• Tuesday, 18 March 2025
  • Ngasiran
  • 0

Foto: Ngasiran

Rabu, 12 Maret, Pusat Pendidikan Buddhis Fo Guang Shan Indonesia (PPBFGSI) menyelenggarakan forum diskusi bertajuk “Pembinaan Kader Buddhis di Masa Depan”. Acara ini dihadiri oleh sekitar 80 peserta, termasuk 12 perwakilan organisasi Buddhis dari Jawa Tengah, akademisi, dan mahasiswa. Forum ini menjadi wadah untuk membahas tantangan dan peluang dalam membina kader Buddhis di Indonesia, serta memperkuat keberlangsungan agama Buddha di tanah air.

Dalam sambutannya, Ven. Hsin Bau, pemimpin tertinggi Vihara Fo Guang Shan, menyampaikan kebahagiaannya melihat antusiasme generasi muda dalam mempelajari ajaran Buddha. “Dengan melihat adanya generasi muda, berarti kita melihat masa depan dan harapan,” ujarnya. Ven. Hsin Bau juga menekankan pentingnya pendidikan dalam pembinaan kader Buddhis. “Master Hsing Yun telah menyediakan ruang belajar dan panggung internasional di lima benua. Selama seseorang menjalin hubungan baik dengan Fo Guang Shan, ia telah terhubung dengan semua cabang vihara di dunia. Masa depan para siswa PPBFGSI tidaklah terhingga,” tambahnya.

Ven. Hsin Bau juga mengingatkan bahwa pembinaan kader Buddhis tidak hanya bergantung pada pendidikan, tetapi juga pada usaha individu. “Sama halnya dengan ajaran Buddha, yang dapat mengubah orang biasa menjadi suciwan, yang terpenting adalah seseorang harus tekun. Dengan tekad yang kuat, kita dapat memutarkan roda dharma dan menjaga ajaran kebenaran tetap lestari di dunia ini,” ujarnya.

Dr. Yulianti dosen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menyoroti tantangan yang dihadapi umat Buddha di Indonesia. “Banyak umat Buddhis di Indonesia kurang percaya diri karena merasa menjadi kelompok minoritas. Padahal, jika dilihat dari perspektif Asia Tenggara atau dunia, jumlah umat Buddha di Indonesia masih cukup besar,” jelasnya. Ia menekankan pentingnya keyakinan teguh terhadap agama Buddha. “Jika tidak, banyak yang akan berpindah keyakinan, menyebabkan semakin berkurangnya jumlah penganut Buddhisme di Indonesia. Hanya melalui pendidikan, kader Buddhis dapat dilahirkan, dan keberlangsungan agama Buddha dapat terjaga,” tegasnya.

Rektor STAB Raden Wijaya Wonogiri, Dr. Sulaiman, menyampaikan apresiasinya kepada Fo Guang Shan atas kontribusinya dalam memajukan pendidikan Buddhis di Indonesia. “Saat ini, institut kami telah menandatangani Memorandum Kerja Sama Pendidikan dengan Fo Guang Shan. Para mahasiswa memiliki kesempatan untuk belajar di PPBFGSI, bahkan melanjutkan studi ke Tsung Lin University di Taiwan atau universitas lain dalam sistem Fo Guang Shan. Ini adalah kesempatan besar untuk memperluas wawasan Buddhis secara internasional,” ungkapnya.

Karuna Murdaya, perwakilan dari WALUBI, juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Fo Guang Shan. “Ibu Hartati, ketua WALUBI, merupakan salah satu tokoh yang mendukung berdirinya PPBFGSI. Daripada mengatakan kami mendukung Fo Guang Shan, lebih tepat mengatakan Fo Guang Shan lah yang mendukung kami. GVA telah berdiri selama bertahun-tahun, dan kini dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan Buddhis. Ini sangat bermakna dan memberikan kehidupan baru bagi bangunan tersebut,” katanya.

Keempat pembicara sepakat bahwa masa depan Buddhisme di Indonesia bergantung pada pembinaan kader melalui pendidikan. “Hanya dengan cara ini, roda Dharma dapat terus berputar, dan ajaran Buddha dapat tetap lestari,” tegas Ven. Hsin Bau. Forum ini tidak hanya memperkuat hubungan antara komunitas Buddhis Indonesia dan Fo Guang Shan, tetapi juga membuka peluang kerja sama lebih lanjut untuk mendukung keberlanjutan agama Buddha di tanah air.

Dengan semangat kolaborasi dan tekad yang kuat, pembinaan kader Buddhis diharapkan dapat melahirkan generasi penerus yang berkualitas, siap membawa ajaran Buddha ke masa depan yang lebih cerah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *