• Monday, 22 October 2018
  • Surahman Ana
  • 0

”Jangan hanya viharanya yang megah, namun umatnya juga harus berkualitas dalam hal moralitas, Bhante Subhapannyo.

Kalimat di atas adalah petikan wejangan Dhamma Bhante Subbhapannyo dalam acara peresmian purnapugar Vihara Dhammaratana, di Dusun Manguntosari, Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Temanggung pada Rabu (17/10/2018). Setelah melalui proses panjang, Vihara Dhammaratana akhirnya selesai dipugar. Pemugaran vihara ini tak lepas dari peran tiga pemuda Temanggung; Mettiko Dahyono, Catur, dan Tri Madyo.

Kini Vihara Dhammaratana sudah tampil megah dengan berbagai fasilitas ruang dhammasala, dapur, toilet, dan halaman yang luas. Karena itu, sebagai wujud syukur atas dipugarnya vihara ini, umat Buddha Dusun Manguntosari menggelar peresmian purnapugar dengan meriah yang dihadiri oleh tiga ribuan umat Buddha sekitar Temanggung dan Semarang.

Tak hanya umat Buddha, yang lebih membanggakan acara ini juga turut dihadiri oleh 14 bhikkhu dari Sangha Theravada Indonesia (STI). Mereka adalah; Bhante Jothidhammo, Bhante Subbhapanno, Bhante Guthadhammo, Bhante Sujanno, Bhante Cattamano, Bhante Dhammakaro, dan beberapa bhante lainnya. Selain para bhikkhu, turut hadir pula Wakil Bupati Temanggung yang turut meresmikan purnapugar Vihara Dhammaratana.

Namun yang tidak kalah menarik atas penyelenggaraan acara peresmian ini adalah usaha keras umat Vihara Dhammaratana untuk mengumpulkan dana. “Acara ini disokong sepenuhnya oleh umat Buddha Dusun Manguntosari dibantu oleh para relawan, untuk pendanaan adalah swadaya dari umat yang dilakukan sejak Januari 2018. Mereka menabung sampai pada pelaksanaan peresmian,” tutur Pandita Mettiko.

Sejarah Vihara Dhammaratana

Menurut Pandita Mettiko Dahyono, pada tahun 1970 umat Buddha Dusun Manguntosari membangun vihara pertama mereka. Sebelum tahun 1970 umat bermukim di Dusun Jambon yang terletak di bawah Dusun Manguntosari, karena terjadi pergeseran tanah pada dusun mereka akhirnya para umat pindah dan bermukim di Bukit Gemulung yang berada di atas Dusun Jambon.

Nama Manguntosari sendiri merupakan gabungan dari tiga tokoh pembangkit agama Buddha di daerah Kaloran khususnya di Dusun Manguntosari yaitu Mbah Mangun, Mbah To Sari, dan Mbah Sari. Untuk mengenang jasa para tokoh dalam membangkitkan dan membangun kembali agama Buddha para umat memberikan nama dusun baru mereka Manguntosari. Seluruh umat Buddha Manguntosari ada tigah puluh delapan kepala keluarga.

Kemeriahan acara

Prosesi peresmian dimulai dengan arak-arak umat dari titik kumpul di kuti Vihara Dhammapanna Desa Kalimanggis sekitar pukul 08.00 WIB. Dengan urutan barisan paling depan kesenian Barongsai Dusun Lamuk, disusul dengan barisan pengusung Lambang Negara Indonesia yaitu Garuda dan pasukan pembawa bendera negara dan bendera Buddhis, urutan selanjutnya adalah pengusung hasil bumi yang dibentuk tumpeng yang menyambung dengan muda-mudi Buddhis Kecamatan Kaloran yang berpakaian adat jawa, kemudian disusul barisan para bhante dan umat sebagai barisan terakhir. Arak-arak menempuh perjalanan kurang lebih satu km hingga sampai di Vihara Dhammaratana.

Baca juga: Inilah Kemeriahan Peresmian Vihara Dhammaratana, Dusun Manguntosari, Temanggung

Seusai prosesi umat dipersilahkan untuk istirahat dan makan siang sembari menyaksikan pertunjukan seni tari-tarian anak-anak Sekolah Minggu dan nyanyian lagu-lagu Buddhis. Pertunjukan seni berlangsung hingga sekitar pukul 13.00 WIB.

Pada pukul 13.30 WIB acara inti dimulai dengan sambutan-sambutan. Selesainya acara sambutan Bhante Subbhapanno dipersilahkan untuk memberikan Dhammadesana kepada umat. Dalam ceramahnya Bhante Subha memberikan apresiasi kepada umat atas selesainya purnapugar Vihara Dhammaratana, “Tentu kami semua merasa bersukacita dan berbahagia atas selesainya purnapugar Vihara Dhammaratana Dusun Manguntosari ini.”

“Bahwa Vihara ini dibangun sebagai wujud dari sifat, dari karakter umat Buddha Dusun Manguntosari yang bekerja keras dan juga punya kekuatan yang lain, punya semangat bergotong royong hingga vihara ini terbangun dengan baik. Vihara ini tidak akan terbangun tanpa adanya semangat gotong-royong, kerja keras, kekuatan, dan kekompakan dari segenap umat Buddha di Manguntosari ini,” tutur Bhante Subha di awal ceramah.

Selanjutnya Bhante mengingatkan kembali para umat untuk terus mengembangkan nilai-nilai luhur dalam diri umat masing-masing,“ setelah vihara ini terbangun dengan indahnya, dengan megahnya, atas segala kerja keras, kesungguhan, ketulusan, keyakinan dan gotong-royong para umat hendaknya vihara ini bisa menjadi tempat untuk mengembangkan nilai-nilai luhur yang ada di dalam diri masing-masing umat. Apalah artinya vihara ini dibangun dengan susah payah, dengan megah kalau tidak diisi dengan hal-hal kebajikan.

Selain membangun vihara di luar, umat juga hendaknya harus membangun dan mengembangkan vihara di dalam diri yaitu yang pertama adalah Metta, mengembangkan cinta kasih kepada segenap makhluk hidup yang ada. Yang Kedua adalah Karuna atau kasih sayang kepada segenap makhluk hidup, kita turut merasakan kesusahan atau kesedihan orang lain sehingga timbul keinginan untuk membantu dan meringankan beban penderitaan orang lain.

Yang ketiga adalah Mudita yaitu turut merasakan kebahagiaan dan keberhasilan orang lain, sehingga tidak timbul rasa iri di dalam diri. Yang keempat adalah Upekha atau keseimbangan batin, dimana kita mengembangkan sikap dewasa, matang, dan bijaksana dalam melihat segalan sesuatu,” lanjut bhante.

Di akhir ceramah bhante memberikan penjelasan sedikit tentang relief yang terpasang di samping kanan dan kiri pintu masuk Vihara Dhammaratana. Sebelah kiri merupakan simbol kesejahteraan, kemakmuran, dan kesentosaan, sedangkan sebelah kanan pintu adalah simbol panjang umur.

Selesainya Dhammadesana, Bhante Subhapanno, acara dilanjutkan dengan sambutan Wakil Bupati Temanggung, Heri Ibnu Wibowo dan penandatangan prasasti oleh Bhante Subhapanno dan Wakil Bupati Temanggung. Dalam sambutannya Heri Ibnu Wibowo menyampaikan pesan kepada umat Buddha, khususnya umat Vihara Dhammaratana untuk mengisi vihara yang telah dibangun dengan mengembangkan baik kuantitas umat maupun kualitas moral umat Buddha di Manguntosari.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara