Salah satu pokok bahasan penting dalam perhelatan Internasional Conference Buddhist Indonesia (IBCI) 2019, di Batu, Malang adalah peranan media dalam membangun relasi Buddhis-Muslim. Di era keterbukaan informasi seperti saat ini, pemberitaan media, baik cetak maupun elektronik mempunyai pengaruh besar terhadap cara pikir masyarakat.
“Sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan media sosial seperti WhatsApp, Instagram, Twitter, dan Facebook. Semua media sosial tersebut pada dasarnya menjadi media penyebaran berita juga, dan tidak dapat dihindari juga hoax bisa menjalar ke mana pun,” kata Wahyudi Akmalia, seorang peneliti di pusat kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Wahyudi Akmaliah menjadi salah satu dari tujuh panelis dalam panel dua dengan pokok bahasan; Peran Media dalam Menciptakan Harmoni Relasi Buddhis-Muslim, Selasa (5/11).
Pengunaan internet khususnya masyarakat Indonesia semakin meningkat apabila ada salah satu topik yang hangat. Terutama bila berkaitan dengan isu politik, mendekati pemilihan umum. “Ini benar-benar kita rasakan menjelang, saat dan setelah pemilu 2019 kemarin. Penggunaan internet oleh sebagain besar rakyat Indonesia juga semakin meningkat. Hal ini membuktikkan bahwa media berpengaruh besar terhadap opini masyarakat untuk mengikuti berita hangat dan sedang berlangsung,” jelas Wahyudi.
Salah satu contoh dahsyatnya pengaruh pemberitaan media dan hoax juga terjadi tahun 2016, kasus Meliana. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Irwansyah (Kepala Program Studi Sosiologi-Agama di Universitas Islam Sumatera Utara) dan Muhammad Jailani (Dosen Program Studi Sosiologi-Agama di Universitas Islam Sumatra Utara), kasus yang dialmi oleh Meliana hanya karena kesalahpahaman akibat hoax melalui media sosial.
“Saat itu menurut pengakuan Meliana, beliau sedang sakit dan minta suara adzan di masjid dekat rumahnya untuk dikecilkan. Lalu pukul 21.00 rumah Meliana didatangi oleh warga Muslim setempat. Kemudian pukul 23.00 rumah Meliana dan beberapa tempat ibadah umat Buddha dilempari batu, dibakar,” terang Irwansyah.
Agar kesalahpahaman dalam memahami agama lain tidak terjadi perlu adanya sikap kritis dalam menganalisis berita. “Membaca fakta yang dikonstruksi suatu berita. Intinya kita harus kritis, kritis memahami berita. Sehingga, media dapat membantu menyebarkan harmoni toleransi khususnya dalam relasi Buddhis-Muslim,” tegasnya.
Peran BuddhaZine
Ngasiran, wartawan BuddhaZine yang menjadi salah satu panelis dalam forum ini bercerita bagaimana BuddhaZine mampu menjadi jembatan relasi harmoni antaragama. “Pada awalnya, BuddhaZine didirikan untuk menghadirkan berita terbaru tentang Buddhadharma di Nusantara dan perkembangan Buddhadharma internasional. Kemudian berkembang ke arah penyebaran informasi tentang budaya, sejarah, arkeologi, dan isu sosial yang berkorelasi dengan agama Buddha,” tutur Ngasiran.
Menurut Ngasiran, kontribusi BuddhaZine semakin terlihat nyata setelah diputuskan secara bersama untuk berpindah kantor dari kota (Jakarta) ke sebuah dusun Buddhis di Temanggung. Berbagai pemberitaan tentang nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Temanggung, khususnya Dusun Krecek, Desa Getas, Kec. Kaloran setidaknya menawarkan referensi baru bagi relasi antaragama.
“Tahun ini (2019), kami pindah kantor dari Jakarta ke Dusun Krecek, Temanggung, karena kami ingin lebih dekat dengan masyarakat desa. Tetapi itu tidak mengubah tujuan BuddhaZine, yaitu memberitakan Buddhadharma dari seluruh tanah air dan Indonesia. Hanya saja, intensitas pemberitaan memang lebih banyak pemberitaan dari desa, seperti Temanggung, nilai-nilai lokal dari beragam tradisi dan budaya masyarakat desa yang kadang luput dari perhatian media ini menurut saya sangat menarik diberitakan.
Perubahan ke arah positif juga terlihat bagi perkembangan Dusun Krecek saat ini. Dengan masyarakat 99% beragama Buddha, Dusun Krecek tidak menutup diri dari dunia luar. Bahkan dalam perkembangannya, selain menjadi pusat kegiatan umat Buddha, Krecek juga sudah menjadi rumah bersama bagi masyarakat lintas agama.
Kebudayaan sebagai akar bersama
Sebagai contoh ketika Waisak. Waisak secara sederhana merupakan perayaan besar bagi umat Buddha. Namun di wilayah Temanggung rata-rata dirayakan secara bersahaja. Dalam konteks yang lebih luas, karena masyarakat Temanggung menganut berbagai ragam keyakinan agama, pertemuan antara para pemeluk agama yang berlainan tersebut berbaur dalam nilai-nilai kearifan lokal.
Salah satu bentuk kearifan lokal tersebut adalah Nyadran. Nyadran sendiri merupakan sebuah acara adat yang mampu menembus sekat agama. Nyadran yang dimaknai sebagai bentuk bakti pada leluhur, misal pada upacara Nyadran di Dusun Gletuk, Desa Getas, Kaloran, yang digelar setiap tahun. Di sana masyarakat yang turut hadir dari elemen masyarakat Dusun Krecek dan Dusun Gletuk.
Dusun Gletuk didominasi oleh pemeluk agama Islam, Dusun Krecek didominasi oleh pemeluk agama Buddha. Dari dua dusun tersebut perbedaan menjadi lebur, hal ini tercermin saat pelaksanaan upacara Nyadran di makam, masyarakat yang hadir bisa duduk dan berbaur menjadi satu, doa dari umat Islam dan doa dari umat Buddha beriringan saling mengisi. Tak ada yang mendebatkan, siapakah yang harus berdoa terlebih dahulu, ataupun doa dari umat manakah yang lebih baik, karena sudah tak ada lagi sekat agama.
Kesenian tradisi termasuk dalam ruang perjumpaan antaragama. Ketika masyarakat Temanggung khususnya, beraktivitas kesenian mereka tak pernah membeda-bedakan agama. Ada suatu peristiwa menarik, ini terjadi pada 2018, peristiwanya adalah ketika ada perayaan Waisak di Candi Borobudur saat itu, ada kelompok seni kuda kepang Kaloran yang secara anggotanya didominasi oleh umat Buddha lebih memilih untuk memenuhi undangan pertunjukan seninya daripada khusyuk beribadah namun abai dalam kerukunan sosial.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara