• Sunday, 18 February 2018
  • Adica Wirawan
  • 0

Dalam sejumlah literatur, Sudatta ialah umat Buddha yang gemar melakukan bakti sosial. Biarpun telah menjadi seorang pebisnis yang sukses, ia masih peduli pada masyarakat sekitarnya, terutama orang-orang yang hidupnya sulit. Baginya, harta kekayaannya yang berlimpah ruah sudah lebih dari “cukup” untuk dirinya dan keluarganya. Akhirnya, ia memutuskan mendermakan sebagian kekayaannya untuk orang lain dan kemudian menjadi “ketagihan”.

Makanya, jangan heran kalau sepanjang hidupnya, Sudatta kerap menyantuni orang-orang miskin di sekitarnya. Hampir setiap hari ia senang mendermakan nasi kepada warga kurang mampu. Setiap pagi, pelataran rumahnya sering dipadati oleh orang yang ingin menerima derma nasi darinya. Berkat kedermawanannya yang luar biasa, ia kemudian mendapat julukan sebagai Anathapindika, yang artinya “pemberi nasi bagi orang miskin”.

Biarpun Sudatta telah meninggal dunia ratusan tahun lalu, semangat kedermawanannya terus menginspirasi banyak orang. Setidaknya semangat itulah yang kemudian tercermin dalam bakti sosial yang dilakukan Pemuda Theravada Indonesia (Patria) di Wihara Kertajaya, Kabupaten Bekasi, pada Sabtu (10/2). Acara bakti sosial tersebut dihadiri oleh sekitar 150 warga, yang terdiri atas anak-anak, remaja, dan orangtua.

Acara tersebut diawali dengan pujabhakti singkat karena mayoritas hadirin ialah umat Buddha yang sering berkebaktian di Wihara Kertajaya, dan diisi oleh Dhamma Desana yang disampaikan oleh Bhante Santadhiro.

Setelah rangkaian pujabhakti selesai dilangsungkan, kegiatan dilanjutkan dengan sambutan yang disampaikan oleh perwakilan dari Patria (DPP dan DPC Kota Bekasi) dan pengurus Wihara Kertajaya, dan kemudian ditutup dengan penyerahan angpau dan paket dana.

Adapun paket dana yang diberikan terbagi atas dua jenis. Yang pertama ialah paket dana untuk anak-anak dan remaja, yang isinya perlengkapan sekolah, seperti buku dan alat tulis. Sementara itu, yang kedua ialah paket dana untuk dewasa, yang isinya berupa bahan kebutuhan pokok, seperti beras, minyak, gula, dan kecap. Selain itu, dalam acara itu, diserahkan pula 70 ricecooker, yang pembagiannya akan diatur kemudian oleh pengurus wihara.

Anak-anak dan remaja mendapat kesempatan menerima paket dana terlebih dulu. Dengan tertib mereka berdiri berbaris sambil memegang kupon dana, yang sudah disebar sebelumnya oleh panitia. Satu per satu kemudian maju memasukkan kupon tersebut ke amplop yang sudah disediakan, menerima angpau, lalu memperoleh paket dana.

Setelah selesai, tiba giliran bagi orangtua. Seperti anak-anak, mereka pun berbaris dengan teratur, menerima paket dana satu per satu. Acara pembagian paket dana tersebut berlangsung singkat, kurang-lebih satu jam, sehingga bisa selesai sekitar jam 12 siang.

Secara keseluruhan acara tersebut berjalan dengan lancar dan sukses. Walaupun mayoritas koordinasi panitia hanya dilakukan di grup whatsapp, tidak ada kendala komunikasi ketika bakti sosial berlangsung.

Seperti Sudatta yang merasa senang setelah berderma, panitia baksos tersebut pun mengaku bahagia usai baksos. Pasalnya, berkat bakti sosial tersebut, panitia dan donatur tak hanya bisa memberi kegembiraan kepada orang lain, tetapi juga menanam kebajikan yang indah di “ladang karma”.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara