• Monday, 30 August 2021
  • Neima Agni
  • 0

Dalai Lama, itulah sebutan guru spiritual Tibet yang kini sedang menetap di Dharamsala, India. Beliau sangat sering mengajarkan welas asih demi perdamaian untuk dunia dan juga berdialog dengan tokoh agama dunia. Tak heran kalau banyak tokoh spiritual dunia yang akrab dan banyak mengenalnya. Aku sendiri mengenal Beliau lebih jauh karena sering melihat dialog virtualnya bersama dengan pelajar atau bahkan masyarakat dunia.

Yang paling mengejutkan untuk aku sendiri adalah Y.M.S Dalai Lama hadir di Indonesia untuk berdialog secara virtual dengan ratusan pelajar dalam acara pembuka rangkaian Nusantara Dharma Book Festival yang diselenggarakan oleh Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara (YPPLN) bekerja sama dengan komunitas Kadam Choeling Indonesia. Tema dialog ini adalah kisah-kisah kehidupan-kehidupan lampau Sang Buddha yang tercatat dalam buku “Jataka Mala”. Kisah Jataka ini juga diukirkan di Candi Borobudur. 

Dalam acara ini, Beliau mengatakan bahwa Jataka Mala ini ditulis oleh seorang penyair bernama Aryashura. Beliau bukan seorang Buddhis, tetapi seorang terpelajar yang cerdas dari tradisi lain. Namun, ketika berkunjung ke Biara Universitas Nalanda, Beliau bertemu dengan Aryadewa, cendekiawan Buddhis murid dari Arya Nagarjuna, yang meyakinkannya mengenai validitas Buddhadharma.

Moral Cerita Jataka 

Poin penting yang perlu diperhatikan dalam kisah Jataka adalah moral cerita, yaitu perjuangan Bodhisatwa menyempurnakan kedermawanan (dana), etika (moral), kesabaran (ksanti), ketenangan batin (samadhi), dan kebijaksanaan (prajna).

Lebih lanjut, Y.M.S Dalai Lama menegaskan bahwa yang mendasari kisah Jataka adalah konsep dalam filsafat India kuno (termasuk Buddhisme) tentang karuna (welas asih) dan ahimsa (tanpa-kekerasan). Tema-tema ini, tutur Beliau, umum untuk sebagian besar agama. Namun, terlepas dari kita mengikuti tradisi suatu agama atau tidak, kita semua harus memiliki hati yang hangat dan welas asih jika kita ingin bahagia.

Pengorbanan untuk Makhluk Lain

Pas banget ada satu siswa yang bertanya tentang apakah mungkin kita bisa melakukan pengorbanan jasmani seperti Bodhisatwa di kisah Jataka. Ini adalah salah satu pertanyaan yang membuat benakku cukup tergelitik. Bagaimana tidak, di kisah Jataka, Bodhisatwa dikisahkan seringkali mengorbankan bukan cuma harta benda, tapi sampai tubuhnya sendiri. Pengorbanan yang dilakukan Bodhisatwa ini tidak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tapi juga banyak makhluk. Lantas, bisakah kita menjadi seperti Bodhisatwa yang rela berkorban?

Menjawab pertanyaan salah satu siswa, Beliau menuturkan bahwa mengorbankan nyawa sendiri untuk memberikan manfaat bagi banyak makhluk itu sangat baik. Pengorbanan ini harus dilandasi dengan pikiran penuh welas asih demi mementingkan kebahagiaan makhluk lain. 

Dari pernyataan Y.M.S Dalai Lama ini membuatku berpikir untuk nerapin nasihat Y.M.S. Dalai Lama XIV, kita gak perlu mikir jauh-jauh. Lihat saja kondisi pandemi COVID-19 yang belum kunjung usai ini. Kita tahu, banyak korban jiwa di mana-mana. Bahkan banyak anak kecil yang harus menjadi yatim piatu akibat dari pandemi ini. Dari sikap kita terhadap penderitaan orang selama pandemi, kita bisa menilai diri sendiri, sudahkah kita rela berkorban untuk orang lain atau belum.

Banyak sekali hal yang bisa kita korbankan untuk orang lain di kala pandemi ini. Misal mengorbankan waktu kita untuk mengantar keluarga yang terpapar virus corona ke rumah sakit, rela mengantarkan makanan untuk sahabat yang sedang isoman, rela mengeluarkan uang untuk membelikan vitamin buat orang-orang yang membutuhkan. Bahkan kita bisa berkorban dengan mendonorkan plasma darah untuk pasien COVID-19. 

Kalau dibandingkan dengan Bodhisatwa yang rela mengorbankan nyawanya untuk makhluk lain, kita mungkin merasa belum sanggup. Aku sendiri pun belum sanggup bila disuruh mengorbankan nyawa karena masih banyak tanggungan hidup yang harus dipertanggungjawabkan.

Meski begitu, Y.M.S Dalai Lama mengatakan bahwa setiap orang memiliki benih-benih Kebuddhaan. Artinya, semua orang bisa menjadi Buddha, alias memiliki kebijaksanaan & welas asih yang sempurna sehingga mampu membebaskan semua makhluk dari penderitaan. Kalau dipikir-pikir, secara tidak langsung, bila kita punya secuil keinginan untuk membantu orang lain agar mereka tidak menderita lagi, artinya benih itu sudah mulai tumbuh. Bodhisatwa dalam kisah Jataka bisa mengorbankan diri mereka demi makhluk lain juga karena memelihara benih itu. Dengan kata lain, kalau aku terus memelihara benih itu, aku juga pasti suatu saat bisa seperti mereka.

Kita semua pun memiliki benih-benih Kebuddhaan, hanya bedanya dikembangkan atau tidak. Kalau kita punya keinginan untuk menolong orang lain, maka lakukanlah saat itu juga. Kebiasaan berbuat baik–menolong, kalau tidak pernah dilatih dan dipraktikkan sama saja membohongi diri sendiri. 

Melatih Batin

Terkait melatih batin ini, Y.M.S. Dalai Lama XIV menjelaskan bahwa murid-murid Sang Buddha bisa mengubah batin mereka secara mendalam dengan mendengarkan pengajaran Dharma, merenungkannya untuk meningkatkan pemahaman, kemudian memeditasikannya dengan menerapan samatha (kestabilan batin) dan wipashyana (pandangan mendalam). Kita juga bisa melatih batin dengan cara ini agar bisa mengembangkan kebijaksanaan dan welas asih. Kalau batin sudah terlatih, kita bisa mengembangkan tekad untuk menolong semua makhluk seperti Arya Shantidewa: 

“Selama angkasa masih ada,
Dan selama semua makhluk masih ada,
Semoga saya bisa menetap di dunia ini
Untuk mengatasi penderitaan semua makhluk.
semua makhluk.” 

“Lakon Hidup Sang Penerang” (Bodhisatwa-caryawatara) – Arya Shantidewa

Maka dari itu, yuk kita latih batin biar semakin bijaksana dan berwelas asih agar bisa menolong banyak makhluk seperti para Bodhisatwa. 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara