• Monday, 18 January 2016
  • Ngasiran
  • 0

Untuk meningkatkan pembinaan umat, Padesanayaka Sangha Theravada Indonesia (STI) Jawa Tengah bersama mitra kerjanya melakukan pembekalan para ketua vihara (dayaka sabha) di bawah binaan STI se-Jawa Tengah. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 15-17 Januari 2016 ini digelar di tiga tempat berbeda, yaitu wilayah Jawa Tengah pantura timur (Jepara, Kudus, Pati, dan Purwodadi) dilaksanakan di Vihara Vidya Loka Pekuwon, Juwana, Pati tanggal 15 Januari; wilayah Jawa Tengah bagian tengah (Semarang, Kendal, Temanggung, Pekalongan, dan Tegal) di Vihara Tanah Putih Semarang tanggal 16 Januari; dan wilayah Jawa Tengah Selatan, Yogyakarta, dan Magelang dilaksanakan di Vihara Mendut, Magelang tanggal 17 Januari.

Dari tiga pertemuan itu, dihadiri oleh total lebih dari 400 orang dari 200 lebih vihara di bawah binaan STI di Jawa Tengah. Tiap vihara diwakili oleh dua orang.

Selain bertujuan untuk koordinasi dan menggali kendala yang dihadapi masing-masing vihara, kegiatan ini sekaligus sebagai ajang berkumpul dan menyampaikan program kerja selama STI bersama mitra kerjanya (Magabudhi, Wandani, dan Patria).

“Pertemuan ini sangat penting diadakan karena umat Buddha itu sedikit dan tempatnya jauh-jauh. Kalau tidak ada pertemuan, kita tidak saling mengenal umat Buddha dari daerah lain, jadi merasa bahwa umat Buddha hanya ada di tempat kita saja. Dan ini membuat minder. Pertemuan seperti ini juga untuk menumbuhkan rasa persaudaraan antar umat dari berbagai daerah, sehingga ketika ada persoalan-persoalan di daerah masing-masing bisa diselesaikan secara bersama-sama,” ujar Bhikkhu Cattamano selaku Padesanayaka STI Jawa Tengah.

STI mendorong umat di berbagai daerah ikut aktif dalam segala kegiatan di daerah masing-masing, baik kegiatan vihara maupun kegiatan sosial kemasyarakatan, termasuk melakukan penyebaran Dhamma melalui media massa.

“Umat Buddha diberi kesempatan satu bulan sekali untuk mengisi mimbar di TVRI Jawa Tengah dan juga media-media radio. Ini juga bisa dimanfaatkan oleh umat dari berbagai daerah untuk mengisi dan menyampaikan Dhamma,” tambah Bhante.

Menurut Bhante Cattamano, pembinaan umat di daerah pedesaan tidak hanya cukup membangun sarana fisik (vihara) saja, namun juga harus dibarengi dengan pembinaan secara mental, pendidikan, dan pengembangan ekonomi umat. Oleh sebab itu dalam melakukan pembinaan, STI berbagi peran pembinaan dengan Magabudhi, Wandani dan Patria.

“Kalau hanya membangun vihara saja, nanti viharanya kosong malah bisa menjadi museum. Oleh sebab itu Sangha mencoba membangun mental dan keyakinan umat melalui berbagai kegiatan.

Pabajja samanera, pelatihan athasila upasaka-upasika, pelatihan Dhammaduta merupakan salah satu peran Sangha dalam membangun mental dan keyakinan umat. Untuk masalah-masalah pendidikan, perkawinan dan kepanditaan kita serahkan kepada Magabudhi; pembinaan ekonomi menjadi peran Wandani; dan sekolah minggu kita serahkan kepada Patria,” ujar Bhante kelahiran Pati ini.

Selain itu, lanjut Bhante, pembangunan vihara juga didorong untuk menyatu dengan budaya setempat. “Bangunan rumah orang Jawa dulu juga tidak kalah indah. Oleh sebab itu saya mencoba membuat konsep bangunan vihara berbentuk joglo, supaya umat merasa lebih dekat dengan vihara dan budayanya,” jelas Bhante.

Memperbaiki manajemen vihara juga menjadi agenda yang cukup penting untuk dijalankan. “Saya membuat percontohan manajemen vihara yang baik di Juwana, Kopeng, dan Candi Garon. Dan hasilnya dengan manajemen yang baik, mereka bisa menghidupi vihara sendiri. Ketiga vihara ini berada di desa, awalnya mereka kalau mau membuat kegiatan mengandalkan dana dari donatur. Nah kita punya pemikiran, kalau setiap mau membuat kegiatan minta ke donatur, lama-lama donatur kita kan jadi risih. Dari situlah kita coba buat manajemen yang baik, dan ini berhasil.

Contoh vihara di Candi Garon, awalnya hanya mempunyai dana sekitar Rp 400 ribu, namun dengan manajemen yang bagus, umat mau dana juga percaya dan senang. Dalam waktu yang tidak lama mereka mempunyai kas yang lumayan, dan itu bisa digunakan untuk membiayai kegiatan vihara,” ujar Bhante.

Bhante Catta berharap STI beserta mitra kerjanya bisa bersinergi dalam melakukan pembinaan umat di berbagai daerah sehingga apabila ada persoalan bisa diselesaikan secara bersama-sama.

Pada tahun 2016, STI Jawa Tengah mempunyai agenda-agenda besar seperti International Tipitaka Chanting Ceremony dan Asadha Agung di Candi Borobudur, Athasila di Vihara Mendut, dan peringatan Waisak.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara