• Monday, 22 April 2019
  • Deny Hermawan
  • 0

Candi Sojiwan bercorak Buddhis. Hal ini dibuktikan dengan bentuk candi yang memiliki beberapa stupa. Candi ini dibangun kira-kira pada pertengahan abad ke-9. Menurut beberapa prasasti yang sekarang disimpan di Museum Nasional, Sojiwan kurang lebih dibangun antara tahun 842 dan 850 Masehi.

Dari 20 relief, tinggal 19 relief yang sekarang masih ada. Sebanyak 15 relief di antaranya menceritakan ajaran moral, yang kesemuanya memiliki makna kebijaksanaan dan dapat dijadikan teladan bagi kehidupan kita. Dari belasan cerita itu, inilah cerita pilihan yang sangat inspiratif:

1. Relief Ketam Membalas Budi

Relief ini merupakan sebuah kisah bagaimana perbuatan baik akan mendapatkan kebaikan berupa keselamatan dan hidup harus dipenuhi perbuatan saling tolong menolong antarsesama. Tersebutlah seorang brahmana penyayang binatang bernama Dwijaiswara dari negeri Patala.

Pada suatu saat ia berada di gunung dan melihat seekor ketam bernama Astapada yang sekarat hendak mati karena kekeringan. Dipungutlah ketam itu lalu dibawa ke sungai untuk dilepaskan di sana. Karena kelelahan, berhentilah brahmana di dekat sungai dan tertidurlah sang brahmana bersandar pada sebuah pohon.

Baca juga: 5 Kisah Inspiratif dari Candi Sojiwan (Bagian Pertama)

Sementara itu, seekor ular bersahabat dengan seekor gagak dan tengah berbincang untuk mencari mangsa manusia dan mengetahui sang brahmana yang sedang tertidur. Sang ketam dengan tidak sengaja mengetahui rencana tersebut dan mengkhawatirkan sang brahmana yang telah menolongnya.

Akhirnya ia memiliki siasat untuk bersahabat dengan kedua makhluk jahat tersebut dan mengutarakan ide bagaimana cara membunuh sang brahmana. Ular dan gagak setuju dengan rencana si ketam yaitu bila ingin memangsa sang brahmana harus dengan menjulurkan leher mereka sepanjang-panjangnya. Tetapi ular dan gagak tidak tahu caranya. Maka ketam menyuruh mereka untuk berusaha menjulurkan leher mereka tepat pada capitannya.

Ketika leher mereka berdua tepat berada di capitan si ketam, dengan cepat si ketam mencapit leher ular dan gagak sekuat tenaga hingga keduanya tewas. Dengan tewasnya ular dan gagak maka nyawa sang brahmana terselamatkan. Dan ketam telah membalas budi baik sang brahmana.

2. Relief Seekor Burung Berkepala Dua

Relief yang agak rusak ini mengisahkan sebuah cerita mengenai seekor burung berkepala dua yang bernama Bharanda. Pada suatu ketika salah satu kepala mendapatkan makanan yang lezat dan enggan berbagi dengan kepalanya yang satunya.

Ketika ia ditanya oleh kepalanya yang sebelah selalu menjawab nanti akan masuk ke dalam perut yang sama pula. Karena jengkel maka mulut yang satunya memutuskan memakan makanan beracun walaupun sudah diingatkan bahwa tindakannya berbahaya tetapi ia tidak peduli. Karena memakan makanan beracun maka Bharanda akhirnya tewas.

3. Relief Kambing dan Gajah

Relief ini menggambarkan usaha kambing untuk kembali menemukan kelompoknya karena ia telah terpisah. Ia bertemu dengan seekor gajah dan dengan segala daya upaya meminta sang gajah untuk mengantarkannya menemukan kelompoknya. Akhirnya gajah bersedia mengantarkan sang kambing dengan menggendongnya di punggung sang gajah.

4. Relief Lelaki dan Seekor Singa

Relief yang satu ini menceritakan tentang mimpi seorang menteri bernama Bhimaparakrama yang akan diserang singa. Namun melihat Bhimaparakrama bersiap melawan dengan pedang dan perisai, singa itu pun lari dan terus dikejar oleh Bhimaparakrama yang pemberani.

5. Relief Lembu Jantan dan Serigala

Dikisahkan seekor serigala jantan memiliki istri yang ingin sekali memakan buah zakar lembu. Meski di hutan banyak makanan tetapi sang istri bersikukuh ingin memakan makanan tersebut maka serigala jantan menyanggupinya. Dan ia bertemu dengan lembu jantan dan selalu mengikuti kemana pun lembu tersebut pergi dengan harapan bahwa kantung zakar si lembu akan terjatuh dan ia akan membawanya untuk sang istri.

Tetapi apa yang diharapkan tak kunjung terjadi, dengan hati resah ia pulang dan mengabarkan bahwa ia tak bisa memenuhi keinginan istrinya. Relief ini menggambarkan sebuah cerita mengenai bagaimana segala sesuatu harus berusaha diwujudkan dengan kemampuan tidak hanya berharap tanpa bertindak.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara