ini karena seni budaya dinilai menjadi penjaga persatuan bangsa.

“Bagi kami seni budaya itu usaha untuk bagaimana kita merekat, mengkondisikan kehidupan bersama. Jadi tetap ada kebersamaan, semakin merekat. Jadi seni budaya sebagai perekat bangsa, sebagai perekat kita semua. Usaha untuk mempertahankan keutuhan dari NKRI. Dan itu merupakan bagian tak terpisahkan kita praktek ajaran Sang Buddha,” pungkas bhante.

Dengan padatnya kegiatan yang melibatkan umat lintas agama bahkan hingga kegiatan kebudayaan, sudah sepatutnya Vihara Tanah Putih menyabet juara 1 dalam perhelatan lomba rumah ibadah moderasi beragama ini.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara