• Thursday, 15 February 2018
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Sebentar lagi Tahun Baru Imlek (Sin Cia) akan tiba. Banyak di antara kita yang sudah tahu bahwa Tahun Baru Imlek sebenarnya bukanlah perayaan agama Buddha. Tahun Baru Imlek sebenarnya merupakan perayaan tradisi orang Tionghoa di mana pun mereka berada.

Mengikuti perhitungan kalender bulan, Tahun Baru Imlek merayakan datangnya musim semi di Tiongkok. Perayaan Tahun Baru Imlek bahkan sudah ada sebelum lahirnya agama Buddha! Lantas, mengapa banyak orang yang beranggapan bahwa Tahun Baru Imlek identik dengan perayaan agama Buddha?

Sepertinya asumsi ini muncul karena banyak orang-orang Tionghoa baik di China daratan maupun di perantauan yang beragama Buddha atau Tri Dharma. Agama Buddha, meskipun bukan berasal dari Tiongkok, merupakan satu-satunya ekspor tersukses India/Nepal ke Tiongkok.

Setelah melewati pasang-surut perkembangannya di Tiongkok, agama Buddha akhirnya berhasil masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan dan tradisi masyarakat Tionghoa – menjadikannya sebagai satu-satunya ‘pengaruh luar’ yang berhasil mempengaruhi budaya dan tradisi masyarakat Tionghoa.

Sangat lazim ditemui perayaan Tahun Baru Imlek di wihara-wihara sehingga asumsi ini semakin kuat. Perayaan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Buddha – khususnya Chinese Buddhism.

Meskipun bukan merupakan perayaan asli agama Buddha, hal ini bukan berarti agama Buddha menolak perayaan Tahun Baru Imlek. Justru sebaliknya, agama Buddha tidak pernah menolak tradisi yang bermanfaat bagi masyarakat. Untuk dapat bermanfaat, maka penting bagi kita untuk memahami cara merayakan Tahun Baru Imlek ala buddhis.

Membawa kebahagiaan

Perayaan Tahun Baru Imlek membawa kebahagiaan bagi semua orang. Meskipun menurut agama Buddha kebahagiaan seperti ini bersifat sementara dan semu, tetapi juga tidak ada salahnya untuk dirayakan. Justru untuk menambah nilai manfaatnya, maka kita perlu membawanya ke tingkatan lebih tinggi melalui pemahaman dan kebijaksanaan.

Pertama, biasanya beberapa hari sebelum malam pergantian tahun, kita akan membersihkan rumah dengan harapan untuk membuang sial dan mempersiapkan rumah dalam kondisi baru.

Baca juga: Tahun Baru Imlek Pesta Awal Musim Semi

Seluruh anggota keluarga dikerahkan untuk membersihkan, menyapu dan mendekorasi rumah. Altar pemujaan dan tempat ibadah juga dibersihkan. Nah, di sinilah kita perlu mengembangkan ketulusan dan semangat untuk membersihkan. Jangan menggerutu kalau diminta ibu untuk membantu membersihkan rumah/altar.

Kedua, pada malam pergantian tahun, biasanya kita akan kumpul dan makan malam bersama (reuni). Ini penting untuk mengeratkan tali kekeluargaan yang mungkin perlu dieratkan lagi. Dari aktivitas ini diharapkan agar kita sekeluarga menjadi saling menyanyangi dan mengasihi. Jangan cuma fokus kepada makanannya, tetapi fokuslah pada sanak saudara kita yang sedang berkumpul.

Ketiga, pada hari pertama tahun baru, kita biasanya akan memberikan hormat kepada orangtua. Ini adalah praktik Buddhis yang baik di mana kita sebagai anak memperlakukan orangtua dengan kasih dan memberikan mereka penghormatan selayaknya.

Membalas budi orangtua sangat sulit untuk dilakukan. Tidak ada pekerjaan terberat di dunia ini selain menjadi orangtua. Oleh karena itu, dengan penuh ketulusan dan kesadaran, kita memberikan penghormatan kepada orangtua.

Angpao

Selanjutnya yang sangat identik dengan Tahun Baru Imlek adalah pemberian ang pao (amplop merah). Sebagai Buddhis, kita perlu memahami bahwa praktik memberi (berdana) adalah salah satu cara untuk mengurangi ego kita.

Praktik ini bermanfaat untuk melatih diri kita agar tidak mudah melekat dan bersikap rela melepas. Dengan pemahaman benar seperti ini, marilah kita memberikan ang pao, tidak saja kepada sanak saudara kita tetapi juga kepada mereka yang membutuhkan.

Biasanya pengemis dan fakir miskin (tiba-tiba banyak) sudah ada di depan wihara menunggu uluran tangan kita untuk membagikan ang pao. Jangan merasa marah atau kesal dengan mereka. Tetapi apabila memang Anda merasa ingin memberi, maka berikanlah dengan ketulusan dan kebijaksanaan.

Baca juga: Tradisi Imlek dan Tradisi Buddha

Sebaiknya pula pada Tahun Baru Imlek kita mencoba untuk mengembangkan kasih sayang terhadap semua makhluk. Usahakan untuk tidak membunuh binatang. Beberapa wihara atau kelenteng bisa juga menjadi tempat untuk fangshen (pelepasan makhluk). Dengan demikian perayaan Tahun Baru Imlek benar-benar bermanfaat bagi semua.

Agama Buddha selalu berkenaan dengan praktik pengendalian diri, terutama pikiran. Ketulusan menjadi aspek terpenting dalam latihan mengurangi keakuan. Tuluslah dalam setiap perbuatan (berdana, fangshen, membersihkan rumah, memberikan penghormatan, dll) termasuk memberikan ucapan selamat Tahun Baru.

Gong xi fa cai 

Xin nian kuai le

Wan shi ru yi

Have a blast blessed Chinese New Year!

Upasaka Sasanasena Seng Hansen

Sedang menempuh studi di Australia.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *